Thread ini sebenarnya hanyalah rundingan para kuli di warung kopi, jadi jangan di percaya kebenarannya jangan pula di jadikan fakta yang ada saat ini, maklum saja celoteh mereka di warung kopi kadang bervariasi. Warung kopi di pinggir jalan dengan di dalam mall tentu saja celotehnya berbeda, tapi terkadang intinya sama hanya saja beda cerita karena beda juga isi kepala, jadi yuk kita lihat cerita yang menarik yang dibicarakan di warung kopi.
Sat ini tema yang sedang dibicarakan masalah hutang negara, ada-ada saja seperti pakar ekonomi saja mereka membicarakan hutang negara, maklumlah TS sendiri hutang di warkop bulan kemarin belum bayar

. Hutang negara dari tahun ke tahun kenapa semakin membesar ?? Bagaimana cara negara ini membayarnya ?? Ucap salah seorang kawan yang mempertanyakan negeri ini, karena dia sulit untuk membeli barang pokok untuk kebutuhan hidup, disebut kalau bahasa kerennya daya beli melemah, maklum saja karena uangnya sudah habis disikat pihak samsat yang melakukan razia untuk bayar pajak beserta dendanya, padahal gayus-gayus baru siap mengintai.
Banyak penikmat kopi berfikir, kemudian tiba-tiba terdengar suara dari seorang kawan, itulah masalahnya kenapa kita berhutang lagi dan lagi ?? Karena uang negara kasnya tidak ada, sedang yang ada kekayaan alam namun tak bisa diolah, karena SDMnya tidak ada, belum lagi cara mengolahnya lebih banyak pihak asing, sedangkan korupsi merajalela tak peduli kaum hawa maupun kaum adam, tua atau muda ada kesempatan sikat, kapan lagi toh gaya hidup menjadi trend abad ini. Seorang kawan berceloteh sok tahu seakan dia adalah pemimpin negara, padahal bisa saja celoteh dia hoax.
Tapi sang pemilik warung kopi mengangguk-angguk tanda setuju, kemudian ia bertanya lalu bayarnya pakai apa kalau hutangnya terus menumpuk ? Suasana pun hening seketika kemudian sang kawan berkata lagi seperti ahli ekonomi tingkat tinggi padahal hanya penjual tahu gejrot di pinggir jalan yang mampir untuk sekedar mencicipi kopi. Menurut saya nih negara membayar hutangnya dengan otak ??
Serempak kami bertanya "Otak" ???
Ya Otak, ucapnya dengan lugas. Pintarnya negara ini berhutang itu harus memakai otak, kalau tidak mana bisa dikasihkan lagi dana untuk berhutang. Logikanya gini bila sebuah bank menghutangi nasabah pastinya ingin dibayar tepat waktu, kemudian si nasabah ingin berhutang lagi pastinya harus ada jaminan bukan ?? Nah bila si nasabah tadi awal berhutang membangun banyak tempat yang akan menghasilkan uang, namun di tengah jalan macet terkendala modal pastinya si nasabah tersebut berhutang lagi dengan memaparkan data dan asset yang sedang ia bangun, kemudian di jadikanlah anggunan untuk proyeknya tersebut kepada pihak bank, sedangkan dengan kepercayaan pihak bank kepada nasabahnya tadi bukannya aset pertama disita malah di berikan pinjaman lagi dan lagi, hingga banyaknya asset-asett baru yang menguntungkan, dan pihak bank pun senang si nasabah membayar hutangnya plus bunga. Kemudian mempermudah pinjaman yang lainnya pada nasabah tersebut, pihak bank senang nasabah pun mempunyai asset yang menghasilkan uang untuk membayar hutangnya kepada si bank tadi, sampai disini paham tidak ?
Kami mengangguk seperti burung pelatuk, namun pastinya masih ada yang bingung dengan celotehnya. Nampaknya negara ini berhutang untuk membangun infrastruktur baru, dengan adanya infrastuktur perekonomian semakin menggeliat cepat hasil dari pembangunan di banyak tempat, dari hasil pendapatan negara akan bisa menghasilkan dana untuk membayar hutang yang menumpuk tadi, kemudian negara tak segan berhutang lagi dan lagi untuk membuka infrastruktur baru dan itu terus dilakukan hingga negara ini menjadi negara kapitalis maju.
Walau sebenarnya untuk seorang pengusaha berhutang dengan bank seperti sebuah permainan, layaknya gambler namun bila itu dilakukan pada sebuah negara bukankah hal tersebut akan mencekiik ekonomi rakyatnya, maklum saja masih banyak rakyat yang disubsidi dengan angka kemiskinan yang tinggi, berharap dari pajak tidak akan memungkinkan kecuali dengan menegakkan zakat mungkin lain cerita.
Ahhh entahlah kadang pembicaraan di warung kopi tanpa di dampingi para ahli memang merepotkan juga, monggo yang ingin share pendapat tentang hutang negara ini dipersilahkan, maklum saja kaskuser ini dari semua lini ada..bahkan mahasiswa ekonomi kelas wahid hingga proffessor peneliti pun ada, atau ada pencerahan dari pemimpin negeri ini yang sedang berkaskus ria ??
Monggo seruupuutt dolo...
By c4punk@2018
Tambahan kaskuser
Quote:
Original Posted By comrade.frias►Bahasan Berat Nih
ane coba jelasin sesederhana mungkin ya. pertama harus dipahami dulu komponen utang dalam suatu perusahaan, ada jangka pendek dan panjang. jangka pendek biasanya utang dengan tempo kurang dari setahun yang sederhananya terdiri dari hutang dagang dan hutang bank.
hutang dagang diperoleh dari supplier atau mitra dagang. hutang bank diperoleh dari bank untuk membiayai modal kerja/usaha seperti membayar hutang dagang (menalangi persediaan) dan atau menalangi piutang dari hasil penjualan/produksi, biasanya dikembalikan hanya dalam bentuk bunga saja.
pokok utangnya revolving atau diperpanjang untuk tahun mendatang. komponen ini dalam IFRS (International Financial Reporting Standards) disebut liabilities, atau dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) dan SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) disebut pasiva.
ketiganya adalah standar akuntansi keuangan perusahaan, IFRS untuk internasional, PSAK untuk dalam negeri go public (tercatat di bursa saham), sedangkan SAK ETAP untuk dalam negeri non go public (biasanya digunakan UMKM). kenapa dibedakan? karena untuk tujuan laporan keuangan tsb.
PSAK digunakan untuk perusahaan yang IPO (Initial Public Offering) di bursa saham, dan harus diaudit oleh auditor eksternal, tujuannya tentu untuk kelayakan dan kesehatan keuangan perusahaan agar memperoleh kepercayaan publik yang nantinya menjadi dana segar sebagai modal dari saham yang dibeli publik. sedangkan SAK ETAP digunakan UKM untuk memperoleh pinjaman dari bank, tanpa harus diaudit, sehingga tidak butuh tanggungjawab kepada publik. sederhananya itu.
lalu bagaimana dengan Pemerintah? Pemerintah menggunakan standar akuntansi berbeda, yang disebut SAP (Standar Akuntansi Pemerintah) yang memiliki komponen berbeda dibanding 3 standar di atas. di antaranya ada LO (Laporan Operasional), ada LPE (Laporan Perubahan Ekuitas), dan ada LRA (Laporan Realisasi Anggaran). ketiga komponen ini diaudit oleh BPK dan di monitoring dan evaluasi (monev) oleh Kemenkeu. opini BPK jika hasil audit keuangannya wajar disebut WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). tujuannya untuk memperoleh gambaran besar kinerja keuangan pemerintah di masa itu dan menjadi dasar penetapan APBN di masa depan, termasuk penetapan perencanaan kinerja K/L (Kementerian dan Lembaga Negara) oleh Bappenas.
tujuan utang bagi Negara adalah untuk percepatan pertumbuhan ekonomi, yang dikenal sebagai PDB (Produk Domestik Bruto). PDB inilah yang menjadi acuan majunya atau sejahteranya penduduk di suatu negara. jika dengan APBN saja, mungkin PDB akan meningkat sedikit dan lambat, maka dengan utang, PDB bisa meningkat cepat.
PDB per kapita adalah PDB rata-rata dari satu orang penduduk, berapa dolar yang bisa dihasilkan oleh satu orang di suatu negara dalam satu tahun. PDB nominal adalah PDB rata-rata dari seluruh populasi, berapa dolar yang bisa dihasilkan dari seluruh penduduk.
PDB ini memastikan kemampuan kontribusi penduduk suatu negara kepada Negara itu sendiri, sehingga rasio utang terhadap PDB harus seimbang. bukan berarti rakyat yang berhutang dan berkewajiban mengembalikan hutang ya.
tapi Pemerintah perlu gambaran perkiraan berapa dolar yang dapat diperoleh Negara dari rakyatnya, dan gambaran itu dari PDB nominal. sehingga Pemerintah berhutang tidak boleh melebihi perkiraan kemampuan membayarnya.
dalam kedudukannya sebagai utang Negara, Negara sebagai debitur, dan berhutang kepada kreditur. kreditur ini ada banyak macam, baik dari lembaga maupun perorangan. untuk perorangan, Pemerintah menerbitkan obligasi sebagai SUN (Surat Utang Negara) yang diperdagangkan dalam bursa valuta asing/valas atau forex (foreign exchange), dan dijamin oleh mata uang kita sendiri. jadi, keberadaan rupiah yang kita miliki sangat bergantung dari valas.
semakin besar permintaan rupiah atas dolar, semakin besar pengembalian yang diperoleh Negara dari obligasi, yang disebut pendapatan devisa. tujuannya untuk memenuhi permintaan uang dalam negeri dari bank sentral ke bank-bank di dalam negeri. jumlah rupiah yang beredar di bank-bank ini adalah permintaan uang dari bank-bank tsb ke bank sentral. bank sentral juga mencadangkan devisa apabila permintaan uang meningkat.
pencadangan ini diputar dalam bentuk deposito ke lembaga keuangan di luar negeri. deposito ini bisa menjadi cash collateral (cashcoll) atau jaminan beragunan kas bila Negara melakukan pinjaman/utang ke luar negeri.
jadi, seandainya suatu Negara mengalami wanprestasi (gagal bayar), maka cashcoll lah jaminannya. namun adakalanya cashcoll tidak menutup, karena rasio utang terhadap PDB nya tinggi. logika sederhana, jika Negara melakukan utang lebih dari apa yang bisa diberikan rakyatnya kepada Negara tsb, maka tentu cashcoll tidak akan nutup.
PDB Nominal kita sudah mencapai 1.016 T dolar (data tahun 2017) atau sekitar 14.000 T rupiah, sedangkan utang Negara baru mencapai 4.000 T rupiah (perkiraan 2019), jadi rasio utang terhadap PDB kurang lebih baru 30%. itu masih jauh lebih aman dan bahkan masih kurang.
kalo utang Negara dan APBN digabung, dia sudah nutup kurang lebih 60-70% PDB, dan itu sudah cukup untuk percepatan kinerja Pemerintah dan untuk percepatan pertumbuhan PDB di masa depan. jadi gak ada yang perlu ditakutkan jika utang kita sebesar 4.000 T rupiah, selama rakyat masih bisa berkontribusi kepada Negara sebesar 14.000 T rupiah dalam setahun.
Quote:
Original Posted By comrade.frias►Itu Bukan Solusi Tapi Hal Buruk Saran Ane Sih Agan Jangan Coba-coba Hal Kaya Gitu, Juga Bila Punya Pemikiran Kaya Gitu Alangkah Baiknya Di Ubah.
Hal Buruk Karena Nantinya Harga Nilai Mata Rupiah Anjlok/Turun Alhasil Terjadi Inflasi Contoh Nyata-nya Venezuela.
Kesalahan Terbesar Pemerintah Venezuela Adalah Mengatasi Krisis Ekonomi Dengan Mencetak Uang Sebanyak-banyaknya Yang Mengakibatkan Mata Uang Venezuela Harganya Jatuh Dan Menyebabkan Inflasi Sangat Parah.
Tapi Sisi Positifnya Venezuela Bisa Dijadikan Contoh Nyata Untuk Orang Yang Pola Pikirnya Sempit Dan Wawasannya Kurang Yang Sering Kali Koar-koar Layaknya Orang Pintar Padahal Tidak Mengerti Apapun, Yang Biasanya Masih Mikir Seperti Ini
"Kenapa Pemerintah Gak Mencetak Uang Sebanyak-banyaknya Buat Bayar Utang Negara Dan Mensejahterakan Rakyat".
Dan Dapat Dipastikan Masih Banyak Orang Dengan Pola Pikir Seperti Itu.
Quote:
Original Posted By comrade.frias►Sudah Kuduga Pasti Banyak Yang Nyalahin Si I Em eF Ini
Yang Harus Dipahami Adalah
Badan Ini Dibuat Sudah Lama, Untuk Mengatasi Permasalahan Finansial. Tidak Ada Sangkut Pautnya Secara Spesifik Dengan Sejarah US Seperti Yang Diklaim Banyak Orang. Karena Pada Dasar Hampir Semua Negara Gabung IMF Bahkan Russia Saja Gabung.
Walaupun Benar IMF Tidak 100% Jadi Kunci Selamatnya Ekonomi, Dimana Pada Beberapa Kasus Syarat Dari IMF Justru Membuat Perbaikan Menjadi Lambat Tetapi Tidak Bisa Dipunkiri Bahwa Adanya Jaminan Dana Sebagai Tambahan Cadangan Mampu Menyelamatkan Ekonomi Dari Risiko Kehancuran Finansial Yang Lebih Besar.
IMF Hanya Menolong Negara Yang Mata Uangnya Bermasalah Agar Imbasnya Tidak Merusak Ekonomi Satu Kawasan. Karena Mata Uang Satu Negara Yang Rusak Biasanya Berimbas Pada Satu Kawasan, Dan Ini Terlihat Pada Krisis Ekonomi Asia Dekade Silam.
Indonesia Sendiri Terlihat Pernah Menjadi Anggota IMF Yaitu:
Indonesia 9 April 15, 1954
Indonesia 9 February 21, 1967
Quote:
Original Posted By truesight►Selain Debt to PDB rasio
Yang paling perlu dipertimbangkan debt to Tax income rasio.
Selain itu jg debt to space fiskal non belanja modal belanja rutin. Masih kuat kagak
Di Indonesia colectibilitas pajaknya masih sangat2 rendah. Kalau digenjot, pasar sensitif PDB gak tumbuh maksimal😁
Terus masalah infrastruktur? Perlu banget. Tapi apa iya harus seagresif ini
Jangan sampe kita jd Bangladesh jilid 2, search bangladesh
Utang kita jaminanya apa?bisa aset kita, bs aj potensi income dr infrastruktur baru yang disekuritisasi. Yang harus2 hati ya kalau ternyata g bs ngejar pembayaran, atau terbyata infrastrukturnya pas udah jadi gak sesuai harapan menumbuhkan ekonomi, au dah. Mudah2an g default aj, amin.