- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cinta Bersemi di Malam Persami


TS
far18
Cinta Bersemi di Malam Persami

Quote:

***
Setelah sepuluh bulan bersahabat dengan Ayu, pagi itu dia menanyakan peristiwa kemarin yang bikin deg-degan.
"Hey! jujur, kau suka padaku juga kan?" Tanya Ayu saat kami berkumpul di lapangan basket SMA ku. Wajahnya dekat sekali.
Aku pun tiba-tiba terlonjak dari lamunanku dan mengalihkan pandangan dari matanya
"Ttii.. tidak kok, Aku juga tidak pernah mengatakannya" Jawabku.
"Lalu bagaimana dengan kejadian kita di Warnet kemarin? hayo.." Tanya Ayu.
"Itu kan kau yang mendekatiku duluan !" Jawabku dengan nada tinggi.
"Pssst, jangan keras-keras, tapi kau suka kan? Hehe" Jawab Ayu sambil mencubit pipiku
"Heuh, tapi jangan lakukan itu lagi setelah Aku mendapatkan Icha ya" Ancamku.
"Siap bos, eh Icha kan satu kelompok denganmu, kau sudah punya nomornya?" Kata Ayu.
"Belum sih" Jawabku.
"Payah, buruan minta sana! jangan harap kau dapat nomornya dari coretan di Kamus Bahasa Inggris seperti nomorku ya" Kata cewek cantik yang tingginya sedagu ku itu.
"Heuh, itu kau saja yang ceroboh menaruh kamusmu sembarangan" Kataku.
"Tapi karena itu kau jadi sering menelponku kan? Haha" Ayu tertawa.
Ku respon dengan mengacak-acak rambut hitamnya yang sebahu.
"Eh itu Icha, aku pergi dulu ya" Kataku.
"Eh.. tunggu dulu, ini kubawakan bekal Roti Cokelat Keju kesukaanmu" Kata Ayu.
"Emm, terimakasih ya, dah!" Jawabku.
"Dah !" Jawab Ayu sambil meniup jari tangan yang baru diciumnya sendiri.
Hubunganku dengan Ayu memang sahabat dekat, tapi kami sudah seperti sepasang kekasih remaja pada umumnya, sering jalan bareng dan melakukan hal-hal gila, namun Aku tidak bisa menjadi kekasihnya karena Aku tengah menyukai gadis cantik bernama Icha sejak awal masuk SMA.
Kesempatan itu pun tiba, di acara Persami (Perkemahan Sabtu Minggu) kali ini aku satu kelompok dengan Icha, gadis cantik idaman berambut cokelat, kulit putih, tubuh melekuk bak model dan tingginya setara denganku.
Setelah meminta nomornya, kami semua berangkat dengan naik bus menuju Babarsari, salah satu bumi perkemahan yang ada di Jogja. Setibanya pada siang hari, panitia dan kakak pembina memberi pengarahan dan kami pun mendirikan tenda untuk masing-masing kelompok.
"Hey, kok melamun terus sih, bantuin nih" Teriak Icha padaku.
"Eh iya Cha maaf, hehe." Jawabku malu.
Lamunan ku terpecah setelah Icha menarik tangan ku untuk membantunya membereskan tenda. Aku terpana melihat wajah cantiknya saat berkeringat.
Sore itu mendung berganti hujan deras, tiga anggota kelompokku belum juga kembali dari sungai untuk mengambil air, hanya ada Aku dan Icha dengan rambut kuncir kudanya.
"Hattchiim!" Teriakku kesekian kali.
"Kau sakit ya?" Tanya Icha.
"Hmm, dingin sekali ya" Jawabku.
"Tapi badanmu panas, tendanya aku tutup ya?" Kata Icha saat menyentuh kepalaku.
Setelah mengambil air panas untuk mengkompres kepalaku, Icha pun menutup resleting tenda karena diluar hujan deras.
"Makasih ya Cha, aku jadi ngerepotin" Ujarku.
"Iya santai aja, cuacanya memang kurang bagus nih" Kata Icha sambil melepas kuncirannya. Dia pun rebahan di sampingku. Rambut indahnya terurai, bajunya basah kuyup. Kami bercerita tentang banyak hal mengenai pramuka. Lebih tepatnya Icha yang banyak bercerita karena pengalamannya lebih lama ikut ekstrakulikuler pramuka.
"Kamu tahu ngga, Persami kemarin laki-laki di kelompok ku cuma satu orang, haha" Kata Icha.
"Hah? Ceweknya 4? Terus gimana tuh?" Tanyaku.
"Ya habislah kami kerjain semalaman, paginya dia ga kuat ikut baris, haha"
Aku pun menelan ludah. Pengalaman Icha memang sangat seru. Hingga kata-katanya mulai habis, kami hanya terdiam melihat atap tenda yang basah dan saatnya aku berbicara.
"Icha.." Panggilku.
"Hmm.. apa?" Jawab Icha sambil mengelap badannya yang basah dengan handuk.
"Sebenarnya.. Aku sudah lama memendam perasaan ini sama kamu.." Ujarku.
Lalu Icha pun terdiam sejenak dan berguling menghadap ke arah ku. Suara rintik hujan masih beradu di atas tenda.
"Aku.. suka sama kamu" Ucapku jujur.
Pupil mata Icha yang membesar dan sedikit berair terus menatapku.
"Tapi, kamu sama Ayu kan.." Kata Icha.
Aku pun sedikit tertawa.
"Si Ayu? Dia cuma sahabat ku Cha, Aku ga pacaran sama Dia" Kataku. Aku pun tersenyum.
"Serius? Beneran?" Tanya Icha.
Aku mengangguk. Icha pun terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.
"Sebenarnya Aku sekarang sudah punya pacar, kakak kelas.." Jelas Icha.
"Tapi aku rela ninggalin Dia untuk bisa bersama kamu, karena Aku juga sayang kamu" Lanjut Icha.
Air mata Icha membasahi pipi. Tangannya yang dingin membelai pipiku, kami pun memadu kasih di antara derasnya peluh dan hujan.
Ketika perasaan itu terungkap, cinta pun mengalir deras membasahi dua hati yang telah lama kering. Kini ku tahu bahwa Icha juga memendam perasaan yang sama padaku.
Hujan mulai reda. Langit sore kembali terlihat. Setelah membelai rambut Icha yang basah, Aku kembali rebahan di dalam tenda yang kini kembali berantakan, dan kaget sekali melihat pintu tenda sudah terbuka, Aku melihat ada Ayu di sana. Kami sempat bertatapan, wajahnya murung, sekejap dia pun berlari menuju tenda kelompoknya.
Aku pun mengejarnya, meninggalkan Icha yang tengah terlelap karena kelelahan.
"Ayu kamu kenapa?" Tanyaku.
Dia duduk sendirian memeluk kaki di dalam tenda. Ayu tidak menjawab, air matanya deras mengalir menembus lututnya. Aku pun membelai rambut hitamnya dan mengusap punggungnya.
Setelah air mata mulai reda, kepala Ayu sedikit terangkat dari lututnya dan tiba-tiba.. ia memelukku erat. Diremas kuat baju pramukaku. Tangisannya kembali terdengar lagi.
Aku mengusap punggungnya
"Tenang Yu" Bisikku di telinga Ayu.
Aku pun mencoba mengambil segelas air putih di ujung tenda, Ayu meminumnya.
"Aku bingung.." kata Ayu yang masih sesunggukan. Aku hanya bisa terdiam mendengarnya.
"Kamu tahu ngga? Aku sebenarnya suka sama kamu!" Ayu menutup muka, air matanya mengalir di tangannya. Nafasnya masih terengah. Sahabat baikku menyukaiku.
"Iya Aku tau, selama ini kamu baik sama Aku, dari kejadian kemarin di warnet pun aku tau itu perasaan kamu yang sebenarnya" Ujarku.
"Tapi aku ga bisa Yu, aku ada Icha" Lanjut ku sambil memegang pundaknya. Ayu hanya menunduk terdiam.
"Kamu gapapa kan?" Tanyaku lagi.
Perlahan telapak tangan terlepas dari wajah cantiknya, terlihat pipi yang merah dan sembab khas tangisan Ayu, dan dia memelukku lagi.
"Iya.. gapapa.." Jawabnya sedih.
Ku usap punggungnya perlahan. Ayu menghabiskan air mata terakhirnya hingga langit mulai gelap. Setelah sekian lama, pelukannya meregang, saat aku akan keluar tenda, Ayu terus menatapku.
"Hey, itu tutup saja, temani Aku di sini" Kata Ayu.
Rasa iba masih melekat di kepalaku melihat mata Ayu yang berkaca. Kami pun memakan mie instant cup bersama.
Malam itu suasana perkemahan terasa indah dan sunyi diiringi alunan jangkrik sebagai bumbu hangatnya cinta dan persahabatan di musim hujan.
Hingga di tengah malam aku terbangun oleh teriakan dari tenda sebelah. Kulepas perlahan tangan Ayu yang dari tadi menggenggam tanganku.
"Woy tolong ambilin air cepat!" Teriak Asep temanku.
Kepalaku yang baru nongol kaget melihat tenda kelompok sebelah terlahap si jago merah, ada yang lupa mematikan lilin katanya.
-------
Waktu jurit malam pun telah dimulai. Setelah membantu meredakan amukan api, aku kembali ke tenda Ayu untuk mengeceknya, ternyata dia sudah tidur. Aku pun kembali ke tenda kelompokku dan melihat Icha yang sudah berpakaian tebal.
"Eh Icha udah bangun, mau ikut jurit malam ga?" Tanyaku pada Icha.
"Emm, ngantuk banget, masih lemes nih" jawab Icha sambil ngulet.
"Ya sudah aku berangkat dulu ya," kulempar selimut ke kepalanya.
"Eh jangan tinggalin aku please!, aku takut di sini sendirian" Kata Icha memelas sambil memegangi tanganku.
Melihat pipinya yang merah dan tubuhnya yang lemas, aku pun tidak tega.
"Ya udah oke, tapi aku ke sana sebentar ya untuk pasang muka aja, habis itu aku balik lagi" Jawabku.
Dia mengangguk dan melepaskan tanganku, aku tersenyum dan mengacak-acak rambut cokelatnya.
Setelah sampai pos satu, semua peserta diperintahkan untuk mengumpulkan HP masing-masing di keranjang agar tidak bisa berhubungan lalu mengambil sebatang lilin untuk penerangan. Setelah mengambil lilin, aku perlahan putar balik dan diam-diam mengambil kembali HP ku.
Sebenarnya aku pun malas untuk ikut jurit malam karena memang sedang kurang sehat. Aku pun kembali ke tenda.
"Icha masih bangun?" Tanyaku di dalam tenda.
"Hmm, dingin banget, tutup tendanya" Kata Icha sambil menggigit bibir merahnya.
Setelah tenda ditutup, kami pun menyeduh mie instan cup dan makan bersama.
"Gimana keadaan kamu, udah lebih baik?" Tanya Icha sambil menyeruput kuah mie.
"Iya udah baikan, tapi masih kedinginan nih" Jawabku.
Icha pun tersenyum kecil lalu menggenggam jemariku dan Ia menuntun tanganku kepada kehangatan cinta yang membara di tengah dinginnya malam hutan belantara.
Malam itu aku merasakan perasaan yang berkecamuk, ada jawaban dari pertanyaan yang telah lama terpendam. Dan ada pernyataan baru yang tidak melahirkan jawaban.
Icha sang pujaan hati rela pindah ke lain hati, dan Ayu yang sejak lama menanti harus rela patah hati.
Setelah menikmati malam yang indah, langit kembali bewarna, udara pagi menghembuskan sunyi, mengusir rasa takut dan sakit hati. Habis dibawa pergi.
Kurasakan cubitan di pipi, kurasakan tangan Icha memukul perutku yang sedang membunyikan ritual pagi. Lapar sekali.
"Hey bangun, udah siang tau!" kata Icha.
Aku pun mendekati Icha.
"Berisik tau, masih capek" Jawab ku sambil menggelitikinya. Kami pun tertawa lepas.
Setelah kami berkemas, ku lihat di luar tenda, tiga teman kelompokku berjalan tergopoh-gopoh sambil muntah-muntah, ternyata semalam mereka mencoba bersenang-senang dengan sebotol minuman berenergi di kolong jembatan dekat sungai. Kenakalan masa SMA yang penuh coba-coba.
Kami pun berkemas dan bersiap untuk kembali pulang, di perjalanan menuju bus, Ayu melihatku sedang berjalan dengan tanganku yang ditarik oleh Icha. Kami saling bertatapan, Ayu hanya mengangguk penuh arti, lalu kami semua masuk bus dan kembali menuju sekolah.
Malam Persami ini menjadi momen paling indah yang tidak akan terlupakan bagi kami. Persami mengajarkan kami tentang berharganya sebuah kebersamaan yang bisa melahirkan benih cinta untuk orang yang pernah dan akan selalu bersama kita.
Setelah bel sekolah berbunyi lagi, tidak banyak yang berubah. Icha telah menjadi milikku, kekasih lamanya hanya bisa menangis pilu, dan Ayu.. tetap menjadi sahabat terbaikku.
"Hey udah lama ga ketemu nih, main yuk!" Ajak Ayu.
"Wah si Ayu makin cantik aja, main ke mana sih?" Tanyaku sambil mengacak-ngacak rambutnya.
"Aku bosen nih, ke warnet yuk!" ♡
"Hah? Yuk!"
The End
Based on True Story
Sumber Gambar : Jolyday.com
*** (Gambar hanya ilustrasi, bukan tokoh sebenarnya)
Quote:
Diubah oleh far18 01-11-2019 06:03






anasabila dan 2 lainnya memberi reputasi
3
4K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan