- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sekarang, Air Kencing Bisa Jadi Bahan Batu Bata Loh Gan!


TS
kangjati
Sekarang, Air Kencing Bisa Jadi Bahan Batu Bata Loh Gan!

Mahasiswa dari Afrika baru-baru ini berhasil ngembangin bio-bata yang terdapat kandungan urine di dalamnya.

Meski bukan penemuan pertama kali, batu bata urin ini memiliki kelebihan dibandingkan penemuan terdahulu.
Untuk jelasnya simak aja yuk langsung gan

Quote:

Wujud bio-bata hasil eksperimen mahasiswa di Afrika Selatan | University of Cape Town
Mahasiswa di University of Cape Town (UCT), Afrika Selatan, telah berhasil mengembangkan bio-bata yang mencampurkan pasir, bakteri, dan air seni atau urine manusia.
Konsep penggunaan urea untuk menciptakan batu bata sebelumnya pernah diuji di Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu, tapi proyek ini menggunakan solusi sintetis.
Pada penemuan teranyar ini para mahasiswa menggunakan air seni manis. Sebenarnya, cara ini lebih memberikan solusi ramah lingkungan atas perilaku daur ulang.
Bahan bangunan seperti beton, baja, atau batu bata membutuhkan energi untuk diproduksi.
Oleh karena sebagian besar energi ini diproduksi di pabrik berbahan bakar fosil, maka menghasilkan polusi karbon yang cukup besar.
Emisi yang terkait dengan penggunaan bahan bakar dan yang dilepaskan oleh proses kimia tertentu selama pembuatan, menambah jejak karbon produk secara keseluruhan.
Pihak UCT mengatakan mahasiswa master, Suzanne Lambert, dan mahasiswa teknik sipil, Vukheta Mukhari, telah bekerja di laboratorium untuk menguji berbagai bentuk bio-bata dan kekuatannya guna menghasilkan bahan bangunan yang inovatif.
Temuan ini bukan bio-bata pertama yang dikembangkan atau batu bata padat pertama yang didasarkan pada bahan sederhana. Namun, temuan mahasiswa UCT hadir dengan beragam macam bonus yang membuatnya menonjol.
Berdasarkan kimiawi, urine adalah emas cair yang menyumbangkan kurang dari satu persen dari total air limbah domestik (berdasarkan volume), tetapi mengandung 80 persen dari nitrogen, 56 persen dari fosfor, dan 63 persen dari kalium air limbah.
Sekitar 97 persen dari fosfor yang ada di urine dapat diubah menjadi kalsium fosfat, bahan utama dalam pupuk yang digunakan pertanian komersial di seluruh dunia. Hal ini menjadi penting karena cadangan fosfat alami dunia semakin berkurang.

Konsep penggunaan urea untuk menciptakan batu bata sebelumnya pernah diuji di Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu, tapi proyek ini menggunakan solusi sintetis.
Pada penemuan teranyar ini para mahasiswa menggunakan air seni manis. Sebenarnya, cara ini lebih memberikan solusi ramah lingkungan atas perilaku daur ulang.
Bahan bangunan seperti beton, baja, atau batu bata membutuhkan energi untuk diproduksi.
Oleh karena sebagian besar energi ini diproduksi di pabrik berbahan bakar fosil, maka menghasilkan polusi karbon yang cukup besar.
Emisi yang terkait dengan penggunaan bahan bakar dan yang dilepaskan oleh proses kimia tertentu selama pembuatan, menambah jejak karbon produk secara keseluruhan.
Pihak UCT mengatakan mahasiswa master, Suzanne Lambert, dan mahasiswa teknik sipil, Vukheta Mukhari, telah bekerja di laboratorium untuk menguji berbagai bentuk bio-bata dan kekuatannya guna menghasilkan bahan bangunan yang inovatif.
Temuan ini bukan bio-bata pertama yang dikembangkan atau batu bata padat pertama yang didasarkan pada bahan sederhana. Namun, temuan mahasiswa UCT hadir dengan beragam macam bonus yang membuatnya menonjol.
Berdasarkan kimiawi, urine adalah emas cair yang menyumbangkan kurang dari satu persen dari total air limbah domestik (berdasarkan volume), tetapi mengandung 80 persen dari nitrogen, 56 persen dari fosfor, dan 63 persen dari kalium air limbah.
Sekitar 97 persen dari fosfor yang ada di urine dapat diubah menjadi kalsium fosfat, bahan utama dalam pupuk yang digunakan pertanian komersial di seluruh dunia. Hal ini menjadi penting karena cadangan fosfat alami dunia semakin berkurang.
Dalam makalah yang diterbitkan dalam Journal of Environmental Chemical Engineering, tim menjelaskan proses pembuatan bio-batanya.
Batu bata dibuat melalui proses yang disebut pengendapan mikrobial karbonat, reaksi kompleks yang memiliki banyak penggunaan.
Pertama, peneliti mengumpulkan urine manusia di urinal khusus yang mengubah banyak cairan menjadi pupuk padat. Kemudian, mereka menambahkan urine yang tersisa ke pasir yang mengandung bakteri menghasilkan enzim urease.
Urease bereaksi dengan urin selama periode empat hingga enam hari, mengeraskan pasir ke dalam bentuk wadah seperti batu bata.
Dilansir dari BBC (25/10), menurut para ilmuwan, proses itu mirip dengan cara terbentuknya karang di dalam laut.
Kekuatan, ukuran, dan bentuk bio-bata dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. "Jika seorang klien menginginkan batu bata yang lebih kuat dari bata berbahan batu kapur 40 persen, cukup membuat bakteri memadatkan campuran lebih kuat dengan memberikan waktu yang lebih lama," kata Dyllon Randall, seorang insinyur penelitian di UCT dan pengawas pada proyek, dalam sebuah pernyataan.
“Semakin lama Anda mengizinkan bakteri kecil untuk membuat semen, semakin kuat produk yang akan dihasilkan. Kami dapat mengoptimalkan proses itu."
Setiap batu bata membutuhkan sekitar 25 hingga 30 liter urine, atau sekitar 100 kunjungan kamar mandi, dikumpulkan dari urinal.
Hasil sampingan dari proses pembuatan batu bata pertama dapat digunakan lagi untuk membuat pupuk pembuatan kedua.
Lambert, mengatakan ada banyak manfaat atas proses ini. Tidak hanya menjadi teknik membuat sesuatu yang berguna dari limbah yang melimpah, tetapi juga tak memerlukan panas yang dibutuhkan untuk pembuatan batu bata secara tradisional.
Alih-alih menggunakan tempat pembakaran yang dikeringkan dengan api pada suhu sekitar 1.400 derajat Celsius--menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar, bio-bata dicetak pada suhu kamar.
Bio-bata secara efektif menghasilkan nol limbah dan memiliki potensi besar untuk menjadi bahan konstruksi yang berkelanjutan.
"Dalam contoh ini Anda mengambil sesuatu yang dianggap limbah dan membuat beberapa produk dari itu" kata Randall. "Anda dapat menggunakan proses yang sama untuk setiap aliran limbah.”
Dalam upaya untuk memperkenalkan bio-bata, kedua mahasiswa menyatakan optimisme mereka tentang potensi inovasi dalam konsep keberlanjutan.
“Bekerja dalam proyek ini telah menjadi pengalaman yang membuka mata. Mengingat kemajuan yang dibuat dalam penelitian di sini di UCT, menciptakan bahan konstruksi yang benar-benar berkelanjutan sekarang menjadi mungkin,” kata Mukhari.
Randall mengatakan logistik adalah masalah yang mereka hadapi, hal ini terkait dengan aksi mengumpulkan (setiap batu bata membutuhkan 25 hingga 30 liter urine) dan mengangkut urine yang dianggap menjijikkan.
Hambatan lainnya adalah kebanyakan orang masih merasa kurang nyaman atas benda-benda hasil daur ulang kotoran manusia.
Hal ini menjadi tugas para peneliti untuk dapat menciptakan budaya dan meyakinkan pasar untuk dapat menerima batu bata berbahan baku urine.
Batu bata dibuat melalui proses yang disebut pengendapan mikrobial karbonat, reaksi kompleks yang memiliki banyak penggunaan.
Pertama, peneliti mengumpulkan urine manusia di urinal khusus yang mengubah banyak cairan menjadi pupuk padat. Kemudian, mereka menambahkan urine yang tersisa ke pasir yang mengandung bakteri menghasilkan enzim urease.
Urease bereaksi dengan urin selama periode empat hingga enam hari, mengeraskan pasir ke dalam bentuk wadah seperti batu bata.
Dilansir dari BBC (25/10), menurut para ilmuwan, proses itu mirip dengan cara terbentuknya karang di dalam laut.
Kekuatan, ukuran, dan bentuk bio-bata dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. "Jika seorang klien menginginkan batu bata yang lebih kuat dari bata berbahan batu kapur 40 persen, cukup membuat bakteri memadatkan campuran lebih kuat dengan memberikan waktu yang lebih lama," kata Dyllon Randall, seorang insinyur penelitian di UCT dan pengawas pada proyek, dalam sebuah pernyataan.
“Semakin lama Anda mengizinkan bakteri kecil untuk membuat semen, semakin kuat produk yang akan dihasilkan. Kami dapat mengoptimalkan proses itu."
Setiap batu bata membutuhkan sekitar 25 hingga 30 liter urine, atau sekitar 100 kunjungan kamar mandi, dikumpulkan dari urinal.
Hasil sampingan dari proses pembuatan batu bata pertama dapat digunakan lagi untuk membuat pupuk pembuatan kedua.
Lambert, mengatakan ada banyak manfaat atas proses ini. Tidak hanya menjadi teknik membuat sesuatu yang berguna dari limbah yang melimpah, tetapi juga tak memerlukan panas yang dibutuhkan untuk pembuatan batu bata secara tradisional.
Alih-alih menggunakan tempat pembakaran yang dikeringkan dengan api pada suhu sekitar 1.400 derajat Celsius--menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar, bio-bata dicetak pada suhu kamar.
Bio-bata secara efektif menghasilkan nol limbah dan memiliki potensi besar untuk menjadi bahan konstruksi yang berkelanjutan.
"Dalam contoh ini Anda mengambil sesuatu yang dianggap limbah dan membuat beberapa produk dari itu" kata Randall. "Anda dapat menggunakan proses yang sama untuk setiap aliran limbah.”
Dalam upaya untuk memperkenalkan bio-bata, kedua mahasiswa menyatakan optimisme mereka tentang potensi inovasi dalam konsep keberlanjutan.
“Bekerja dalam proyek ini telah menjadi pengalaman yang membuka mata. Mengingat kemajuan yang dibuat dalam penelitian di sini di UCT, menciptakan bahan konstruksi yang benar-benar berkelanjutan sekarang menjadi mungkin,” kata Mukhari.
Randall mengatakan logistik adalah masalah yang mereka hadapi, hal ini terkait dengan aksi mengumpulkan (setiap batu bata membutuhkan 25 hingga 30 liter urine) dan mengangkut urine yang dianggap menjijikkan.
Hambatan lainnya adalah kebanyakan orang masih merasa kurang nyaman atas benda-benda hasil daur ulang kotoran manusia.
Hal ini menjadi tugas para peneliti untuk dapat menciptakan budaya dan meyakinkan pasar untuk dapat menerima batu bata berbahan baku urine.
Semoga temuan ini bisa dipalikasiin di dindonesia juga yah gan
Biar ntar kalo kencing di tampung gitu gak dibuang sembarangan

Semoga Threat ane bermanfaat

Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR :
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 
Real Madrid pecat Lopetegui, siapa yang cocok gantiin doi, Conte atau Opa Wenger?
Mengenal diet gaps untuk penderita autisme
"Kerupuk" si makanan enak tapi gak menyehatkan
Mengenal Boeing 737 Max 8, pesawat yang jatuh di Karawang
Kapal kayu Yunani Kuno ditemukan Utuh di dasar Laut Hitam
Pirates of the Carribean terbaru tanpa Johnny Depp, masih seru gak ya?
Bagian Tubuh Kucing yang Gak Boleh Agan Pegang
Menurut ente apakah Bima Sakti pantas tangani timnas senior?
Jembatan laut terpanjang di dunia ada di Tiongkok
Mengapa orang merasa sedih usai bercinta


Real Madrid pecat Lopetegui, siapa yang cocok gantiin doi, Conte atau Opa Wenger?
Mengenal diet gaps untuk penderita autisme
"Kerupuk" si makanan enak tapi gak menyehatkan
Mengenal Boeing 737 Max 8, pesawat yang jatuh di Karawang
Kapal kayu Yunani Kuno ditemukan Utuh di dasar Laut Hitam
Pirates of the Carribean terbaru tanpa Johnny Depp, masih seru gak ya?
Bagian Tubuh Kucing yang Gak Boleh Agan Pegang
Menurut ente apakah Bima Sakti pantas tangani timnas senior?
Jembatan laut terpanjang di dunia ada di Tiongkok
Mengapa orang merasa sedih usai bercinta

-1
1.7K
Kutip
5
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan