- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Berat badan naik turun ternyata gak baik buat kesehatan ente gan


TS
kangjati
Berat badan naik turun ternyata gak baik buat kesehatan ente gan

Menurut studi baru, ternyata berat badan naik turun cukup drastik gak baik buat kesehatan.
Hal ini berlaku buat pria dan wanita dan berhubungan dengan kematian juga loh gan

Mengapa demikian? Simak aja langsung gan

Quote:

Ilustrasi diet yoyo. | Cronislaw /Shutterstock
Berat badan naik turun cukup drastis punya efek kesehatan tidak main-main. Hal ini berlaku bagi perempuan maupun laki-laki.
Penelitian terbaru memperingatkan fluktuasi berat badan, tekanan darah, kolesterol, dan gula darah berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian.
Para ilmuwan di Catholic University of Korea, Seoul, Korea Selatan--bersama lembaga lain--telah menilai hubungan antara fluktuasi dalam beberapa jenis ukuran kesehatan dan dampaknya pada kesehatan kardiovaskular.
Ukuran kesehatan yang diamati termasuk berat badan, tekanan darah sistolik (tekanan darah selama detak jantung), kolesterol, dan gula darah.
Pada dasarnya, para peneliti ingin melihat apakah variabilitas yang tinggi dari ukuran kesehatan ini bisa memprediksi masalah jantung dan kejadian kardiovaskular seperti strok dengan baik.
Temuan mereka sekarang diterbitkan di jurnal Circulation.
Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menganalisis data kesehatan 6.748.773 orang. Kesemuanya tak punya riwayat diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau serangan jantung pada awal penelitian.
Informasi ini didapat para peneliti dari sistem Korean National Health Insurance.
Semua yang terlibat dalam penelitian ini menjalani setidaknya tiga kali pemeriksaan kesehatan yang berbeda dalam kurun waktu tahun 2005-2012. Beberapa hal yang diukur dan dicatat selama pemeriksaan termasuk berat badan, tekanan darah sistolik, kolesterol, dan gula darah puasa.
Untuk pertama kalinya, para ilmuwan menyimpulkan fluktuasi tinggi dalam pengukuran faktor-faktor ini berhubungan dengan dampak negatif kesehatan kardiovaskular.
Mereka juga menemukan, jika seseorang punya variabilitas tinggi lebih dari satu, risiko kardiovaskular mereka pun jadi lebih tinggi.
Dibandingkan dengan orang-orang dengan hasil pengukuran stabil sepanjang periode rata-rata 5,5 tahun, mereka yang mendapat skor tertinggi pada semua faktor risiko memiliki risiko semua penyebab kematian 127 persen lebih tinggi. Mereka juga punya kemungkinan 43 persen lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung, dan memiliki 41 persen kemungkinan strok lebih tinggi.
Fluktuasi seperti dalam pengukuran di bawah analisis dapat menjadi hasil dari perubahan negatif atau perubahan positif, para peneliti mencatat.
Semua fluktuasi kelihatan meningkatkan risiko kesehatan. Karena itu, secara terpisah peneliti menilai pengaruh perubahan pada orang-orang yang hasil pengukurannya telah membaik atau memburuk lebih dari 5 persen.
Tim menemukan dalam kedua kasus, variabilitas tinggi berkaitan dengan meningkatnya risiko semua penyebab kematian. Jadi, berat badan naik atau turun drastis sama-sama berisiko.
Ini tidak serta-merta berarti diet yo-yo memicu serangan jantung. Hanya saja, peneliti menemukan korelasi antara fluktuasi ukuran metabolisme dan masalah kesehatan.
Tenaga kesehatan profesional, juga orang pada umumnya diharapkan sadar akan pentingnya menjaga kestabilan ukuran kesehatan.
"Penyedia layanan kesehatan harus memperhatikan variabilitas dalam pengukuran berat badan, tekanan darah, kolesterol, dan gula darah," tegas penulis senior penelitian Dr. Seung-Hwan Lee.
"Mencoba menstabilkan ukuran adalah langkah penting dalam membantu orang meningkatkan kesehatan," tambahnya.
Namun demikian, para peneliti menekankan penelitian mereka bersifat observasional. Artinya, mereka tidak dapat dengan mudah menyimpulkan ada hubungan sebab akibatantara fluktuasi ukuran, risiko kematian, dan kejadian kardiovaskular.
Lebih jauh lagi, mereka mengakui tidak melihat penyebab di balik fluktuasi berat badan, kolesterol, gula darah, atau tekanan darah sampel yang diteliti.
Dr. Lee juga tidak tahu pasti apakah hasil studi terhadap orang Korea ini berlaku umum. "Namun, beberapa studi sebelumnya tentang variabilitas yang dilakukan pada populasi lain menunjukkan ini mungkin fenomena umum," ujar Dr. Lee.
Tahun 2017, memang ada penelitian yang menemukan fluktuasi berat badan membuat risiko serangan jantung, strok, atau kematian naik dua kali lipat. Namun, kala itu penelitian berfokus pada orang yang sudah menderita penyakit jantung.
Bagaimanapun, Dr. Nieca Goldberg, pakar dari American Heart Association dan direktur program New York University Women’s Health menyatakan orang sebaiknya tidak hanya fokus meningkatkan kondisi kesehatan tapi juga menjaganya.
Dr. Goldberg memaparkan, "Orang butuh perbaikan yang stabil. Saya pikir, pesan yang baik adalah melanjutkan pola makan sehat dan olahraga untuk mengendalikan berat badan, tekanan darah, dan gula darah. Kalau Anda tidak melakukannya, perbaikan akan hilang."
Penelitian terbaru memperingatkan fluktuasi berat badan, tekanan darah, kolesterol, dan gula darah berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian.
Para ilmuwan di Catholic University of Korea, Seoul, Korea Selatan--bersama lembaga lain--telah menilai hubungan antara fluktuasi dalam beberapa jenis ukuran kesehatan dan dampaknya pada kesehatan kardiovaskular.
Ukuran kesehatan yang diamati termasuk berat badan, tekanan darah sistolik (tekanan darah selama detak jantung), kolesterol, dan gula darah.
Pada dasarnya, para peneliti ingin melihat apakah variabilitas yang tinggi dari ukuran kesehatan ini bisa memprediksi masalah jantung dan kejadian kardiovaskular seperti strok dengan baik.
Temuan mereka sekarang diterbitkan di jurnal Circulation.
Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menganalisis data kesehatan 6.748.773 orang. Kesemuanya tak punya riwayat diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau serangan jantung pada awal penelitian.
Informasi ini didapat para peneliti dari sistem Korean National Health Insurance.
Semua yang terlibat dalam penelitian ini menjalani setidaknya tiga kali pemeriksaan kesehatan yang berbeda dalam kurun waktu tahun 2005-2012. Beberapa hal yang diukur dan dicatat selama pemeriksaan termasuk berat badan, tekanan darah sistolik, kolesterol, dan gula darah puasa.
Untuk pertama kalinya, para ilmuwan menyimpulkan fluktuasi tinggi dalam pengukuran faktor-faktor ini berhubungan dengan dampak negatif kesehatan kardiovaskular.
Mereka juga menemukan, jika seseorang punya variabilitas tinggi lebih dari satu, risiko kardiovaskular mereka pun jadi lebih tinggi.
Dibandingkan dengan orang-orang dengan hasil pengukuran stabil sepanjang periode rata-rata 5,5 tahun, mereka yang mendapat skor tertinggi pada semua faktor risiko memiliki risiko semua penyebab kematian 127 persen lebih tinggi. Mereka juga punya kemungkinan 43 persen lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung, dan memiliki 41 persen kemungkinan strok lebih tinggi.
Fluktuasi seperti dalam pengukuran di bawah analisis dapat menjadi hasil dari perubahan negatif atau perubahan positif, para peneliti mencatat.
Semua fluktuasi kelihatan meningkatkan risiko kesehatan. Karena itu, secara terpisah peneliti menilai pengaruh perubahan pada orang-orang yang hasil pengukurannya telah membaik atau memburuk lebih dari 5 persen.
Tim menemukan dalam kedua kasus, variabilitas tinggi berkaitan dengan meningkatnya risiko semua penyebab kematian. Jadi, berat badan naik atau turun drastis sama-sama berisiko.
Ini tidak serta-merta berarti diet yo-yo memicu serangan jantung. Hanya saja, peneliti menemukan korelasi antara fluktuasi ukuran metabolisme dan masalah kesehatan.
Tenaga kesehatan profesional, juga orang pada umumnya diharapkan sadar akan pentingnya menjaga kestabilan ukuran kesehatan.
"Penyedia layanan kesehatan harus memperhatikan variabilitas dalam pengukuran berat badan, tekanan darah, kolesterol, dan gula darah," tegas penulis senior penelitian Dr. Seung-Hwan Lee.
"Mencoba menstabilkan ukuran adalah langkah penting dalam membantu orang meningkatkan kesehatan," tambahnya.
Namun demikian, para peneliti menekankan penelitian mereka bersifat observasional. Artinya, mereka tidak dapat dengan mudah menyimpulkan ada hubungan sebab akibatantara fluktuasi ukuran, risiko kematian, dan kejadian kardiovaskular.
Lebih jauh lagi, mereka mengakui tidak melihat penyebab di balik fluktuasi berat badan, kolesterol, gula darah, atau tekanan darah sampel yang diteliti.
Dr. Lee juga tidak tahu pasti apakah hasil studi terhadap orang Korea ini berlaku umum. "Namun, beberapa studi sebelumnya tentang variabilitas yang dilakukan pada populasi lain menunjukkan ini mungkin fenomena umum," ujar Dr. Lee.
Tahun 2017, memang ada penelitian yang menemukan fluktuasi berat badan membuat risiko serangan jantung, strok, atau kematian naik dua kali lipat. Namun, kala itu penelitian berfokus pada orang yang sudah menderita penyakit jantung.
Bagaimanapun, Dr. Nieca Goldberg, pakar dari American Heart Association dan direktur program New York University Women’s Health menyatakan orang sebaiknya tidak hanya fokus meningkatkan kondisi kesehatan tapi juga menjaganya.
Dr. Goldberg memaparkan, "Orang butuh perbaikan yang stabil. Saya pikir, pesan yang baik adalah melanjutkan pola makan sehat dan olahraga untuk mengendalikan berat badan, tekanan darah, dan gula darah. Kalau Anda tidak melakukannya, perbaikan akan hilang."
Nah buat agan atau sista, yang pengen badan ideal jangan maksain diet ketat ampe berlebihan
Soalnya kata artikel ini kalo badan turun drastis terus naik lagi bahaya loh, bahkan berhubungan dengan kematian katanya

Semoga bermanfaat threat ane kali ini gan

Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR :
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 

Layar, kamera, dan baterai jadi unggulan utama LG V40
Alasan kenapa orang suka berbohong
Denpasar punya objek wisata baru nih
Pecinta Film Lokal? NIh Deretan Film Indonesia Bulan Oktober
Fosil dinosaurus berkaki empat ditemukan di Afsel
kabar baik buat kamu fanboy Marvel, kisah X-Men berlanjut dalam Dark Phoenix
Kita udah tau sisi baik dari kegigihan. Terus bagai mana dengan keburukannya?
Untuk pertama kalinya! Perempuan transgender bisa menyusui..
Kenali rumus 20-20-20 biar agan siaga kalo ada tsunami
Ini baru namanya diet sehat.. "Diet Mediterania"


Layar, kamera, dan baterai jadi unggulan utama LG V40
Alasan kenapa orang suka berbohong
Denpasar punya objek wisata baru nih
Pecinta Film Lokal? NIh Deretan Film Indonesia Bulan Oktober
Fosil dinosaurus berkaki empat ditemukan di Afsel
kabar baik buat kamu fanboy Marvel, kisah X-Men berlanjut dalam Dark Phoenix
Kita udah tau sisi baik dari kegigihan. Terus bagai mana dengan keburukannya?
Untuk pertama kalinya! Perempuan transgender bisa menyusui..
Kenali rumus 20-20-20 biar agan siaga kalo ada tsunami
Ini baru namanya diet sehat.. "Diet Mediterania"

0
1K
Kutip
1
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan