Siapa yang tidak pernah berbohong? pasti kita semua pernah berbohong.
Iwan fals pernah berkata "Orang yang berar-benar jujur hanya ada di komik"
Salah satu kasus kebohongan yang sedah heboh yaitu pengeroyokan aktivis dan seniman Ratna Sarumpaet
Bahkan kebohongannya bisa mengalahkan berita bencana di palu dan beberapa info penting lainnya.
Pasti ada sesuatu dibalik kebohongannya
Untuk mengetahui kenapa orang suka berbohong, simak aja langsung artikelnya

Quote:
Pembohong | sakkmesterke
Ketika Anda berbohong, bisa jadi Anda merasa bahwa hal tersebut bukan kebohongan bagi diri sendiri. Kebohongan perlu dilakukan karena dianggap penting. Padahal, orang lain yang melihatnya menganggap ini masalah yang tidak penting.
Kasus kebohongan yang membuat banyak orang terkejut, baru-baru ini terjadi dalam skala nasional. Beredar informasi bahwa aktivis dan seniman Ratna Sarumpaet (69) dianiaya hingga wajahnya lebam.
Kemudian, terungkap bahwa kabar tersebut bohong. Wajah lebam Ratna bukan dianiaya, tetapi efek dari operasi plastik.
Menurut keterangan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, Ratna bahkan tidak mengetahui kenapa ia berbohong. Calon presiden itu beserta sejumlah politisi, mengaku ikut jadi korban kebohongan Ratna.
Untuk mengetahui mengapa orang berbohong, berikut penjelasannya dikutip dari berbagai sumber.
Orang yang berbohong sebenarnya bisa jadi karena tak ingin mengecewakan orang lain, ingin disukai, dihargai, membuat orang lain terkesan. Ada ketakutan bila ditolak atau dipermalukan.
Saat berbohong dan merugikan pihak lain, sebenarnya tak ada tujuan menyakiti orang lain. Namun, ini bisa jadi cara untuk menyelamatkan diri atau menutupi kesalahan. Anda juga bisa berbohong untuk menyalahkan orang lain.
Jika seseorang sudah berbohong sekali, akan terus berlanjut untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Lalu kebohongan pun berkembang lebih dalam.
Pembohong patologis
Ada alasan lain mengapa orang sering bohong? Bisa jadi, ia memang tipe orangpembohong patologis, yang berarti mereka tidak bisa berhenti menyebarkan informasi yang salah tentang diri mereka sendiri dan orang lain.
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, pembohong patologis adalah gangguan dalam dirinya sendiri dan gejala gangguan kepribadian, seperti psikopat dan narsisme.
"Kebanyakan pembohong patologis juga memiliki gangguan kepribadian narsistik atau setidaknya sifat narsistik yang kuat dan mereka berbohong secara kompulsif (dan tahu mereka berbohong) hanya untuk membuat diri mereka terlihat lebih baik," kata psikiater Scott Carroll.
"Kebohongan patologis dapat menjadi fungsi Obsessive Compulsive Disorder (OCD), tetapi itu bukan penyakit mental pada dirinya sendiri," kata ahli pernikahan berlisensi dan terapi keluarga, Racine Henry.
Penderita OCD mungkin telah belajar untuk berbohong agar merasa lebih baik, membuat orang-orang percaya mereka, dan menyembunyikan penyakit mereka.
Tidak semua orang dengan OCD adalah pembohong patologis, tetapi beberapa patologis pembohong memang memiliki kecenderungan OCD.
Kata terapis, Bill Eddy, salah satu teori paling menarik tentang pembohong patologis adalah bahwa mereka mungkin memiliki perbedaan hormon, yaitu rasio berlawanan dari kortisol dan testosteron kebanyakan orang.
Pada umumnya, kortisol menghentikan manusia menjadi terlalu agresif dan mengambil risiko yang tidak masuk akal.
Namun, bagi mereka dengan gangguan kepribadian antisosial, mungkin memiliki tingkat testosteron yang lebih tinggi dan tingkat kortisol yang lebih rendah daripada rata-rata orang.
"Ini memungkinkan mereka untuk menjadi sangat agresif tanpa memperhatikan risiko yang terlibat, seperti berbohong secara terang-terangan tentang sesuatu yang dapat memiliki konsekuensi serius jika mereka tertangkap," jelas Eddy.
Eddy juga mengatakan bahwa pembohong patologis paling sukses adalah sosiopat dan dikenal sebagai gangguan kepribadian antisosial bagi para profesional kesehatan mental.
Kata Scott, beberapa pembohong patologis juga mengalami delusi fungsional. Artinya, mereka benar-benar percaya kebohongan mereka sendiri dan bahkan dapat lulus tes kebohongan.
"Ini disebut micro-psychotic untuk membedakan orang-orang semacam itu dari orang-orang yang memiliki skizofrenia dan sangat delusional," tuturnya.
Dia menambahkan, kebanyakan orang yang micro-psychotic memiliki Borderline Personality Disorder dan benar-benar percaya apa yang mereka katakan (yang membantu mereka menjadi lebih meyakinkan), tetapi kemudian jika mereka terjebak dalam kebohongan, mereka dapat menulis ulang ingatan mereka sampai benar-benar mempercayainya.
Banyak alasan tenyata kenapa kita berbohong. Salah satunya terkait sifat narsistik dimana orang berbohong agar diperhatikan banyak orang.
Memang tidak ada orang yang tidak pernah berbohong, tapi jika itu merugikan kedepannya. Ada baiknya kita jujur, meskipun kejujuran itu pahit.