- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pilpres 2019 Dalam Bayang-Bayang Golput Yang Semakin Besar


TS
i.am.legend.
Pilpres 2019 Dalam Bayang-Bayang Golput Yang Semakin Besar
Quote:

Golput atau Golongan Putih adalah gerakan spontan yang pertama kali dicetuskan oleh Imam Waluyo, namun justru yang terkenal adalah Arief Budiman, karena dialah yang menggelorakan gerakan tersebut. Keduanya adalah bagian dari aktivis eksponen 66, yang sebenarnya menjadi ujung tombak jatuhnya Orde Lama dan munculnya Orde Baru.
Lalu kenapa justru mereka berbalik menentang Orde Baru saat Pemilu 1971 yang notabene adalah Pemilu pertama era Rezim Orde Baru? Mereka mengklaim bahwa itu adalah gerakan protes akibat hemogoni Orde Baru yang memberangus kebebasan berpendapat. Mereka menginginkan agar rakyat dapat menyuarakan pendapatnya tanpa diintimidasi dan dikekang kebebasan berpolitiknya. Dahulu, golongan putih menyasar pemilihan legeslatif atau memilih anggota dewan yang diwakili oleh partai politik. Dan sekarang, golongan putih juga menyasar pada pemilihan presiden.

Golput bisa diartikan sebagai tidak memilih. Tidak memiliki pilihan karena yang harus dipilih tidak dianggap mewakili kepentingannya. Cara-cara golput biasanya dilakukan dengan berbagai cara, seperti tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara atau TPS, bisa juga mencoblos semua calon di kertas suara, mencoblos bagian putih kertas suara, atau juga tidak mencoblos sama sekali, jadi kertas suara dibiarkan bersih.
Sejak tahun 2004, awal dimulainya pemilihan presiden secara langsung, tren golongan putih makin mengkhawatirkan. Jika dilihat dari grafik golongan putih, maka grafiknya semakin membesar. Pada pemilihan presiden 2004, jumlah golput sebesar 21,77 persen. Ini semakin besar pada pemilihan presiden 2009, bertambah jadi 23,37 persen. Lalu pada pemilihan presiden putaran kedua tahun 2009, jumlah golput tercatat sebesar 27,44 persen. Yang paling terakhir, pada pemilihan presiden tahun 2014, jumlah golput tercatat sebesar 29,8 persen. Berdasarkan jumlah DPT atau Daftar Pemilih Tetap yang terdaftar sebesar 190.307.134, maka yang tidak menggunakan hak pilihnya adalah sebesar 56.732.857. Ini sungguh jumlah yang besar. Dan disinyalir, pada gelaran pilpres tahun 2019, jumlah golput akan bertambah besar.
KPU sendiri sejak lama telah menargetkan tingkat partisipasi rakyat dalam pemilihan presiden adalah sebesar 75 persen, namun tampaknya usaha KPU belum membuahkan hasil. Meskipun KPU telah melakukan kampanye untuk memberi himbauan agar tingkat pastisipasi rakyat dalam pemilihan presiden semain besar, justru tingkat golputnya yang justru bertambah besar.

Yang jadi pertanyaan, partai politik banyak, pilihan banyak, keterwakilan banyak, lalu kenapa jumlah golput justru semakin besar? Banyak jawaban untuk hal ini.
Pertama :
Rakyat semakin muak dengan tingkah polah politisi yang selalu mempertontonkan ketidakberpihakan kepada rakyat. Lain dimulut, lain dipelaksanaan. Janji tinggal janji.
Kedua :
Partai dianggap sebagai penipu. Saat pilpres bisa saja mereka berseberangan, tapi saat selesai gelaran pilpres, mereka berkoalisi, tawar menawar dukungan demi kedudukan para kader atau pimpinannya. Ini dianggap membohongi konstituennya yang bisa saja membenci salah satu partai, tapi partai pilihannya malah mesra-mesraan dengan partai yang dibencinya.
Ketiga :
Calon presiden bukan pilihannya. Semua calon presiden bukan orang yang diharapkan. Dia bisa jadi punya pilihan lain, sehingga percuma saja kalau ikut dalam pemilihan presiden dengan menggunakan hak pilihnya, karena calon yang diharapkan tidak ikut serta dalam daftar calon presiden.
Keempat :
Tidak mau ikut terlibat dalam dosa. Ini ada lho. Mereka menganggap kalau memilih salah satu calon yang jadi kandidat, andai salah memilih, mereka akan merasa berdosa selama 5 tahun kedepan, bahkan berlanjut sampai bertahun-tahun kemudian, karena pastinya kebijakan presiden yang jadi pilihannya akan berimbas dimasa depan dalam perjalanan negeri ini.
Kelima :
Sikap apatis. Biasa mereka adalah kaum yang termarjinalkan, atau kaum yang tersisih. Mereka menganggap bahwa ratusan kali pemilihan presidenpun, nasib mereka akan sama, tak akan berubah. Mereka hanya akan menjadi pion yang hanya akan dikorbankan para penguasa. Akan tetapi sikap apatis ini juga menyerang kaum terpelajar. Mereka para intelektual muda biasanya menganggap bahwa pemilihan presiden hanya ajang lucu-lucuan, panggung sandiwara yang dilakoni oleh para politisi dengan topeng manis padahal dibalik topeng mereka, mereka menyeringai buas.
Melihat semakin dekatnya pemilihan presiden, dan calon yang akan tampilpun semakin jelas, yaitu kemungkinan hanya ada 2 calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, makin greget sepertinya gerakan golput ini. Ditambah lagi mungkin yang akan tampil sebagai calon wakil presiden adalah orang-orang yang tidak disukainya, maka bisa jadi para pemilih Joko Widodo atau Prabowo Subianto akan mengurungkan niatnya mendukung salah satu dari mereka, dan pada akhirnya mereka akan bersikap masa bodo yang ujung-ujungnya akan golput.
Lalu, bagaimana dengan ente semua, gan dan sis Kaskuser? Apakah akan ikut menjadi golput juga? Ingat lho. Ini bukan dunia persilatan yang jika kita membaca, ada yang namanya golongan putih dan golongan hitam. Golongan putih adalah golongan benar yang mewakili kebaikan, golongan hitam adalah golongan salah yang mewakili kejahatan. Disini, dalam pemilihan presiden, jika ente menjadi bagian dari golput, maka ente kehilangan hak ente untuk menentukan nasib bangsa. Jikapun persentase golput menjadi 50 persen, pemilihan presiden tidak otomatis menjadi batal. Tidak juga menjadikan legitimasi pemilihan presiden menjadi tidak sah.
Mulai sekarang tentukan pilihan. Pantau kandidat calon wakil presidennya. Benar-benar dirasa mampu mengimbangi calon presiden atau tidak? Lihat juga para pendukung calon presidennya, adem atau rusuh? Gontok-gontokan atau tidak? Lihat juga calon presidennya, rekam jejaknya, tunduk pada kemauan ormas atau tidak? nah, dari situ ente bisa koq menelaah secara kasat mata, mana yang kira-kira bisa membawa Indonesia ini pada kemajuan dan lebih baik, atau justru membawa Indonesia pada perubahan yang lebih buruk.
Semuanya berpulang kepada ente. Hak ada pada diri ente. Dan menjadi bagian dari pemilihan presiden tetap bukan kewajiban.
Silakan, ente mau menjadi bagian dari perubahan Indonesia, atau akan menjatuhkan pilhan menjadi bagian dari golongan putih.
Merdeka!

Lalu kenapa justru mereka berbalik menentang Orde Baru saat Pemilu 1971 yang notabene adalah Pemilu pertama era Rezim Orde Baru? Mereka mengklaim bahwa itu adalah gerakan protes akibat hemogoni Orde Baru yang memberangus kebebasan berpendapat. Mereka menginginkan agar rakyat dapat menyuarakan pendapatnya tanpa diintimidasi dan dikekang kebebasan berpolitiknya. Dahulu, golongan putih menyasar pemilihan legeslatif atau memilih anggota dewan yang diwakili oleh partai politik. Dan sekarang, golongan putih juga menyasar pada pemilihan presiden.

Golput bisa diartikan sebagai tidak memilih. Tidak memiliki pilihan karena yang harus dipilih tidak dianggap mewakili kepentingannya. Cara-cara golput biasanya dilakukan dengan berbagai cara, seperti tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara atau TPS, bisa juga mencoblos semua calon di kertas suara, mencoblos bagian putih kertas suara, atau juga tidak mencoblos sama sekali, jadi kertas suara dibiarkan bersih.
Sejak tahun 2004, awal dimulainya pemilihan presiden secara langsung, tren golongan putih makin mengkhawatirkan. Jika dilihat dari grafik golongan putih, maka grafiknya semakin membesar. Pada pemilihan presiden 2004, jumlah golput sebesar 21,77 persen. Ini semakin besar pada pemilihan presiden 2009, bertambah jadi 23,37 persen. Lalu pada pemilihan presiden putaran kedua tahun 2009, jumlah golput tercatat sebesar 27,44 persen. Yang paling terakhir, pada pemilihan presiden tahun 2014, jumlah golput tercatat sebesar 29,8 persen. Berdasarkan jumlah DPT atau Daftar Pemilih Tetap yang terdaftar sebesar 190.307.134, maka yang tidak menggunakan hak pilihnya adalah sebesar 56.732.857. Ini sungguh jumlah yang besar. Dan disinyalir, pada gelaran pilpres tahun 2019, jumlah golput akan bertambah besar.
KPU sendiri sejak lama telah menargetkan tingkat partisipasi rakyat dalam pemilihan presiden adalah sebesar 75 persen, namun tampaknya usaha KPU belum membuahkan hasil. Meskipun KPU telah melakukan kampanye untuk memberi himbauan agar tingkat pastisipasi rakyat dalam pemilihan presiden semain besar, justru tingkat golputnya yang justru bertambah besar.

Yang jadi pertanyaan, partai politik banyak, pilihan banyak, keterwakilan banyak, lalu kenapa jumlah golput justru semakin besar? Banyak jawaban untuk hal ini.
Pertama :
Rakyat semakin muak dengan tingkah polah politisi yang selalu mempertontonkan ketidakberpihakan kepada rakyat. Lain dimulut, lain dipelaksanaan. Janji tinggal janji.
Kedua :
Partai dianggap sebagai penipu. Saat pilpres bisa saja mereka berseberangan, tapi saat selesai gelaran pilpres, mereka berkoalisi, tawar menawar dukungan demi kedudukan para kader atau pimpinannya. Ini dianggap membohongi konstituennya yang bisa saja membenci salah satu partai, tapi partai pilihannya malah mesra-mesraan dengan partai yang dibencinya.
Ketiga :
Calon presiden bukan pilihannya. Semua calon presiden bukan orang yang diharapkan. Dia bisa jadi punya pilihan lain, sehingga percuma saja kalau ikut dalam pemilihan presiden dengan menggunakan hak pilihnya, karena calon yang diharapkan tidak ikut serta dalam daftar calon presiden.
Keempat :
Tidak mau ikut terlibat dalam dosa. Ini ada lho. Mereka menganggap kalau memilih salah satu calon yang jadi kandidat, andai salah memilih, mereka akan merasa berdosa selama 5 tahun kedepan, bahkan berlanjut sampai bertahun-tahun kemudian, karena pastinya kebijakan presiden yang jadi pilihannya akan berimbas dimasa depan dalam perjalanan negeri ini.
Kelima :
Sikap apatis. Biasa mereka adalah kaum yang termarjinalkan, atau kaum yang tersisih. Mereka menganggap bahwa ratusan kali pemilihan presidenpun, nasib mereka akan sama, tak akan berubah. Mereka hanya akan menjadi pion yang hanya akan dikorbankan para penguasa. Akan tetapi sikap apatis ini juga menyerang kaum terpelajar. Mereka para intelektual muda biasanya menganggap bahwa pemilihan presiden hanya ajang lucu-lucuan, panggung sandiwara yang dilakoni oleh para politisi dengan topeng manis padahal dibalik topeng mereka, mereka menyeringai buas.
Melihat semakin dekatnya pemilihan presiden, dan calon yang akan tampilpun semakin jelas, yaitu kemungkinan hanya ada 2 calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, makin greget sepertinya gerakan golput ini. Ditambah lagi mungkin yang akan tampil sebagai calon wakil presiden adalah orang-orang yang tidak disukainya, maka bisa jadi para pemilih Joko Widodo atau Prabowo Subianto akan mengurungkan niatnya mendukung salah satu dari mereka, dan pada akhirnya mereka akan bersikap masa bodo yang ujung-ujungnya akan golput.
Lalu, bagaimana dengan ente semua, gan dan sis Kaskuser? Apakah akan ikut menjadi golput juga? Ingat lho. Ini bukan dunia persilatan yang jika kita membaca, ada yang namanya golongan putih dan golongan hitam. Golongan putih adalah golongan benar yang mewakili kebaikan, golongan hitam adalah golongan salah yang mewakili kejahatan. Disini, dalam pemilihan presiden, jika ente menjadi bagian dari golput, maka ente kehilangan hak ente untuk menentukan nasib bangsa. Jikapun persentase golput menjadi 50 persen, pemilihan presiden tidak otomatis menjadi batal. Tidak juga menjadikan legitimasi pemilihan presiden menjadi tidak sah.
Mulai sekarang tentukan pilihan. Pantau kandidat calon wakil presidennya. Benar-benar dirasa mampu mengimbangi calon presiden atau tidak? Lihat juga para pendukung calon presidennya, adem atau rusuh? Gontok-gontokan atau tidak? Lihat juga calon presidennya, rekam jejaknya, tunduk pada kemauan ormas atau tidak? nah, dari situ ente bisa koq menelaah secara kasat mata, mana yang kira-kira bisa membawa Indonesia ini pada kemajuan dan lebih baik, atau justru membawa Indonesia pada perubahan yang lebih buruk.
Semuanya berpulang kepada ente. Hak ada pada diri ente. Dan menjadi bagian dari pemilihan presiden tetap bukan kewajiban.
Silakan, ente mau menjadi bagian dari perubahan Indonesia, atau akan menjatuhkan pilhan menjadi bagian dari golongan putih.
Merdeka!





Sumber Referensi
Semua gambar milik pihak ketiga, diambil dari Google
Quote:
Original Posted By i.am.legend.►
Jokowi - KH. Ma'ruf Amin
vs
Prabowo - Sandiaga Uno
Pilih? Atau Golput?
vs
Prabowo - Sandiaga Uno
Pilih? Atau Golput?
STOP PRESS!
RAMAIKAN SFTH (LAGI)
RAMAIKAN SFTH (LAGI)
Kunjungi thread ane :
Polling
0 suara
Apakah Ente Akan Menggunakan Hak Pilih Ente Pada Pilpres 2019?
Diubah oleh i.am.legend. 10-08-2018 17:48
0
25.9K
Kutip
252
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan