- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
TIDAK KULIAH BERARTI TIDAK TERJAMIN KEHIDUPANYA (?)


TS
letkol.joselito
TIDAK KULIAH BERARTI TIDAK TERJAMIN KEHIDUPANYA (?)
Quote:
Entah Sudah 5-6 tahun saya tidak Posting, kali ini saya mencoba berbagai pengalaman saya ketika sedang berdiskusi dengan salah seorang kerabat, Dan diskusi ini lah yang ingin saya bagikan ke public Kaskuser yang terhormat, dan saya juga yakin tentu ada yang pro & kontra dengan postingan saya ini, tanpa maksud menyinggung saya berharap dalam postingan ini kita dapat berdiskusi bersama.
Quote:

Suatu ketika saya sempat beradu argument dengan salah satu kerabat saya yang berpikiran bahwa orang yang tidak kuliah tidak terjamin kehidupannya?,
Mendengar hal itu kontan darah saya langsung mengalir deras ke arah otak, dan terus naik hingga ke ubun-ubun, kami pun memutuskan untuk bertemu dan berdiskusi mengenai hal tersebut.
Quote:
Indonesia menghasilkan Fresh Graduate terbesar di ASIA TENGGARA

November 2017-, Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kerja, Kemanker RI, Bambang Satrio Lelono merilis sebuah fakta yang mengejutkan tahun 2017 Indonesia memiliki 750 rb – 800 rb Fresh Graduate, dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil sarjana terbanyak di ASIA TENGGARA, no 2 terbanyak di asia setelah China.
Sementara setiap tahunnya tidak sampai 5% perusahaan swasta lokal maupun asing atau Perusahaan milik pemerintah yang menerima pegawai baru.
jika semua perusahaan swasta & Pemerintah yang berjumlah 5% tersebut murni menerima pegawai baru mungkin jumlah nya tidak sampai 1000 orang, artinya ada 799 rb fresh graduate terancam menganggur setiap tahunya.
Juni 2013 JobsDB merilis data, ada 30 juta orang pencari kerja, lalu pada tahun 2017 tenaga kerja berusia produktif di Indonesia mencapai angka 131.5 Jt orang, dengan 79 Jt orang atau kurang lebih 60% berpendidikan hanya di tingkat SMP.

November 2017-, Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kerja, Kemanker RI, Bambang Satrio Lelono merilis sebuah fakta yang mengejutkan tahun 2017 Indonesia memiliki 750 rb – 800 rb Fresh Graduate, dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil sarjana terbanyak di ASIA TENGGARA, no 2 terbanyak di asia setelah China.
Sementara setiap tahunnya tidak sampai 5% perusahaan swasta lokal maupun asing atau Perusahaan milik pemerintah yang menerima pegawai baru.
jika semua perusahaan swasta & Pemerintah yang berjumlah 5% tersebut murni menerima pegawai baru mungkin jumlah nya tidak sampai 1000 orang, artinya ada 799 rb fresh graduate terancam menganggur setiap tahunya.
Juni 2013 JobsDB merilis data, ada 30 juta orang pencari kerja, lalu pada tahun 2017 tenaga kerja berusia produktif di Indonesia mencapai angka 131.5 Jt orang, dengan 79 Jt orang atau kurang lebih 60% berpendidikan hanya di tingkat SMP.
Quote:
Lalu bagaimana cara perusahaan mengakalinya?
Tingginya UMR membuat perusahan pun tak mau mengambil resiko merekrut pekerjanya dan untuk mengakali hal tersebut Perusahaan – perusahaan besar di Indonesia menaikan level kualitasnya
Dengan :
1. Harus lulusan Univesitas ternama dengan angka IPK yang bagus
2. Lolos test dan ujian serta kebijakan dari perusahaan TSB
3. Harus memiliki skill lain (Entah itu B.Inggris, Akunting, Dll) diluar study yang dipelajari
Jika kalian tidak memiliki itu semua dibadan kalian, cara satu-satunya adalah lulus dengan gelar “Master”.
Entah mengapa S2 seperti menjadi jaminan untuk sebuah peruasahaan-perusahaan besar di Indonesia, yang artinya itu adalah ancaman untuk mereka para calon sarjana Muda, karena bisa jadi S2 menjadi syarat mutlak untuk kerja, seperti yang dilakukan 20 tahun ketika pemerintah menaikan mutu dan kualitas para pekerjanya dengan menaikan level dari SMA menjadi Sarjana.
Sehingga membuat saya menarik kesimpulan 60 tahun dari sekarang, tidak menampik lulusan S3 di Indonesia hanya menjadi penjaga toilet di mall atau swalayan. Saya harap ini tidak terjadi!.
Tingginya UMR membuat perusahan pun tak mau mengambil resiko merekrut pekerjanya dan untuk mengakali hal tersebut Perusahaan – perusahaan besar di Indonesia menaikan level kualitasnya
Dengan :
1. Harus lulusan Univesitas ternama dengan angka IPK yang bagus
2. Lolos test dan ujian serta kebijakan dari perusahaan TSB
3. Harus memiliki skill lain (Entah itu B.Inggris, Akunting, Dll) diluar study yang dipelajari
Jika kalian tidak memiliki itu semua dibadan kalian, cara satu-satunya adalah lulus dengan gelar “Master”.
Entah mengapa S2 seperti menjadi jaminan untuk sebuah peruasahaan-perusahaan besar di Indonesia, yang artinya itu adalah ancaman untuk mereka para calon sarjana Muda, karena bisa jadi S2 menjadi syarat mutlak untuk kerja, seperti yang dilakukan 20 tahun ketika pemerintah menaikan mutu dan kualitas para pekerjanya dengan menaikan level dari SMA menjadi Sarjana.
Sehingga membuat saya menarik kesimpulan 60 tahun dari sekarang, tidak menampik lulusan S3 di Indonesia hanya menjadi penjaga toilet di mall atau swalayan. Saya harap ini tidak terjadi!.
Quote:
Sarjana bikin gengsi

Lalu Om saya pun kembali mengeluarkan pendapatnya

10 tahun yang lalu Bambang Sudibyo yang menjabat sebagai mentri pendidikan gencar mempromosikan SMK sebagai lulusan yang siap kerja, dan uniknya lulusan smk di Indonesia kini menjadi saingan terberat dari mereka yang sarjana.

Mengapa begitu ?, menurut Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kerja, Kemanker RI.
Banyak lulusan sarjana tidak mau melaksanakan pekerjaan yang setara dengan SMA atau SMK.
Mereka menganggap memiliki kompetensi lebih tinggi
sehingga harus mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya.
"Tapi kan kenyataanya tidak demikian.
Sulit mencari pekerjaan yang sesuai, mau bekerja di bawah kompetensi sarjana, kan tidak mau, akhirnya jadilah pengangguran," ucapnya.
Sulit mencari pekerjaan yang sesuai, mau bekerja di bawah kompetensi sarjana, kan tidak mau, akhirnya jadilah pengangguran," ucapnya.
Ditengah diskusi tiba-tiba Om saya langsung memotong dengan sebuah argument
Dengan tenang saya menjawab,” saya tidak di design untuk bersaing mencari posisi disebuah perusahaan, saya menciptakan peluang atas diri saya sendiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut”.
Yang lulus sarjana aja sulit mencari kerja apa lagi yang tidak
Dengan tenang saya menjawab,” saya tidak di design untuk bersaing mencari posisi disebuah perusahaan, saya menciptakan peluang atas diri saya sendiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut”.
Lalu Om saya pun kembali mengeluarkan pendapatnya
Bagaimana bisa kamu menciptakan peluang,
jika pendidikan yang kamu lalui saja hanya sedikit
Mari kita telaah bareng-bareng
Quote:
Kuliah = Simulasi Masalah
Baik teman-teman ataupun adik kelas saya selalu mengeluh soal masalah kuliah, dari semester pertama hingga lulus.
Mulai dari keluhan dosen yang sering tidak masuk hingga tugas yang menumpuk.
Jika kita analogikansebuah perusahaan, dosen kita umpamakan sebagai Owner, sedangkan mahasiwa adalah pegawai.
Sekarang logikanya apakah owner perusahaan tersebut akan standby di kantor?, tentu tidak bukan?, Owner mana mau tau soal seluk - beluk masalah yang ada diperusahaan yang dia mau tau, semuanya beres. Itu lah kenapa kalian digaji!.
Jika kalian ada keperluan langsung tidak mungkin langsung menemui owner, pasti melalui protokol melalui Manager dulu, lalu ke Direktur, baru langsung ke tangan owner. Bahkan seorang direktur pun dia harus menyesuaikan waktu dan tempat dari si pemilik perusahaan untuk bertemu.
Tugas numpuk?, kalian digaji memang untuk bekerja, lalu revisi skripsi? Kalian dituntut untuk lebih teliti.
Semua itu akan kalian temukan berulang kali dan akan terus bertambah porsinya dari hari ke hari, ketika kalian kerja nanti, jika kalian tidak mampu? Ada jutaan orang dibelakang yang siap menggantikan kalian.
Jadi saya mengambil kesimpulan , KULIAH = SIMULASI MASALAH.
Salah satu hal yang membuat saya berani untuk mengambil langkah ini adalah hal ini, saya menghemat 3.5 – 4 tahun waktu saya.
Saya juga percaya bahwa setiap manusia memiliki kuota nya sendiri untuk gagal, dan semakin cepat kita menghabiskan kuota tersebut semakin cepat kita menuai keberhasilan (*Sok bijak
).
Baik teman-teman ataupun adik kelas saya selalu mengeluh soal masalah kuliah, dari semester pertama hingga lulus.
Mulai dari keluhan dosen yang sering tidak masuk hingga tugas yang menumpuk.
Jika kita analogikansebuah perusahaan, dosen kita umpamakan sebagai Owner, sedangkan mahasiwa adalah pegawai.
Sekarang logikanya apakah owner perusahaan tersebut akan standby di kantor?, tentu tidak bukan?, Owner mana mau tau soal seluk - beluk masalah yang ada diperusahaan yang dia mau tau, semuanya beres. Itu lah kenapa kalian digaji!.
Jika kalian ada keperluan langsung tidak mungkin langsung menemui owner, pasti melalui protokol melalui Manager dulu, lalu ke Direktur, baru langsung ke tangan owner. Bahkan seorang direktur pun dia harus menyesuaikan waktu dan tempat dari si pemilik perusahaan untuk bertemu.
Tugas numpuk?, kalian digaji memang untuk bekerja, lalu revisi skripsi? Kalian dituntut untuk lebih teliti.
Semua itu akan kalian temukan berulang kali dan akan terus bertambah porsinya dari hari ke hari, ketika kalian kerja nanti, jika kalian tidak mampu? Ada jutaan orang dibelakang yang siap menggantikan kalian.
Jadi saya mengambil kesimpulan , KULIAH = SIMULASI MASALAH.
Salah satu hal yang membuat saya berani untuk mengambil langkah ini adalah hal ini, saya menghemat 3.5 – 4 tahun waktu saya.
Saya juga percaya bahwa setiap manusia memiliki kuota nya sendiri untuk gagal, dan semakin cepat kita menghabiskan kuota tersebut semakin cepat kita menuai keberhasilan (*Sok bijak

Quote:
Semakin Tinggi ilmunya semakin takut untuk melangkah

Dan hebat nya om Bob tetap konsisten dengan statementnya dan lantang menyerukan untuk Berhenti Kuliah di setiap seminarnya, bahkan di setiap seminar yang diadakan kampus sekalipun.
Saat kita belajar, kita melatih otak untuk menganalisa sehingga semakin tinggi ilmunya semakin tajam analisanya. Dan karena ketajaman analisa itulah yang membuat mereka takut untuk melangkah. Hal itu pun diungkapkan oleh salah satu Guru Besar Universitas Indonesia Fak.Ilmu Management Rhenald Khasali.
[size={defaultattr}][size={defaultattr}]
Dan kebanyakan dari mereka pada akhirnya fokus ke bidang akademis, Entah itu jadi Asdos lalu kemudian Dosen, penulis buku, dan moderator seminar.[/size][/size]

Sub judul ini saya dapatkan dari mentor saya Peter.F.Sufandridalam seminar Insider Trading, di Novotel Mangga 2, tahun 2010.
Dan yang lucunya statement ini dibenarkan oleh pengusaha legendaris Bob Sadino, dalam bukunya Belajar bodoh Ala Bob Sadino.
Dan yang lucunya statement ini dibenarkan oleh pengusaha legendaris Bob Sadino, dalam bukunya Belajar bodoh Ala Bob Sadino.
“Orang bodoh itu ga banyak mikir yang penting melangkah,
Orang pintar kebanyakan mikir akibatnya tidak pernah melangkah.”
Dan hebat nya om Bob tetap konsisten dengan statementnya dan lantang menyerukan untuk Berhenti Kuliah di setiap seminarnya, bahkan di setiap seminar yang diadakan kampus sekalipun.
Saat kita belajar, kita melatih otak untuk menganalisa sehingga semakin tinggi ilmunya semakin tajam analisanya. Dan karena ketajaman analisa itulah yang membuat mereka takut untuk melangkah. Hal itu pun diungkapkan oleh salah satu Guru Besar Universitas Indonesia Fak.Ilmu Management Rhenald Khasali.
“Untuk memulai bisnis saya tidak mampu
Tapi menjadi konsultan, adalah keahlian saya”
[size={defaultattr}][size={defaultattr}]
Dan kebanyakan dari mereka pada akhirnya fokus ke bidang akademis, Entah itu jadi Asdos lalu kemudian Dosen, penulis buku, dan moderator seminar.[/size][/size]
Quote:
Untuk beberapa saat saya berhasil membuat om saya terdiam, kopi mu terasa lebih manis dilidah. sayang kemenangan saya tidak bertahan lama.
Ucapanya bak, sebuah petir disiang hari. Dan kali ini gantian saya yang terdiam untuk beberapa saat.
Untuk beberapa saat om saya terdiam dan merenung.
Singkat cerita kami mengakhiri diskusi kami yang berfaedah tinggi ini dan menyadari bahwa kami tidak memaksakan pendapat kami satu sama lain, kami menerima hal itu.
Sebelum pulang om saya pun berkelakar
Saya pun ikut tertawa dengan lelucon nya, dan untuk kali pertama saya setuju dengan beliau.
Namun bedanya …. Saya tidak ada rencana untuk gagal.
Tidak ada calon mertua yang mau menerima mantunya
Yang bukan sarjana, saya pun akan melakukan hal demikian
Ucapanya bak, sebuah petir disiang hari. Dan kali ini gantian saya yang terdiam untuk beberapa saat.
Om Jika Anneke di pinang dua lelaki, satu lulusan Master Universitas Indonesia
Dan satu lagi lulusan SMA tapi punya perkebunan kelapa sawit ratusan hektar, dan tambang minyak
Om memilih yang mana?
Untuk beberapa saat om saya terdiam dan merenung.
Singkat cerita kami mengakhiri diskusi kami yang berfaedah tinggi ini dan menyadari bahwa kami tidak memaksakan pendapat kami satu sama lain, kami menerima hal itu.
Sebelum pulang om saya pun berkelakar
Paling tidak kamu tidak perlu khawatir, saat kamu gagal orang akan maklum
Kamu tidak kuliah, namun berbeda saat kamu menjadi sarjana
Saya pun ikut tertawa dengan lelucon nya, dan untuk kali pertama saya setuju dengan beliau.
Namun bedanya …. Saya tidak ada rencana untuk gagal.
“Orang pintar maunya cepat berhasil, padahal semua orang tahu itu impossible! Orang bodoh cuma punya satu harapan, yaitu hari ini bisa makan.”
-Bob Sadino-
Quote:
Original Posted By komentarterima kasih atas diskusinya yang menarik, dari semua komentar saya ingin memasang beberapa yang menurut saya menarik untuk dibahas
itu lah kenapa disebut tenaga profesional, dibutuhkan karena keahlianya dan jam terbangnya, bukan karena embel-embelnya gan.
saya juga ga berharap menjadi seperti dia, saya hanya menjadikan beliau sebagai panutan.
nah pertanyaan nya, "Terus kalo ente kuliah, apakah ente sudah pintar?",
pertanyaan kedua "Terus kalo ente kuliah, apakah ente lebih berhak duduk di kursi mentri?"
Komentar yang kedua, membuktikan teori saya benar
Quote:
Original Posted By 24htotherich►
Susi itu walau gak sekolah dia itu emang udah pinter, makanya bisa mendirikan bisnis besar, klo lu kagak kuliah trus kagak pinter ya jangan harap lah kayak Bu Susi, dia itu juga cuma 1 dari sekian juta orang yang bisa jd menteri tanpa gelar sarjana..
Susi itu walau gak sekolah dia itu emang udah pinter, makanya bisa mendirikan bisnis besar, klo lu kagak kuliah trus kagak pinter ya jangan harap lah kayak Bu Susi, dia itu juga cuma 1 dari sekian juta orang yang bisa jd menteri tanpa gelar sarjana..

saya juga ga berharap menjadi seperti dia, saya hanya menjadikan beliau sebagai panutan.
nah pertanyaan nya, "Terus kalo ente kuliah, apakah ente sudah pintar?",
pertanyaan kedua "Terus kalo ente kuliah, apakah ente lebih berhak duduk di kursi mentri?"


Quote:
Original Posted By 24htotherich►Ini cuma Trit gak mutu sebagai pembelaan buat yang gak kuliah, klo kalian gak mampu kuliah di kampus bagus gak perlu ngehina yang kuliah, orang kuliah (di kampus top bukan yang Abal) tetep lebih beruntung dibanding yang gak kuliah... Mereka punya banyak kesempatan, jaringan luas dan segala macamnya yang mendukung buat jd pengusaha, gw sendiri lulusan salah satu kampus top negeri terbaik di Indonesia, gw ngerasain hal itu, gw punya banyak kesempatan pitching bisnis Ama Capital provider ya karena gw lulusan sana... Lo yang kagak mampu kuliah silahkan aja klo mau bikin pembenaran Ampe modar juga lebih beruntung orang yg kuliah, tapi dengan catatan kuliah di kampus bagus bukan kampus ruko..
Komentar yang kedua, membuktikan teori saya benar

Diubah oleh letkol.joselito 02-04-2018 12:13
0
31.7K
Kutip
249
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan