- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal tradisi Pencak Dor, tarung bebas berdarah para santri dari Kediri


TS
kangjati
Mengenal tradisi Pencak Dor, tarung bebas berdarah para santri dari Kediri
WELCOME
TO MY THREAD
TO MY THREAD

Peserta acara pencak dor di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur
Quote:
Di atas lawan di bawah kawan. Tradisi bertarung di pesantren Lirboyo, Kediri sejak zaman Belanda.
Spoiler for pencakdor:

Petarung pencak dor, Michael Sigarlaki sedang berlatih menjelang pertandingan yang digelar Sabtu 29 April 2017 di Pesantren Lirboyo, Kediri.
Spoiler for SEJARAH:
Perhelatan pencak dor tak bisa dilepaskan dari sosok KH Muhamad Abdullah Maksum Jauhari atau dikenal dengan panggilan Gus Maksum. Dia adalah putra Kiai Jauhari, pengasuh pondok pesantren Kanigoro, Kediri. Pondok pesantren ini tercatat dalam sejarah penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Kediri, di mana massa PKI menginjak-injak Al Quran di halaman masjid pondok dan dikenal dengan peristiwa Kanigoro.
Gus Maksum memimpin gerakan santri dan pendekar silat menumpas anggota PKI di Kediri dengan membentuk Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (GASMI) pada 11 Februari 1966. Saat ini, GASMI bisa dibilang satu-satunya organisasi pesilat yang masih mempertahankan kultur pesantren tradisional.
Meski secara formal organisasi GASMI berdiri 1966, perkumpulan para pendekar itu sejatinya sudah ada sejak lama. Keberadaannya seiring dengan munculnya Pondok Pesantren Lirboyo yang didirikan Kiai Abdul Karim tahun 1910. Kelurahan Lirboyo dipilih menjadi lokasi pendirian pondok karena merupakan "daerah hitam". Selain dipenuhi penjudi dan pelaku kejahatan, kelurahan di Kecamatan Mojoroto ini dikenal angker.
Awalnya, keberadaan pesantren sebagai syiar keagamaan itu menjadi ancaman warga setempat. Mereka berusaha mengusir para santri dengan berbagai tindakan teror dan pencurian. Tak sedikit santri yang mengurungkan niatnya belajar di tempat ini karena situasi belajar yang tidak aman.
Karena itulah kakak ipar Kiai Abdul Karim, yakni Kiai Ya'kub diperbantukan menjaga keamanan pondok. Kiai Ya'kub dipilih karena masih terikat saudara dengan Kiai Abdul Karim dan dikenal sebagai pendekar silat tangguh. "Sejak itulah santri Lirboyo diajari bela diri meski bukan termasuk kurikulum wajib," kata Badrul Huda Zainal Abidin atau Gus Bidin, keponakan Gus Maksum dan Ketua GASMI saat ini.
Kiai Ya'kub memberikan pelatihan olah fisik bela diri kepada santri setiap malam seusai mengikuti pelajaran agama. Lambat laun, latihan bela diri ini tak hanya diikuti santri Lirboyo setelah menarik perhatian pesilat di wilayah Kediri dan sekitarnya. Banyak santri belajar ke Lirboyo dengan pertimbangan ingin menjadi pendekar.
Tradisi belajar silat semakin berkembang ketika seorang santri yang kelak dikenal dengan Kiai Mahrus Aly mondok ke Lirboyo pada 1936. Selain ingin menimba ilmu agama, Mahrus Aly juga tertarik mempelajari silat ala Lirboyo yang sudah dikenal luas. Mahrus Aly sempat mengenyam ilmu silat di Jawa Barat. Hingga pada akhirnya pendekar Cirebon ini memegang estafet kepemimpinan Lirboyo setelah menjadi menantu Kiai Abdul Karim.
Di bawah kepemimpinan Kiai Mahrus Aly peran pendekar silat Lirboyo muncul. Beberapa kali dia mengirim rombongan santri untuk bergabung dengan pejuang kemerdekaan. Salah satu peristiwa bersejarah yang mengantarkannya berada di jajaran utama tokoh nasional adalah ketika mengirimkan pasukan santri dalam pertempuran 10 November di Surabaya. Peristiwa itu merupakan cikal-bakal berdirinya Kodam V Brawijaya yang menempatkan Kiai Mahrus Aly sebagai pendiri meski bukan dari kalangan TNI.
Nama Kiai Mahrus Aly semakin berkibar setelah berhasil membantu melakukan penumpasan PKI di wilayah Kediri dan sekitarnya. Pada masa itu Pondok Pesantren Lirboyo memiliki satu orang pendekar yang menjadi ikon silat, yakni Gus Maksum, yang juga cucu Kiai Abdul Karim sekaligus keponakan Kiai Mahrus Aly.
Tumbuh dan berkembang di lingkungan pondok yang kental dengan ilmu bela diri menjadikan Gus Maksum pendekar muda yang disegani banyak orang. Pergaulannya yang luas dengan pembawaan sederhana membuat Gus Maksum mampu memikat para pendekar di luar Lirboyo seperti Porsigal di Blitar dan NH Perkasa yang seluruhnya diawaki warga NU.
Kecintaan Gus Maksum kepada seni bela diri pencak mengilhami diselenggarakannya pentas latih tanding antar pendekar. Tujuannya adalah menyambung tali silaturahmi antar pendekar di wilayah Kediri dan sekitarnya. "Jadi bukan mencari menang kalah, hanya hiburan untuk menyambung silaturahmi di antara pendekar," kata Gus Bidin.
Pentas ini biasanya digelar sebagai peringatan hari-hari besar keagamaan dan nasional, seperti peringatan Hari Kemerdekaan, ulang tahun pondok pesantren, hingga penutupan akhir tahun pelajaran pondok atau Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Lirboyo seperti yang digelar pada Sabtu 29 April 2017.
Kegiatan ini, menurut Gus Bidin, untuk mewadahi bakat silat para santri Lirboyo yang telah mempelajari ilmu silat sebagai kegiatan ekstra kurikuler pondok. Selain belajar agama, mereka juga belajar silat yang menjadi ciri khas pondok Lirboyo sebagai gudangnya pendekar.
Tak hanya santri Lirboyo, siapa pun yang merasa dirinya pendekar bisa mengikuti pentas laga itu untuk menguji kemampuan. Karena itulah belakangan banyak sekali pendekar dari luar pondok maupun luar daerah berebut mengikuti laga pencak dor.
Kata pencak dor berasal dari kata pencak dan jidor. Jidor adalah beduk kecil menyerupai kendang yang dipukul kanan kiri, dan menjadi salah satu alat musik yang mengiringi selawat jidor. "Karena pementasan pencak selalu diiringi selawat jidor, maka disebut pencak dor," kata Gus Bidin.
Meski tak ada aturan khusus dalam pertarungannya, setiap pendekar dilarang keras melakukan hal-hal yang tidak terhormat, seperti meludah, menggigit, mencongkel mata dan menjambak rambut. Menurut Gus Bidin, perilaku itu sangat merendahkan martabat pendekar. Petarung yang melakukan itu langsung dikeluarkan dari panggung dan bersiap dicemooh oleh para penonton.
Selain itu, petarung tabu berkelahi di luar panggung sebagai buntut pertarungan pencak. Selain mendapat teguran keras dari Gus Bidin, promotor yang bersangkutan dilarang mengikuti laga berikutnya. "Saya tinggal pegang koordinatornya jika ada yang rusuh," kata Gus Bidin yang sangat ditakuti dan dihormati di kalangan pendekar.
Karena itu moto "di atas lawan di bawah kawan" menjadi pedoman yang harus dijiwai oleh para pendekar. Laga ini diharapkan bisa menjadi ajang penyelesaian dendam jika ada yang saling bermusuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga potensi terjadinya tawuran dan perkelahian bisa dicegah dan disalurkan secara terhormat di panggung pencak dor.
Meski tak ada aturan saat berkelahi, hingga kini Gus Bidin mengklaim tidak pernah ada pendekar yang mengalami cidera berat. Insiden tulang keseleo akan bisa disembuhkan oleh pelatih di atas panggung tanpa membutuhkan perawatan khusus. "Peraturannya hanya ketika sudah jatuh dan mau dibenturkan atau diinjak segera dilerai," katanya.
Dalam setiap laga pencak dor, tak kurang dari 300 pendekar atau 150 pertandingan digelar. Tiap pertandingan pun tak akan berjalan hingga di atas 5 menit. Setiap peserta tak dibebani biaya pendaftaran. Para pendekar tak dapat hadiah apa pun selain satu piring nasi gulai kambing. Kebutuhan konsumsi ini didapat dari sponsor yang ingin membiayai acara itu.
Selain dukungan sponsor, pemasukan dari jasa parkir dan sewa tempat dari pedagang kaki lima menjadi keuntungan bagi panitia. Jika keuntungan melimpah, akan disisihkan sedikit untuk hadiah pemenang pencak. Sisanya akan disumbangkan untuk pembangunan tempat ibadah seperti musala dan masjid secara merata.
Efektivitas penggalian dana melalui acara pencak ini memancing pihak di luar pondok ikut menggelar. Setelah dinyatakan layak sebagai penyelenggara oleh organisasi GASMI, mereka diperkenankan menjadi panitia lokal dengan distribusi keuntungan merata. Setiap masjid dan musala di lingkungan lokasi pencak dipastikan akan menerima cipratan keuntungan dari jasa parkir dan pedagang. "Bahkan ada panitia dari Blitar yang selalu menyelenggarakan pencak dor khusus untuk mencari dana anak yatim," ucap Gus Bidin
Gus Maksum memimpin gerakan santri dan pendekar silat menumpas anggota PKI di Kediri dengan membentuk Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia (GASMI) pada 11 Februari 1966. Saat ini, GASMI bisa dibilang satu-satunya organisasi pesilat yang masih mempertahankan kultur pesantren tradisional.
Meski secara formal organisasi GASMI berdiri 1966, perkumpulan para pendekar itu sejatinya sudah ada sejak lama. Keberadaannya seiring dengan munculnya Pondok Pesantren Lirboyo yang didirikan Kiai Abdul Karim tahun 1910. Kelurahan Lirboyo dipilih menjadi lokasi pendirian pondok karena merupakan "daerah hitam". Selain dipenuhi penjudi dan pelaku kejahatan, kelurahan di Kecamatan Mojoroto ini dikenal angker.
Awalnya, keberadaan pesantren sebagai syiar keagamaan itu menjadi ancaman warga setempat. Mereka berusaha mengusir para santri dengan berbagai tindakan teror dan pencurian. Tak sedikit santri yang mengurungkan niatnya belajar di tempat ini karena situasi belajar yang tidak aman.
Karena itulah kakak ipar Kiai Abdul Karim, yakni Kiai Ya'kub diperbantukan menjaga keamanan pondok. Kiai Ya'kub dipilih karena masih terikat saudara dengan Kiai Abdul Karim dan dikenal sebagai pendekar silat tangguh. "Sejak itulah santri Lirboyo diajari bela diri meski bukan termasuk kurikulum wajib," kata Badrul Huda Zainal Abidin atau Gus Bidin, keponakan Gus Maksum dan Ketua GASMI saat ini.
Kiai Ya'kub memberikan pelatihan olah fisik bela diri kepada santri setiap malam seusai mengikuti pelajaran agama. Lambat laun, latihan bela diri ini tak hanya diikuti santri Lirboyo setelah menarik perhatian pesilat di wilayah Kediri dan sekitarnya. Banyak santri belajar ke Lirboyo dengan pertimbangan ingin menjadi pendekar.
Tradisi belajar silat semakin berkembang ketika seorang santri yang kelak dikenal dengan Kiai Mahrus Aly mondok ke Lirboyo pada 1936. Selain ingin menimba ilmu agama, Mahrus Aly juga tertarik mempelajari silat ala Lirboyo yang sudah dikenal luas. Mahrus Aly sempat mengenyam ilmu silat di Jawa Barat. Hingga pada akhirnya pendekar Cirebon ini memegang estafet kepemimpinan Lirboyo setelah menjadi menantu Kiai Abdul Karim.
Di bawah kepemimpinan Kiai Mahrus Aly peran pendekar silat Lirboyo muncul. Beberapa kali dia mengirim rombongan santri untuk bergabung dengan pejuang kemerdekaan. Salah satu peristiwa bersejarah yang mengantarkannya berada di jajaran utama tokoh nasional adalah ketika mengirimkan pasukan santri dalam pertempuran 10 November di Surabaya. Peristiwa itu merupakan cikal-bakal berdirinya Kodam V Brawijaya yang menempatkan Kiai Mahrus Aly sebagai pendiri meski bukan dari kalangan TNI.
Nama Kiai Mahrus Aly semakin berkibar setelah berhasil membantu melakukan penumpasan PKI di wilayah Kediri dan sekitarnya. Pada masa itu Pondok Pesantren Lirboyo memiliki satu orang pendekar yang menjadi ikon silat, yakni Gus Maksum, yang juga cucu Kiai Abdul Karim sekaligus keponakan Kiai Mahrus Aly.
Tumbuh dan berkembang di lingkungan pondok yang kental dengan ilmu bela diri menjadikan Gus Maksum pendekar muda yang disegani banyak orang. Pergaulannya yang luas dengan pembawaan sederhana membuat Gus Maksum mampu memikat para pendekar di luar Lirboyo seperti Porsigal di Blitar dan NH Perkasa yang seluruhnya diawaki warga NU.
Kecintaan Gus Maksum kepada seni bela diri pencak mengilhami diselenggarakannya pentas latih tanding antar pendekar. Tujuannya adalah menyambung tali silaturahmi antar pendekar di wilayah Kediri dan sekitarnya. "Jadi bukan mencari menang kalah, hanya hiburan untuk menyambung silaturahmi di antara pendekar," kata Gus Bidin.
Pentas ini biasanya digelar sebagai peringatan hari-hari besar keagamaan dan nasional, seperti peringatan Hari Kemerdekaan, ulang tahun pondok pesantren, hingga penutupan akhir tahun pelajaran pondok atau Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Lirboyo seperti yang digelar pada Sabtu 29 April 2017.
Kegiatan ini, menurut Gus Bidin, untuk mewadahi bakat silat para santri Lirboyo yang telah mempelajari ilmu silat sebagai kegiatan ekstra kurikuler pondok. Selain belajar agama, mereka juga belajar silat yang menjadi ciri khas pondok Lirboyo sebagai gudangnya pendekar.
Tak hanya santri Lirboyo, siapa pun yang merasa dirinya pendekar bisa mengikuti pentas laga itu untuk menguji kemampuan. Karena itulah belakangan banyak sekali pendekar dari luar pondok maupun luar daerah berebut mengikuti laga pencak dor.
Kata pencak dor berasal dari kata pencak dan jidor. Jidor adalah beduk kecil menyerupai kendang yang dipukul kanan kiri, dan menjadi salah satu alat musik yang mengiringi selawat jidor. "Karena pementasan pencak selalu diiringi selawat jidor, maka disebut pencak dor," kata Gus Bidin.
Meski tak ada aturan khusus dalam pertarungannya, setiap pendekar dilarang keras melakukan hal-hal yang tidak terhormat, seperti meludah, menggigit, mencongkel mata dan menjambak rambut. Menurut Gus Bidin, perilaku itu sangat merendahkan martabat pendekar. Petarung yang melakukan itu langsung dikeluarkan dari panggung dan bersiap dicemooh oleh para penonton.
Selain itu, petarung tabu berkelahi di luar panggung sebagai buntut pertarungan pencak. Selain mendapat teguran keras dari Gus Bidin, promotor yang bersangkutan dilarang mengikuti laga berikutnya. "Saya tinggal pegang koordinatornya jika ada yang rusuh," kata Gus Bidin yang sangat ditakuti dan dihormati di kalangan pendekar.
Karena itu moto "di atas lawan di bawah kawan" menjadi pedoman yang harus dijiwai oleh para pendekar. Laga ini diharapkan bisa menjadi ajang penyelesaian dendam jika ada yang saling bermusuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga potensi terjadinya tawuran dan perkelahian bisa dicegah dan disalurkan secara terhormat di panggung pencak dor.
Meski tak ada aturan saat berkelahi, hingga kini Gus Bidin mengklaim tidak pernah ada pendekar yang mengalami cidera berat. Insiden tulang keseleo akan bisa disembuhkan oleh pelatih di atas panggung tanpa membutuhkan perawatan khusus. "Peraturannya hanya ketika sudah jatuh dan mau dibenturkan atau diinjak segera dilerai," katanya.
Dalam setiap laga pencak dor, tak kurang dari 300 pendekar atau 150 pertandingan digelar. Tiap pertandingan pun tak akan berjalan hingga di atas 5 menit. Setiap peserta tak dibebani biaya pendaftaran. Para pendekar tak dapat hadiah apa pun selain satu piring nasi gulai kambing. Kebutuhan konsumsi ini didapat dari sponsor yang ingin membiayai acara itu.
Selain dukungan sponsor, pemasukan dari jasa parkir dan sewa tempat dari pedagang kaki lima menjadi keuntungan bagi panitia. Jika keuntungan melimpah, akan disisihkan sedikit untuk hadiah pemenang pencak. Sisanya akan disumbangkan untuk pembangunan tempat ibadah seperti musala dan masjid secara merata.
Efektivitas penggalian dana melalui acara pencak ini memancing pihak di luar pondok ikut menggelar. Setelah dinyatakan layak sebagai penyelenggara oleh organisasi GASMI, mereka diperkenankan menjadi panitia lokal dengan distribusi keuntungan merata. Setiap masjid dan musala di lingkungan lokasi pencak dipastikan akan menerima cipratan keuntungan dari jasa parkir dan pedagang. "Bahkan ada panitia dari Blitar yang selalu menyelenggarakan pencak dor khusus untuk mencari dana anak yatim," ucap Gus Bidin
Spoiler for penontonnya bejibun:

Ribuan penonton menyaksikan pertandingan pencak dor di Pesantren Lirboyo, Kediri, Sabtu 29 April 2017.
Malam yang dinanti tiba. Suara azan Isya dari masjid Lirboyo berkumandang ketika lapangan seluas satu hektare dijejali penonton. Pedagang kaki lima dan penyedia jasa parkir sibuk melayani pengunjung yang terus membanjiri lokasi pertandingan pencak. Tak hanya sepeda motor, deretan truk dan mini bus yang mengangkut para pendekar dari luar kota mengular hingga jauh ke luar kawasan pondok.
Tepat pukul 20.00, suara selawat diiringi alat musik tradisional jidor mengalun dari panggung mini di depan arena laga. Lantunan selawat ini menjadi isyarat bagi para penonton yang masih berada di luar pondok berkumpul di lokasi pertandingan sebagai tanda laga akan dimulai.
Para pendekar berebut naik panggung, tanpa melalui anak tangga yang disediakan panitia. Mereka saling sikut memanjat tepian panggung untuk selanjutnya duduk bergerombol di sudut utara dan selatan panggung yang saling berhadapan. Mereka bebas memilih lawan di seberangnya dengan bersalaman dan direstui wasit. . "Mereka petarung pemula yang ingin tampil sebelum acara dimulai," kata Bernis, panitia pencak dor.
Pertandingan baru dibuka setelah Gus Bidin naik panggung dan memimpin doa. Di masing-masing sudut, berdiri dua pria paruh baya berkaus putih dengan sarung putih. Sama-sama mengenakan songkok hitam, keduanya adalah promotor yang membawahi para pendekar yang berjajar di belakangnya. Salah satunya adalah Hadak, promotor yang membawahi Michael Sigarlaki yang berdiri di sudut selatan.
Hujan lebat yang mengguyur wilayah barat Kota Kediri, termasuk arena pencak dor di tiga perempat laga tak menyurutkan penonton. Jumlah massa yang mendekati ring makin meningkat menjelang puncak partai utama. Letusan kembang api ke udara menjadi tanda dimulainya partai utama yang menghadirkan Michael Speed Sigarlaki melawan Richo Jaguar asal Blitar. Pertarungan puncak pentas pencak dor malam itu.
Michael yang mengenakan kaus dan celana biru di sudut selatan menyapa penggemarnya yang tak berhenti bersorak. Ia berlari kecil mengelilingi panggung sambil sesekali melepas pukulan ke udara.
Di sudut lain, Richo yang berperawakan lebih kurus tak kalah aksi. Mengenakan kaus dan celana merah, dia melakukan pemanasan sambil sesekali meneriaki Michael. Sepintas, pertarungan itu tampak tak seimbang mengingat berat badan Richo jauh di bawah Michael.
Pertarungan dibuka dengan pukulan telak Michael yang melesak ke wajah Richo hingga terjengkang. Penonton bersorak ketika sang idola menganvaskan lawannya dalam hitungan detik. Tak kalah atraktif, Michael naik ke atas ring bambu sambil mengangkat kedua tangan. Ini adalah bagian dari upaya provokasi untuk mengaduk emosi lawan.
Richo bangkit dan menyatakan siap melanjutkan pertarungan kepada wasit. Usai menenggak air mineral di sudut ring, Richo mulai menendang paha dan kaki Michael. Tubuhnya yang ramping memudahkan kakinya silih berganti bersarang ke tubuh Michael. Hingga keduanya bergulat di sudut ring dan saling baku pukul hingga berguling di matras. Secepat kilat wasit bergerak menarik tubuh mereka berjauhan. Sebab salah satu aturan pencak dor adalah wasit cepat melerai ketika petarung jatuh dan saling mengunci.
Memasuki babak ketiga, Richo membuat serangan tak terduga. Sebuah pukulan keras mendarat ke dahi Michael hingga membuatnya terjatuh. Darah segar mengucur dari luka robek di dahi Michael hingga memenuhi wajah. Guyuran air hujan memang membuat permukaan matras licin dan kerap membuat para pendekar terpeleset. Kali ini, giliran Richo yang berdiri di tepi ring sambil mengangkat tangan.
Usai melap wajahnya dengan handuk, Michael kembali ke tengah panggung dan meminta pertarungan dilanjutkan. Usai berkomunikasi dengan kedua promotor, wasit memutuskan menambah satu kali lagi kesempatan bertarung sebagai penentu. "Saya apes malam ini. Saya tantang lagi Richo di pencak yang akan datang," kata Michael seusai pertandingan dengan plester di jidat.
Tak ada menang dan kalah dalam pencak dor. Setelah turun panggung, Michael dan Richo berjalan menuju aula Muktamar Lirboyo yang tak terlalu jauh dari arena sambil membawa kupon makan. Setelah menunjukkan kupon kepada petugas di pintu masuk aula, keduanya berhak mendapatkan sepiring nasi gulai kambing dari panitia sebagai ganjaran bertarung.

Jangan ngaku pendekar kalo belom ikut ajang ini gan 
Gak kalah sama UFC gan Pencak Dor juga keren dan bikin yang nonton geregetan pastinya hehe
Lestarikan tradisi dan kebudayaan Indonesia.
Terima kasih gan semoga bermanfaat

Gak kalah sama UFC gan Pencak Dor juga keren dan bikin yang nonton geregetan pastinya hehe
Lestarikan tradisi dan kebudayaan Indonesia.



Terima kasih gan semoga bermanfaat
Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng deh

Sumur:
Beritagar.id
Beritagar.id
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 

Quote:
Manusia Super Pertama Bakal Lahir di Tiongkok, Gan!
Ilmuwan gila bikin lintasan bandara berbentuk bundar (aneh)
Bisa hidup lama? Ternyata ini yang terkandung dalam darah komodo
Jangan sekali kali kabur dari Razia kalo gak mau kayak gini gan
Terungkap 5 Provinsi di Indonesia Yang Suka BAB Sembarangan, Cek Gan!
5 kata bahasa Indonesia yang selama ini sering salah digunakan
8 fakta pacaran masa kini yang bikin agan-agan kecewa
Kenapa Indonesia masih terus berhutang?
Sedih gan, orang-orang ini ga dikasih main Facebook gara-gara namanya

Pemandangan sungai di Jakarta yang sempet bikin heboh nih gan! (FOTO)

5 tips hemat BBM

Serba paling di Hari Film Nasional

Salahkah jika perempuan bekerja dan laki-laki menjadi ayah rumah tangga?
Keahlian khusus yang dicari perusahaan tahun 2021 nanti
Cara mencegah obesitas sejak masih kecil
Bincang eksklusif dengan Anies Baswedan: Saya tidak mengira akan diganti

8 fakta pacaran masa kini yang bisa bikin agan-agan kecewa

Hati-hati, hal ini bisa bikin agan gak subur
Mengenal enam istilah soal kedaluwarsa makanan dan minuman
Saudara kembar Mirna: Sudah jelas kok siapa pembunuhnya!

Fakta, hubungan Fantastic Beasts dengan Harry Potter


0
4.8K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan