- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
7 Start Up Lokal Gugur, Ini Penyebabnya


TS
fancew
7 Start Up Lokal Gugur, Ini Penyebabnya
Di tengah maraknya pertumbuhan bisnis startup di Indonesia, ternyata sejumlah usaha berbasis teknologi informasi itu justru menutup layanannya. Persaingan yang ketat, pendanaan minim serta model bisnis yang belum jelas turut jadi faktor gugurnya beberapa bisnis startup dalam 2 tahun terakhir.
Di tahun 2015-2016 ini, ternyata beberapa startup di Indonesia ini mulai memasuki musim gugur. Apa saja startup yang gugurdalam 2 tahun terakhir ini?
Quote:
1. YesBoss

Perusahaan startup YesBoss mengumumkan hendak menutup layanan asisten virtualnya pada akhir Oktober ini. Hal ini ditegaskan dalam perubahan waktu operasional menjadi Senin sampai dengan Jumat, pada pukul 11.00-20.00 saja. Ternyata, YesBoss sedang menyiapkan sesuatu yang baru yakni Kata.ai.
Jika sebelumnya YesBoss menyediakan layanan asisten pribadi berbasis teks, sekarang mereka melakukan perubahan bisnis menyediakan platform conversational untuk menghubungkan pemilik merek dengan konsumen melalui teknologi chatbot. Produk terbaru yang diberi nama Kata.ai ini memanfaatkan software artificial intelligence, yakni dengan memakai mesin dialog Natural Language Processing/ NLP.
Untuk memastikan visi ini berjalan dengan baik, ahli Deep Learning dan NLP, Jim Geovedi, juga turut bergabung dalam jajaran tim Kata.ai sebagai Technology Advisor. Sebelum peluncuran resmi Kata.ai, YesBoss sudah bekerja sama dengan Microsoft, hingga perusahaan penyedia contact center Infomedia Nusantara, dan penyedia layanan perdagangan elektronik aCommerce, untuk memuluskan jalan mereka bekerjasama dengan ratusan merek berskala nasional dan perusahaan di berbagai industri. Penasaran ya kayak apa jadinya nanti kalo semua merek sudah menggunakan chatbot untuk melayani customernya?
Perusahaan startup YesBoss mengumumkan hendak menutup layanan asisten virtualnya pada akhir Oktober ini. Hal ini ditegaskan dalam perubahan waktu operasional menjadi Senin sampai dengan Jumat, pada pukul 11.00-20.00 saja. Ternyata, YesBoss sedang menyiapkan sesuatu yang baru yakni Kata.ai.
Jika sebelumnya YesBoss menyediakan layanan asisten pribadi berbasis teks, sekarang mereka melakukan perubahan bisnis menyediakan platform conversational untuk menghubungkan pemilik merek dengan konsumen melalui teknologi chatbot. Produk terbaru yang diberi nama Kata.ai ini memanfaatkan software artificial intelligence, yakni dengan memakai mesin dialog Natural Language Processing/ NLP.
Untuk memastikan visi ini berjalan dengan baik, ahli Deep Learning dan NLP, Jim Geovedi, juga turut bergabung dalam jajaran tim Kata.ai sebagai Technology Advisor. Sebelum peluncuran resmi Kata.ai, YesBoss sudah bekerja sama dengan Microsoft, hingga perusahaan penyedia contact center Infomedia Nusantara, dan penyedia layanan perdagangan elektronik aCommerce, untuk memuluskan jalan mereka bekerjasama dengan ratusan merek berskala nasional dan perusahaan di berbagai industri. Penasaran ya kayak apa jadinya nanti kalo semua merek sudah menggunakan chatbot untuk melayani customernya?
Quote:
2. Diana

Diana, layanan asisten pribadi virtual yang digarap oleh tim di bali Sribu dan Sribulancer ini menghentikan layanannya. Secara total, Diana hanya beroperasi selama 7 bulan sejak perkenalannya di awal September 2015. Penghentian layanan Diana ini berangsur mulai dari pengurangan jam operasional, menghentikan ketersediaan aplikasi di Play Store dan mengurangi jumlah karyawan.
Alasan terkait penutupan layanan ini dikabarkan karena mereka tidak berhasil mendapatkan investasi eksternal untuk mendanai kebutuhan operasionalnya. Meski Diana sudah menghentikan layanannya, namun Sribu dan Sribulancer tetap beroperasi seperti biasa.
Diana, layanan asisten pribadi virtual yang digarap oleh tim di bali Sribu dan Sribulancer ini menghentikan layanannya. Secara total, Diana hanya beroperasi selama 7 bulan sejak perkenalannya di awal September 2015. Penghentian layanan Diana ini berangsur mulai dari pengurangan jam operasional, menghentikan ketersediaan aplikasi di Play Store dan mengurangi jumlah karyawan.
Alasan terkait penutupan layanan ini dikabarkan karena mereka tidak berhasil mendapatkan investasi eksternal untuk mendanai kebutuhan operasionalnya. Meski Diana sudah menghentikan layanannya, namun Sribu dan Sribulancer tetap beroperasi seperti biasa.
Quote:
3. Shopious

Shopious yang awalnya didirikan pada tahun 2013 ini memiliki model bisnis sebagai marketplace fashion C2C (Customer to Customer). Lalu pada awal 2014, Shopious melakukan pivot menjadi agregator toko fashion di Instagram. Pivot sendiri adalah sebuah istilah yang cukup familier di dunia startup, di mana perusahaan sedang mempersiapkan untuk berpindah rencana bisnis dari A ke B karena model bisnis A tidak berjalan baik.Pedagang hanya perlu mendaftarkan diri dan membayar biaya berlangganan agar akun Instagram mereka terintegrasi dengan platform Shopious. Dengan begitu, penjual bisa mendapatkan audiens yang lebih luas; bukan cuma teman atau followers mereka di Instagram aja.
Menurut Founder Shopious Aditya Herlambang, tutupnya Shopius bukan karena mereka kehabisan dana. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, di antaranya biaya marketing seperti SEO, SEM dan sebagainya semakin tinggi dan kompetisi berat dengan startup berkantong tebal. Ia mengaku kecewa dengan startup scene di Indonesia, yang menurutnya berbeda dengan Silicon Valley. Di Silicon Valley, startup berkompetisi dengan membuat produk dan layanan yang lebih baik. Di Indonesia, startup bersaing dengan besarnya pendanaan yang dimiliki.
Shopious yang awalnya didirikan pada tahun 2013 ini memiliki model bisnis sebagai marketplace fashion C2C (Customer to Customer). Lalu pada awal 2014, Shopious melakukan pivot menjadi agregator toko fashion di Instagram. Pivot sendiri adalah sebuah istilah yang cukup familier di dunia startup, di mana perusahaan sedang mempersiapkan untuk berpindah rencana bisnis dari A ke B karena model bisnis A tidak berjalan baik.Pedagang hanya perlu mendaftarkan diri dan membayar biaya berlangganan agar akun Instagram mereka terintegrasi dengan platform Shopious. Dengan begitu, penjual bisa mendapatkan audiens yang lebih luas; bukan cuma teman atau followers mereka di Instagram aja.
Menurut Founder Shopious Aditya Herlambang, tutupnya Shopius bukan karena mereka kehabisan dana. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, di antaranya biaya marketing seperti SEO, SEM dan sebagainya semakin tinggi dan kompetisi berat dengan startup berkantong tebal. Ia mengaku kecewa dengan startup scene di Indonesia, yang menurutnya berbeda dengan Silicon Valley. Di Silicon Valley, startup berkompetisi dengan membuat produk dan layanan yang lebih baik. Di Indonesia, startup bersaing dengan besarnya pendanaan yang dimiliki.
Quote:
4. Paraplou.com/ Vela Asia

Meluncur sebagai e-commerce pioner di Indonesia (didirikan Januari 2011) yang memfokuskan pada produk fashion premium, Paraplou mengklaim sebagai situs fashion terbesar ketiga di Indonesia. Startup ini dipimpin oleh mantan punggawa Rocket Internet Bede Moore dan Susie Sugden. Meskipun sektor e-commerce saat ini cukup menjanjikan di Indonesia, namun layanan e-commerce Paraplou.com mengumumkan penutupan layanannya per 24 Oktober 2015.
Padahal Paraplou Group selama ini dianggap cukup sukses membawa merek terkenal go online seperti Havaianas, Lee Cooper, Jack Nicklaus dan G2000.Dalam pengumuman resminya, Paraplou menutup layanannya karena kondisi permodalan. Meski sebenarnya pada awal 2015 sudah mendapatkan permodalan US$1,5 juta dari Majuven, namun kerasnya persaingan membuat layanan ini menyerah.
Meluncur sebagai e-commerce pioner di Indonesia (didirikan Januari 2011) yang memfokuskan pada produk fashion premium, Paraplou mengklaim sebagai situs fashion terbesar ketiga di Indonesia. Startup ini dipimpin oleh mantan punggawa Rocket Internet Bede Moore dan Susie Sugden. Meskipun sektor e-commerce saat ini cukup menjanjikan di Indonesia, namun layanan e-commerce Paraplou.com mengumumkan penutupan layanannya per 24 Oktober 2015.
Padahal Paraplou Group selama ini dianggap cukup sukses membawa merek terkenal go online seperti Havaianas, Lee Cooper, Jack Nicklaus dan G2000.Dalam pengumuman resminya, Paraplou menutup layanannya karena kondisi permodalan. Meski sebenarnya pada awal 2015 sudah mendapatkan permodalan US$1,5 juta dari Majuven, namun kerasnya persaingan membuat layanan ini menyerah.
Quote:
5. Valadoo

Layanan travel online yang menawarkan berbagai paket wisata ini berdiri sejak tahun 2010. Meski sempat mendapatkan investasi dari Wego bersamaan dengan pivot layanan, Valadoo mampu berkembang dengan baik di saat produk jasa sejenis masih sepi di ranah online. Hingga di bulan Agustus 2014 pihak Valadoo melakukan merger dengan Burufly, namun nyatanya pihak Valadoo masih keteteran. Hingga per tanggal 30 April 2015, Valadoo resmi menutup layanannya.
Salah satu aspek yang diungkapkan Jaka Wiradisuria, CEO dan Co-Founder Valadoo,bisnisnya tidak bertahan karena arah yang tidak jelas dari awal, terkait dengan model bisnis yang tidak matang. Perbedaan kultur dan ekspektasi pasca merger juga menjadikan proposisi bisnis tergoncang, termasuk dari sisi penggunaan teknologi pendukung. Saat ini Jaka memutuskan untuk bergabung dengan Ruma setelah memastikan karyawan Valadoo tidak terlantar pasca penutupan perusahaan.
Layanan travel online yang menawarkan berbagai paket wisata ini berdiri sejak tahun 2010. Meski sempat mendapatkan investasi dari Wego bersamaan dengan pivot layanan, Valadoo mampu berkembang dengan baik di saat produk jasa sejenis masih sepi di ranah online. Hingga di bulan Agustus 2014 pihak Valadoo melakukan merger dengan Burufly, namun nyatanya pihak Valadoo masih keteteran. Hingga per tanggal 30 April 2015, Valadoo resmi menutup layanannya.
Salah satu aspek yang diungkapkan Jaka Wiradisuria, CEO dan Co-Founder Valadoo,bisnisnya tidak bertahan karena arah yang tidak jelas dari awal, terkait dengan model bisnis yang tidak matang. Perbedaan kultur dan ekspektasi pasca merger juga menjadikan proposisi bisnis tergoncang, termasuk dari sisi penggunaan teknologi pendukung. Saat ini Jaka memutuskan untuk bergabung dengan Ruma setelah memastikan karyawan Valadoo tidak terlantar pasca penutupan perusahaan.
Quote:
6. Lamido

Berada di bawah naungan Rocket Internet atau Lazada Group, layanan online marketplace Lamido ini diluncurkan pada akhir 2013. Dalam operasinya, sub-produk dari situs e-commerce Lazada ini berhasil merangkul lebih dari 2500 merchant. Hingga akhirnya, startup yang dipimpin oleh Johan Antlov dan Giacomo Ficari ini memilih untuk menutup layanannya per bulan Maret lalu dan meleburkan tim serta rekanan merchant ke dalam bagian dari Lazada Indonesia.
Penyebab utamanya akibat persaingan yang ketat dengan para pemain yang sudah ada seperti Tokopedia dan Bukalapak, hingga akhirnya manajemen memilih untuk memperkuat layanan e-commerce Lazada.
Berada di bawah naungan Rocket Internet atau Lazada Group, layanan online marketplace Lamido ini diluncurkan pada akhir 2013. Dalam operasinya, sub-produk dari situs e-commerce Lazada ini berhasil merangkul lebih dari 2500 merchant. Hingga akhirnya, startup yang dipimpin oleh Johan Antlov dan Giacomo Ficari ini memilih untuk menutup layanannya per bulan Maret lalu dan meleburkan tim serta rekanan merchant ke dalam bagian dari Lazada Indonesia.
Penyebab utamanya akibat persaingan yang ketat dengan para pemain yang sudah ada seperti Tokopedia dan Bukalapak, hingga akhirnya manajemen memilih untuk memperkuat layanan e-commerce Lazada.
Quote:
7. Inapay

Inapay adalah penyedia layanan rekening bersama atau escrow yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan transaksi pembayaran saat transaksi online. Seperti tertulis di situsnya, per 25 Januari 2015 Inapay tidak lagi melayani jasa escrow setelah 3 tahun beroperasi.
Selama beroperasi, Inappay sudah memiliki pengguna hingga 25 ribu orang dan sudah membukukan 29.466 transaksi. Meski bukan jumlah yang sedikiti, namun ternyata tidak cukup karena layanan payment gateway lain sudah berevolusi untuk mengelola berbagai metode pembayaran sehingga sistem Escrow tidak lagi jadi preferensi.
Mereka juga tak menjelaskan alasan tutup. Namun dalam pengumumannya, mereka menyebutbanyak tantangan dalam dunia escrow yang belum terpecahkan, mulai dari edukasi sampai regulasi yang sampai saat ini menjadi tantangan terbesar.
Inapay adalah penyedia layanan rekening bersama atau escrow yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan transaksi pembayaran saat transaksi online. Seperti tertulis di situsnya, per 25 Januari 2015 Inapay tidak lagi melayani jasa escrow setelah 3 tahun beroperasi.
Selama beroperasi, Inappay sudah memiliki pengguna hingga 25 ribu orang dan sudah membukukan 29.466 transaksi. Meski bukan jumlah yang sedikiti, namun ternyata tidak cukup karena layanan payment gateway lain sudah berevolusi untuk mengelola berbagai metode pembayaran sehingga sistem Escrow tidak lagi jadi preferensi.
Mereka juga tak menjelaskan alasan tutup. Namun dalam pengumumannya, mereka menyebutbanyak tantangan dalam dunia escrow yang belum terpecahkan, mulai dari edukasi sampai regulasi yang sampai saat ini menjadi tantangan terbesar.
Quote:
Jadi, Mengapa Startup Gagal?

Startup emang seolah jadi primadona dalam dunia bisnis saat ini, bukan cuma di Indonesia tapi di seluruh dunia. Suksesnya perusahaan semacam Uber dan Google memunculkan suatu anggapan bahwa mendirikan startup adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Tapi kenyataannya tidak sesederhana yang ada di permukaan.
Seperti yang ditulis dalam Fortune, di Silicon Valley, pusat serta simbol kesuksesan perusahaan startup di seluruh dunia, ada ungkapan umum kalau 9 dari 10 perusahaan startup mengalami kegagalan. Ungkapan ini cukup menggambarkan betapa kerasnya perjuangan untuk membangun sebuah bisnis startup.
Sementara menurut laporan CBInsights, sebagian besar startup gagal karena mereka tidak melayani apa yang dibutuhkan pasar. Sementara itu penyebab gagalnya startup yang lain bisa beragam, mulai dari kehabisan dana, tim yang tidak tepat, produk yang buruk, tersingkir oleh pesaing lain hingga gagal melakukan pivot.
Startup emang seolah jadi primadona dalam dunia bisnis saat ini, bukan cuma di Indonesia tapi di seluruh dunia. Suksesnya perusahaan semacam Uber dan Google memunculkan suatu anggapan bahwa mendirikan startup adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Tapi kenyataannya tidak sesederhana yang ada di permukaan.
Seperti yang ditulis dalam Fortune, di Silicon Valley, pusat serta simbol kesuksesan perusahaan startup di seluruh dunia, ada ungkapan umum kalau 9 dari 10 perusahaan startup mengalami kegagalan. Ungkapan ini cukup menggambarkan betapa kerasnya perjuangan untuk membangun sebuah bisnis startup.
Sementara menurut laporan CBInsights, sebagian besar startup gagal karena mereka tidak melayani apa yang dibutuhkan pasar. Sementara itu penyebab gagalnya startup yang lain bisa beragam, mulai dari kehabisan dana, tim yang tidak tepat, produk yang buruk, tersingkir oleh pesaing lain hingga gagal melakukan pivot.
Quote:
Mimpi Presiden Joko Widodo

Presiden Joko Widodo telah mengatakan bahwa ia punya mimpi Inonesia dapat mengambil peran dalam tren perubahan ekonomi dunia yang saat ini mulai bergeser pada ekonomi digital. Apalagi potensi pasar ekonomi digital juga sangat besar karena jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta, dengan 93,4 juta di antaranya adalah pengguna internet.
Jokowi sendiri telah menegaskan bahwa Indonesia akan mendorong deregulasi besar-besaran untuk mengembangkan industri e-commerce di Indonesia. Namun, hingga saat ini belum banyak yang berubah dalam tatanan industri e-commerce. Roadmap e-commerce yang dijanjikan oleh Menkominfo Rudiantara belum juga diterbitkan, sebabnya roadmap ini juga membutuhkan persetujuan dari sejumlah kementerian lain untuk diterbitkan. Dengan banyaknya start-up bertumbangan ini, seharusnya menjadi tamparan "dini" bagi pemerintah dalam hal pengembangan industri digital Tanah Air. Apalagi industri digital berevolusi dengan cepat.

Presiden Joko Widodo telah mengatakan bahwa ia punya mimpi Inonesia dapat mengambil peran dalam tren perubahan ekonomi dunia yang saat ini mulai bergeser pada ekonomi digital. Apalagi potensi pasar ekonomi digital juga sangat besar karena jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta, dengan 93,4 juta di antaranya adalah pengguna internet.
Jokowi sendiri telah menegaskan bahwa Indonesia akan mendorong deregulasi besar-besaran untuk mengembangkan industri e-commerce di Indonesia. Namun, hingga saat ini belum banyak yang berubah dalam tatanan industri e-commerce. Roadmap e-commerce yang dijanjikan oleh Menkominfo Rudiantara belum juga diterbitkan, sebabnya roadmap ini juga membutuhkan persetujuan dari sejumlah kementerian lain untuk diterbitkan. Dengan banyaknya start-up bertumbangan ini, seharusnya menjadi tamparan "dini" bagi pemerintah dalam hal pengembangan industri digital Tanah Air. Apalagi industri digital berevolusi dengan cepat.
Menurut GanSist, apa sih yang harus dilakukan para pelaku bisnis start-up ini, supaya bisnisnya lebih bisa bertahan di tengah ketatnya persaingan start-up saat ini?Tulis aja komen GanSist, jangan disimpen di dalam hati aja

Sumbernya nih gan:
KATADATA
tirto.id
Nah ternyata agan-agan Kaskuser punya pendapat tentang gugurnya startup lokal ini:
Spoiler for Komen:
Quote:
Original Posted By bonk007►Banyak yg bikin startup cuma modal konsep dan prototype, demi dapetin modal venture. Dengan harapan modal dari venture bisa naikin status yg tadinya prototype bisa established. Perjalanan menuju established, startup banyak menghambur-hamburkan uang. bikin kantor yang wah, hire karyawan sebanyak-banyaknya, jor-joran sediain inventaris dan marketing. Akhirnya belum nyampe tujuan, udah kehabisan bensin. Tambahan, banyak yg salah kaprah juga sama yg namanya modal dari venture, duit panas itu bro bukan hadiah. 

Quote:
Original Posted By komplitbanget►Yg hrs dilakukan:
1. Tahu ttg apa yg dibutuhkan masyarakat banyak
2. Survey ke lapangan untuk tahu apakah layanan yg diberikan memberikan solusi untuk org byk
3. Rencanakan persiapan dengan sangat matang dan hrs dilihat dr segi untung ruginya
4. Persiapkan modal untuk memulai, diusahakan sesuai dengan kemampuan uang yg dimiliki
Dan yg terpenting, JANGAN SUKA IKUT2AN!!! Ini penyakit yg ada di masyarakat kita. Ada yg jual tahu pedes, ikutan jual tahu pedas...ada yg jual takoyaki, ikutan jual takoyaki...ada yg bunuh diri, terjun dr lantai 22, mau ikutan juga boss???
Semoga sukses utk start up yg lain
1. Tahu ttg apa yg dibutuhkan masyarakat banyak
2. Survey ke lapangan untuk tahu apakah layanan yg diberikan memberikan solusi untuk org byk
3. Rencanakan persiapan dengan sangat matang dan hrs dilihat dr segi untung ruginya
4. Persiapkan modal untuk memulai, diusahakan sesuai dengan kemampuan uang yg dimiliki
Dan yg terpenting, JANGAN SUKA IKUT2AN!!! Ini penyakit yg ada di masyarakat kita. Ada yg jual tahu pedes, ikutan jual tahu pedas...ada yg jual takoyaki, ikutan jual takoyaki...ada yg bunuh diri, terjun dr lantai 22, mau ikutan juga boss???
Semoga sukses utk start up yg lain
Quote:
Original Posted By argantoz►rata2 tau sih brand2 yg disebut itu. digital startup ini lg mengalami bubble layaknya properti. bubble nya darimana? ya dari kuat2an duit. bajak membajak karyawan dgn tawaran gaji segila2nya, budget promo pertaun gila2an. cost aquisition customer yg gila2an juga tp customer baru kgk kena.
gitu dah jd skrg benchmark startup adalah kudu punya dana gila2an dari venture capital. start up sekarang kesannya cuma jadi lifestyle, biar di krtu nama ada jabatan ceo,cmo,cto blablabla. yg kayak gini ngerusak 'roh' nya startup. padahal digital ini masa depan bgt cooooy...
gitu dah jd skrg benchmark startup adalah kudu punya dana gila2an dari venture capital. start up sekarang kesannya cuma jadi lifestyle, biar di krtu nama ada jabatan ceo,cmo,cto blablabla. yg kayak gini ngerusak 'roh' nya startup. padahal digital ini masa depan bgt cooooy...
Quote:
Original Posted By littlehood►ngeri ya.. padahal klo sukses bisa menguntungkan banyak pihak.. ada lowongan kerja lebih banyak.. pengangguran berkurang.. tapi apa daya.. biaya promosi macam SEO dan SEM memang yang ngaruh banget sih.. mahal banget.. butuh sokongan dana.. lagi2 balik ke dana..
Quote:
Original Posted By tembeleklah►Gw suka belanja online. Kadang nyari jasa2 online yang gw butuhin kayak tiket etc
Menurut gw jatuhnya startup itu :
1. karna kurang promosi/pengenalan ke masyarakat. Liat saja warga Kaskus pada komentar baru denger ini perusahaan. Bukan soal modal di gede2in. Wlw sarana promo itu mahal. Ya lebih ke pengenalan. Bikin acara apa kek gitu biar kenal kan orang
2. kadang produk yang ditawarin mahal. terserah produk apa lah. bwt lu orang kaya mah nggak masalah. tapi kebanyakan kita kan pengennya yang murah. makanya macam Tr*vel*ka, T*k*pedia etc banyak peminatnya. soalnya disitu barang murah2. FJB sih klw kata gw termasuk ya. malah lebih bervariasi
tips : bisa tuh klw awal2 buka tawarin promo biar mereka tw "oh gini ya"
3. bisnisnya mirip2. bisnis belanja online apalagi fashion/make up cew dah menjamur bgt lah. harus punya ciri khas klw ini. entah pelayanannya yang di bwt unik atw apa terserah. belanja fashion yang punya ciri khas itu B*rry B*nka. soalnya klw gw liat webnya serasa liat majalah fashion. jadi bisa dicontek gayanya dan pengen beli di webnya langsung
4. liat apa yang lagi dibutuhin ama orang. kebanyakan kita kan orang malas ya. macam G*jek. dulu kita harus panas2an nunggu ojek bwt nganter. sekarang lu pencet hp saja tuh abang ojek dateng kerumah lu. layanannya nggak cuma ojek saja. service kayak bersih rumah gitu juga ada. kan membantu bgt. nah bisnis yang macam ojek online ini mulai bermunculan juga cuma beda nama saja tapi sejenis
5. endrose/artis/model yang promoin produk. klw bisa sih yang endrose yang emang suka sama produk kita biar endrosenya penuh hati. kadang gw liat artis mana endrose produk ini jelasin blablabla kayak asal saja dan gak sepenuh hati. gw aja bisa nebak tuh orang nggak mungkin pakek itu produk. tapi gpp lah. mw yang nggak sepenuh hati/nggak yang endrose yang penting produk yang dijual diketahui orang banyak
capek gan nulisnya. pejwan pls
Menurut gw jatuhnya startup itu :
1. karna kurang promosi/pengenalan ke masyarakat. Liat saja warga Kaskus pada komentar baru denger ini perusahaan. Bukan soal modal di gede2in. Wlw sarana promo itu mahal. Ya lebih ke pengenalan. Bikin acara apa kek gitu biar kenal kan orang
2. kadang produk yang ditawarin mahal. terserah produk apa lah. bwt lu orang kaya mah nggak masalah. tapi kebanyakan kita kan pengennya yang murah. makanya macam Tr*vel*ka, T*k*pedia etc banyak peminatnya. soalnya disitu barang murah2. FJB sih klw kata gw termasuk ya. malah lebih bervariasi
tips : bisa tuh klw awal2 buka tawarin promo biar mereka tw "oh gini ya"
3. bisnisnya mirip2. bisnis belanja online apalagi fashion/make up cew dah menjamur bgt lah. harus punya ciri khas klw ini. entah pelayanannya yang di bwt unik atw apa terserah. belanja fashion yang punya ciri khas itu B*rry B*nka. soalnya klw gw liat webnya serasa liat majalah fashion. jadi bisa dicontek gayanya dan pengen beli di webnya langsung
4. liat apa yang lagi dibutuhin ama orang. kebanyakan kita kan orang malas ya. macam G*jek. dulu kita harus panas2an nunggu ojek bwt nganter. sekarang lu pencet hp saja tuh abang ojek dateng kerumah lu. layanannya nggak cuma ojek saja. service kayak bersih rumah gitu juga ada. kan membantu bgt. nah bisnis yang macam ojek online ini mulai bermunculan juga cuma beda nama saja tapi sejenis
5. endrose/artis/model yang promoin produk. klw bisa sih yang endrose yang emang suka sama produk kita biar endrosenya penuh hati. kadang gw liat artis mana endrose produk ini jelasin blablabla kayak asal saja dan gak sepenuh hati. gw aja bisa nebak tuh orang nggak mungkin pakek itu produk. tapi gpp lah. mw yang nggak sepenuh hati/nggak yang endrose yang penting produk yang dijual diketahui orang banyak
capek gan nulisnya. pejwan pls

Quote:
Original Posted By lovinggod►ane bukan ahli startup... tapi ane cuman berpikir setiap bisnis akan memerlukan hal hal berikut
1. studi kebutuhan market
2. ide kreatifitas
3. marketing tool
4. maintain client
5. finance
sejauh ini, baru itu yang bisa ane pikirkan. silakan agan agan tambahkan...
1. studi kebutuhan market
2. ide kreatifitas
3. marketing tool
4. maintain client
5. finance
sejauh ini, baru itu yang bisa ane pikirkan. silakan agan agan tambahkan...
Quote:
Original Posted By YudhaXperia►Menurut ane, konsep dan ide mereka bener-bener bagus dan inovatif.
tapi bener yang ditampilin TS, kebanyakan gagal karena "apakah benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat luas ?"
Ya mungkin benar-benar bermanfaat oleh orang-orang tertentu.
Tapi ya namanya juga bisnis, pasti juga ngejar target pendapatan buat nutup biaya operasional nya.
Selain itu banyak perusahaan startup bermunculan yang menjual produk/jasa yang sama, namun tidak memiliki ciri khas atau nilai plus dari perusahaan tersebut sehingga orang-orang jadi bingung untuk memilih yang mana, atau mungkin udah ga minat lagi dan berpikiran "Paling sama aja kayak yang lain"
tapi bener yang ditampilin TS, kebanyakan gagal karena "apakah benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat luas ?"
Ya mungkin benar-benar bermanfaat oleh orang-orang tertentu.
Tapi ya namanya juga bisnis, pasti juga ngejar target pendapatan buat nutup biaya operasional nya.
Selain itu banyak perusahaan startup bermunculan yang menjual produk/jasa yang sama, namun tidak memiliki ciri khas atau nilai plus dari perusahaan tersebut sehingga orang-orang jadi bingung untuk memilih yang mana, atau mungkin udah ga minat lagi dan berpikiran "Paling sama aja kayak yang lain"
Quote:
Original Posted By hotwhell►Ga ada salahnya melihat apa yg berkembang diluar negri trus diaplikasikan didalam negri, asal ga sekedar ikut2an, dan bisa melihat potensi pasar didalam negri, selama peluang pasarnya besar kesempatan masih terbuka lebar, dan yg pastinya hrs bisa berinovasi, ga main comot ide org lain.
Pemakai internet diindo emang salah satu terbesar didunia gan, tp jgn salah perkembangan internet diindo baru seumur jagung.
Biaya sosialisasi yg mahal itu yg bikin startup ga bisa bertahan lama, ujung2nya siapa yg kuat secara financial dia yg bertahan.
Liat komen agan2 diforum kaskus aj yg penduduknya rata2 pemakai internet msh banyak yg ga tau nama2 startup diatas, artinya mmg jelas mereka tidak maksimal dalam mensosialisasikan produknya kemasyarakat, mgkin dgn alasan tidak ada dana.
Pemerintah seharusnya berperan, ga cuma omdo mau menciptakan entreprenuer tp ga diksh kepercayaan dalam pendanaan.
Mau minjem kebank tp pakai jaminan,
Uda ada jaminan tp hrs minimal usaha 1 thn berjalan,
Usaha sudah berjalan 1thn tp resiko bisnis terlalu besar jadi bank ga brani kasih pinjaman.
Gubraksssss
Pemakai internet diindo emang salah satu terbesar didunia gan, tp jgn salah perkembangan internet diindo baru seumur jagung.
Biaya sosialisasi yg mahal itu yg bikin startup ga bisa bertahan lama, ujung2nya siapa yg kuat secara financial dia yg bertahan.
Liat komen agan2 diforum kaskus aj yg penduduknya rata2 pemakai internet msh banyak yg ga tau nama2 startup diatas, artinya mmg jelas mereka tidak maksimal dalam mensosialisasikan produknya kemasyarakat, mgkin dgn alasan tidak ada dana.
Pemerintah seharusnya berperan, ga cuma omdo mau menciptakan entreprenuer tp ga diksh kepercayaan dalam pendanaan.
Mau minjem kebank tp pakai jaminan,
Uda ada jaminan tp hrs minimal usaha 1 thn berjalan,
Usaha sudah berjalan 1thn tp resiko bisnis terlalu besar jadi bank ga brani kasih pinjaman.
Gubraksssss
Quote:
Original Posted By dexter_web►Alasan startup gagal ane tambahin gan:
6. Kurang dikenal pasar/marketing jelek
7. Terlalu banyak bakar duit
8. Konflik internal
9. Produk tidak user friendly
10. Tidak didukung infrastruktur yg baik
6. Kurang dikenal pasar/marketing jelek
7. Terlalu banyak bakar duit
8. Konflik internal
9. Produk tidak user friendly
10. Tidak didukung infrastruktur yg baik
Diubah oleh fancew 19-10-2016 10:38
0
81.5K
Kutip
397
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan