

TS
cavaliet07
[OriFic] Mytha Airinzki - Sisi Yang Lain
Permisi agan sista semuanya 
Kali ini ane mau share lagi cerita buatan ane.
Bisa dibilang ini seri kedua dari cerpen Mytha Airinzki
Seri pertama ada di sini:
Seperti thread ane sebelumnya, kritik dan saran dari agan sekalian sangat ane harapkan.
Ane gak pandai basa-basi, monggo langsung disimak
“Seorang pria 30 tahunan ditemukan tak bernyawa di dalam sebuah parit dekat perempatan jalan Ahmad Yani. Saksi mata yakin dia meninggal sehari sebelumnya. Posisi korban terlihat telungkup dengan kedua tangan mendekap dada sebelah kirinya, saat ini pihak kepolisian sedang membawanya kerumah sakit untuk melakukan otopsi, dugaan sementara korban meninggal akibat serangan jantung. Kita beralih ke berita selanjutnya, sebuah mob...”
“Hmm.. Berita murahan”
Aku mematikan TV dikamarku. Bosan melihat acara yang isinya itu-itu saja.
“Hehehe.. Dia berhasil ditemukan media massa ternyata”
Aku memalingkan wajah ke arah cermin yang menempel di dinding atas meja sebelah kananku.
“Yah, kita kemarin terpaksa melakukannya”
Jawabku sambil membuang wajah ke arah kiri bawah.
“Hahaha.. jangan takut, aku yakin kelak kau akan terbiasa dengan semua ini”
“Tapi haruskah kemarin kita membunuhnya?”
“Ingatlah, kemarin kau dalam keadaan terdesak, jalan sendirian di kota besar seperti ini bukanlah hal yang aman untuk perempuan sepertimu, anggap saja kejadian kemarin sebagai langkah pembelaan diri”
Aku terdiam, apa yang dikatakan oleh diriku yang lain tadi memang sepenuhnya benar. Harusnya aku tidak perlu memaksakan diri mengikuti les malam. Tapi semua ini demi cita-citaku, demi reputasiku, dan demi orang tuaku.
“Ela, turunlah sayang.. Mari makan malam bersama”
Kudengar ibuku berteriak dari ruang tengah.
“Baiklah mungkin sekarang kau benar, sekarang kembalilah ke alam bawah sadarku, aku tidak ingin ibuku tahu tentang keberadaanmu”
“Anything for you my princess.. Hahaha..”
Dia telah pergi, aku termenung. Aku hanya seorang siswi SMA, tapi kemarin aku memecahkan jantung seseorang yang mencoba berniat jahat kepadaku. Tentunya dengan bantuan diriku yang lain ini, dialah yang memberiku kekuatan tambahan. Aku yang dulunya seorang Telekinesis kini menjadi seorang Necrokinesis.
Aku beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan menuruni tangga ke ruang tengah.
“Ibu masak apa hari ini?”
Tanyaku sambil menampilkan senyum wajah semanis mungkin.
“Sop ayam kesukaan ayahmu, kabarnya dia akan pulang malam ini”
“Oh benarkah?”
“Tentu, sekarang habiskan makananmu”
Sahut ibuku, kulihat raut wajahnya cukup bahagia.
Selang 15 menit kemudian, kudengar bel rumahku berbunyi.
“Biar aku saja yang membukanya bu”
Aku sedikit berlari lalu membuka pintu.
“Wah, apa kabar putri cantikku?”
Ayah masuk ke dalam sambil mengecup keningku.
“Baik yah, apalagi setelah kedatangan ayah malam ini”
Ayah mengusap rambutku sembari tersenyum.
“Tetaplah bersinar dalam prestasi ya”
Kulihat ibu berjalan turut menyambut kedatangan ayah. 20 hari beliau meninggalkan kami karena bisnisnya di kota lain. Melihat momen ini, aku berjalan kembali ke kamarku.
Saat menaiki tangga atas, kudengar mereka setengah berbisik.
“Bagaimana sekolah anak kita?”
“Seperti biasa, dia masih berada di peringkat pertama”
Pembicaraan selanjutnya tidak kudengar, ada banyak tugas sekolah yang harus aku selesaikan.
Aku mulai mengerjakan soal-soal di buku tulis. Sesaat kemudian kepalaku terasa sedikit bergeming.
“Bolehkah aku keluar sekarang?”
Aku masih menulis. 3 detik kemudian aku menjawabnya.
“Tidak, aku membutuhkan konsentrasi penuh. Ada 58 soal Fisika dan 74 soal Matematika yang harus aku selesaikan”
“Wah, kau atau lebih tepatnya “aku” ternyata anak yang benar-benar rajin. Membosankan juga. Baiklah aku akan tidur malam ini, bangunkan saat kau mau membunuh lagi ya”
Aku tidak menjawab, masih fokus dengan deretan angka dan rumus di lembaran kertas ini.
Namun pikiranku sedikit terpecah. Keberadaan “aku yang lain” memang terkadang mengganggu, namun jika tidak ada, tidak akan ada yang menjagaku. Ibuku sering pulang malam karena pekerjaannya, ayahku juga sering keluar kota.
Tugasku selesai, saat ini hampir tengah malam. Aku berbaring di tempat tidurku, namun tak kunjung tidur.
“Huh, sepertinya aku terkena insomnia malam ini”
Tiba – tiba kepalaku bergeming lagi
“Ela..”
“Ya, ada apa Li”
Aku menamainya Li.
“Kurasa kita merasakan hal yang sama. Aku tidak bisa tidur sejak kau mengerjakan tugas sekolahmu itu”
“Mungkin karena kita berada pada tubuh yang sama”
Kami saling terdiam. Aku sendiri masih melihat langit-langit kamar dengan kedua telapak tangan berada di belakang kepalaku.
“Bolehkah aku bertanya sesuatu, Li”
“Tentu..”
Sifat Li mendadak berubah, tidak hiperaktif dan sedikit pendiam.
“Bagaimana kau bisa berada dalam tubuhku?”
Rasanya Li terdiam sejenak. Lalu menjawab pertanyaanku.
“Aku dulunya tidak ada. Aku tercipta karena balutan emosi yang sering kau tahan. Kau sering dibully oleh Risa dan gengnya, kau sering mengalah demi orang lain, bahkan kau sering kesepian. Aku adalah bagian dari emosimu, bagian dari dirimu, dan aku tidak bisa membiarkan semua itu. Aku ingin kau terus tersenyum, terus bahagia. Menghadapi segala ketidakadilan dunia”
“Bahkan dengan membunuh?”
“Ya, tentu saja”
“Berjanjilah padaku, kita hanya membunuh karena seseorang benar-benar salah dan memang layak untuk mati”
“Aku bernjanji. Aku bukanlah setan, aku juga memiliki sisi baik seperti halnya dirimu”
Dalam titik ini aku sedikit lega. Aku hanya khawatir jika Li menguasai kesadaranku secara penuh. Bisa – bisa aku menjadi pembunuh berantai dengan kemampuan ini. Bayangkan saja, dengan kemampuan Necrokinesis, aku bisa menghancurkan jangtung atau organ vital lain dari jarak 2 meter tanpa menyentuhnya. Jadi aku akan terbebas dari segala tuntutan hukum karena tidak adanya bukti. Tapi semua itu tidak akan terjadi, takkan kubiarkan Li sampai menguasaiku, akulah yang menciptakannya dan aku juga yang harus mengendalikannya.
Lamunanku buyar disaat Li bertanya balik.
“Sekarang bolehkah aku gantian bertanya?”
“Silahkan, langsung saja”
“Kenapa dulu kau mau repot-repot membantu bocah Chronokinesis itu?”
“Maksudmu Ard? Ada teman sekelas yang memintaku untuk membantunya. Namanya Mytha Airinzki, aku memang tidak begitu mengenalnya. Karena dia murid baru. Namun aku heran, bagaimana dia tahu banyak tentangku, bahkan tentang dirimu”
“Wah, aku tidak menyadarinya, saat itu aku memang sedang tertidur. Hmm.. sepertinya gadis itu memiliki kemampuan yang cukup menarik ”
“Ya, dan misterius. Aura tubuhnya cukup rumit, aku tidak bisa membacanya. Dia hampir tidak memiliki emosi”
“Aku rasa dia bukan orang sembarangan. Kalau dia sampai tahu keberadaanku, bahaya jika dia membeberkannya”
“Aku rasa hal itu tidak akan terjadi. Dia orang yang pendiam”
“Baiklah, aku percaya perkataanmu. Entah apa yang mendasari ini, tapi kurasa suatu saat kita harus membunuhnya”
Membunuh? Lagi?
Aku bimbang, pola pikirku sedikit labil. Aku merasa ada sesuatu yang mengubah susunan pikiranku. Entah mengapa aku ada perasaan setuju. Aku jadi sedikit terbiasa untuk membunuh orang. Rasanya menyenangkan menghukum orang dengan menghilangkan nyawanya. Tapi Mytha Airinzki? Aku tidak memiliki alasan yang kuat untuk membunuhnya.
Ah, aku tahu. Aku anggap sebagai penutup rahasiaku.

Kali ini ane mau share lagi cerita buatan ane.

Bisa dibilang ini seri kedua dari cerpen Mytha Airinzki
Seri pertama ada di sini:
Seperti thread ane sebelumnya, kritik dan saran dari agan sekalian sangat ane harapkan.

Ane gak pandai basa-basi, monggo langsung disimak

Spoiler for Cek this out:
Quote:
“Bulan, satelit alam yang mengitari planet ini. Waktu yang dia tempuh untuk berotasi dan berevolusi terhadap bumi memiliki jumlah yang sama. Oleh karena itu sisi bulan yang tampak dari bumi selalu sama, sisi yang indah, sisi yang bercahaya, yang menyembunyikan sebuah kegelapan dibaliknya..”
“Seorang pria 30 tahunan ditemukan tak bernyawa di dalam sebuah parit dekat perempatan jalan Ahmad Yani. Saksi mata yakin dia meninggal sehari sebelumnya. Posisi korban terlihat telungkup dengan kedua tangan mendekap dada sebelah kirinya, saat ini pihak kepolisian sedang membawanya kerumah sakit untuk melakukan otopsi, dugaan sementara korban meninggal akibat serangan jantung. Kita beralih ke berita selanjutnya, sebuah mob...”
“Hmm.. Berita murahan”
Aku mematikan TV dikamarku. Bosan melihat acara yang isinya itu-itu saja.
“Hehehe.. Dia berhasil ditemukan media massa ternyata”
Aku memalingkan wajah ke arah cermin yang menempel di dinding atas meja sebelah kananku.
“Yah, kita kemarin terpaksa melakukannya”
Jawabku sambil membuang wajah ke arah kiri bawah.
“Hahaha.. jangan takut, aku yakin kelak kau akan terbiasa dengan semua ini”
“Tapi haruskah kemarin kita membunuhnya?”
“Ingatlah, kemarin kau dalam keadaan terdesak, jalan sendirian di kota besar seperti ini bukanlah hal yang aman untuk perempuan sepertimu, anggap saja kejadian kemarin sebagai langkah pembelaan diri”
Aku terdiam, apa yang dikatakan oleh diriku yang lain tadi memang sepenuhnya benar. Harusnya aku tidak perlu memaksakan diri mengikuti les malam. Tapi semua ini demi cita-citaku, demi reputasiku, dan demi orang tuaku.
“Ela, turunlah sayang.. Mari makan malam bersama”
Kudengar ibuku berteriak dari ruang tengah.
“Baiklah mungkin sekarang kau benar, sekarang kembalilah ke alam bawah sadarku, aku tidak ingin ibuku tahu tentang keberadaanmu”
“Anything for you my princess.. Hahaha..”
Dia telah pergi, aku termenung. Aku hanya seorang siswi SMA, tapi kemarin aku memecahkan jantung seseorang yang mencoba berniat jahat kepadaku. Tentunya dengan bantuan diriku yang lain ini, dialah yang memberiku kekuatan tambahan. Aku yang dulunya seorang Telekinesis kini menjadi seorang Necrokinesis.
Aku beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan menuruni tangga ke ruang tengah.
“Ibu masak apa hari ini?”
Tanyaku sambil menampilkan senyum wajah semanis mungkin.
“Sop ayam kesukaan ayahmu, kabarnya dia akan pulang malam ini”
“Oh benarkah?”
“Tentu, sekarang habiskan makananmu”
Sahut ibuku, kulihat raut wajahnya cukup bahagia.
Selang 15 menit kemudian, kudengar bel rumahku berbunyi.
“Biar aku saja yang membukanya bu”
Aku sedikit berlari lalu membuka pintu.
“Wah, apa kabar putri cantikku?”
Ayah masuk ke dalam sambil mengecup keningku.
“Baik yah, apalagi setelah kedatangan ayah malam ini”
Ayah mengusap rambutku sembari tersenyum.
“Tetaplah bersinar dalam prestasi ya”
Kulihat ibu berjalan turut menyambut kedatangan ayah. 20 hari beliau meninggalkan kami karena bisnisnya di kota lain. Melihat momen ini, aku berjalan kembali ke kamarku.
Saat menaiki tangga atas, kudengar mereka setengah berbisik.
“Bagaimana sekolah anak kita?”
“Seperti biasa, dia masih berada di peringkat pertama”
Pembicaraan selanjutnya tidak kudengar, ada banyak tugas sekolah yang harus aku selesaikan.
Aku mulai mengerjakan soal-soal di buku tulis. Sesaat kemudian kepalaku terasa sedikit bergeming.
“Bolehkah aku keluar sekarang?”
Aku masih menulis. 3 detik kemudian aku menjawabnya.
“Tidak, aku membutuhkan konsentrasi penuh. Ada 58 soal Fisika dan 74 soal Matematika yang harus aku selesaikan”
“Wah, kau atau lebih tepatnya “aku” ternyata anak yang benar-benar rajin. Membosankan juga. Baiklah aku akan tidur malam ini, bangunkan saat kau mau membunuh lagi ya”
Aku tidak menjawab, masih fokus dengan deretan angka dan rumus di lembaran kertas ini.
Namun pikiranku sedikit terpecah. Keberadaan “aku yang lain” memang terkadang mengganggu, namun jika tidak ada, tidak akan ada yang menjagaku. Ibuku sering pulang malam karena pekerjaannya, ayahku juga sering keluar kota.
Tugasku selesai, saat ini hampir tengah malam. Aku berbaring di tempat tidurku, namun tak kunjung tidur.
“Huh, sepertinya aku terkena insomnia malam ini”
Tiba – tiba kepalaku bergeming lagi
“Ela..”
“Ya, ada apa Li”
Aku menamainya Li.
“Kurasa kita merasakan hal yang sama. Aku tidak bisa tidur sejak kau mengerjakan tugas sekolahmu itu”
“Mungkin karena kita berada pada tubuh yang sama”
Kami saling terdiam. Aku sendiri masih melihat langit-langit kamar dengan kedua telapak tangan berada di belakang kepalaku.
“Bolehkah aku bertanya sesuatu, Li”
“Tentu..”
Sifat Li mendadak berubah, tidak hiperaktif dan sedikit pendiam.
“Bagaimana kau bisa berada dalam tubuhku?”
Rasanya Li terdiam sejenak. Lalu menjawab pertanyaanku.
“Aku dulunya tidak ada. Aku tercipta karena balutan emosi yang sering kau tahan. Kau sering dibully oleh Risa dan gengnya, kau sering mengalah demi orang lain, bahkan kau sering kesepian. Aku adalah bagian dari emosimu, bagian dari dirimu, dan aku tidak bisa membiarkan semua itu. Aku ingin kau terus tersenyum, terus bahagia. Menghadapi segala ketidakadilan dunia”
“Bahkan dengan membunuh?”
“Ya, tentu saja”
“Berjanjilah padaku, kita hanya membunuh karena seseorang benar-benar salah dan memang layak untuk mati”
“Aku bernjanji. Aku bukanlah setan, aku juga memiliki sisi baik seperti halnya dirimu”
Dalam titik ini aku sedikit lega. Aku hanya khawatir jika Li menguasai kesadaranku secara penuh. Bisa – bisa aku menjadi pembunuh berantai dengan kemampuan ini. Bayangkan saja, dengan kemampuan Necrokinesis, aku bisa menghancurkan jangtung atau organ vital lain dari jarak 2 meter tanpa menyentuhnya. Jadi aku akan terbebas dari segala tuntutan hukum karena tidak adanya bukti. Tapi semua itu tidak akan terjadi, takkan kubiarkan Li sampai menguasaiku, akulah yang menciptakannya dan aku juga yang harus mengendalikannya.
Lamunanku buyar disaat Li bertanya balik.
“Sekarang bolehkah aku gantian bertanya?”
“Silahkan, langsung saja”
“Kenapa dulu kau mau repot-repot membantu bocah Chronokinesis itu?”
“Maksudmu Ard? Ada teman sekelas yang memintaku untuk membantunya. Namanya Mytha Airinzki, aku memang tidak begitu mengenalnya. Karena dia murid baru. Namun aku heran, bagaimana dia tahu banyak tentangku, bahkan tentang dirimu”
“Wah, aku tidak menyadarinya, saat itu aku memang sedang tertidur. Hmm.. sepertinya gadis itu memiliki kemampuan yang cukup menarik ”
“Ya, dan misterius. Aura tubuhnya cukup rumit, aku tidak bisa membacanya. Dia hampir tidak memiliki emosi”
“Aku rasa dia bukan orang sembarangan. Kalau dia sampai tahu keberadaanku, bahaya jika dia membeberkannya”
“Aku rasa hal itu tidak akan terjadi. Dia orang yang pendiam”
“Baiklah, aku percaya perkataanmu. Entah apa yang mendasari ini, tapi kurasa suatu saat kita harus membunuhnya”
Membunuh? Lagi?
Aku bimbang, pola pikirku sedikit labil. Aku merasa ada sesuatu yang mengubah susunan pikiranku. Entah mengapa aku ada perasaan setuju. Aku jadi sedikit terbiasa untuk membunuh orang. Rasanya menyenangkan menghukum orang dengan menghilangkan nyawanya. Tapi Mytha Airinzki? Aku tidak memiliki alasan yang kuat untuk membunuhnya.
Ah, aku tahu. Aku anggap sebagai penutup rahasiaku.
Spoiler for Next:
Mengherankan bukan? Seorang bintang kelas memiliki pemikiran yang seperti ini. Tidak seperti pemikiran orang awam yang berpikiran kalu hal yang ada di otakku hanya pelajaran, pelajaran, dan pelajaran.
***
Keesokan harinya aku sedikit mengantuk di sekolah, aku baru bisa memejamkan mata jam 4 pagi, aku hanya tidur selama 2 jam.
Aku masih bisa menguasai kantukku pada pelajaran matematika bu Sarah di jam pertama, tapi saat jam kedua, aku hampir tertidur dengan tangan kanan yang aku gunakan sebagai penyangga. Namun aku masih berusaha untuk terjaga.
“Nah, anak-anak siapa yang mau mengerjakan soal nomor 3?”
“Mungkin Ela bisa bu, dia kan juara kelas”
Aku tersentak kaget. Aku menoleh ke arah belakang. Ternyata dari Risa, dia memang selalu sentimen kepadaku.
“Baik Ela, silahkan maju kedepan”
Beliau menyetujui saran Risa.
Risa ** SENSOR **! Beraninya mengangguku saat aku tidak fokus dengan pelajaran.
Aku baru sadar, biasanya aku hanya diam saat dikerjai olehnya. Bagaimana bisa aku menjadi sebenci ini.
Aku membuka buku diktat. Dan ternyata bab Transformasi geometri. Aku tersenyum kecil, ini bukanlah materi yang selevel dengan kemampuanku. Dalam 1 menit soal tersebut selesai aku kerjakan di papan.
“Yak, jawaban yang sempurna dari Ela, sekarang kerjakan soal evaluasi halaman 124 kumpulkan besok di meja saya ya”
Bu Sarah mengemasi alat tulis dan bukunya lalu pergi. Karena jamnya sudah berakhir
“Baik bu..”
Seluruh siswa di kelasku menyahut. Aku memandangi Risa sekali lagi. Perasaan ini, dendam ini, seolah aku menikmati dan ingin membalasnya.
“Kenapa Ela? Tidak terima dengan perkataanku di depan bu Sarah tadi? Kau hanya beruntung karena bisa mengerjakan soal itu, hahaha...”
Risa tertawa, diikuti Hesti dan Maya. Teman 1 gengnya.
“Bilang saja kau tidak becus untuk mengerjakan soal itu!”
Li keluar dan mengambil alih tubuhku. Tidak seperti Li, saat dia mengambil alih tubuhku aku masih tersadar cumipun tak sepenuhnya bisa menggerakkan anggota badan.
Risa berjalan maju lalu menggebrak meja dan melototiku.
“Menurutmu siapa kau heh? Aku adalah anak dari kepala sekolah, kapanpun aku bisa mengeluarkanmu dari sekolah ini!”
Suasana kelas hening. Tak ada yang berani melawan Risa karena statusnya sebagai anak kepala sekolah. Saat dia berkata demikian, aku tertunduk, lalu tertawa kecil.
“Hahaha.. Hahahaha.. kenapa aku harus takut denganmu? Kau tak lain hanyalah seorang anak kecil, yang berusaha berlindung dibawah status ayahmu”
“Oh, mentang-mentang juara kelas kau merasa jagoan sekarang?”
Risa mau menamparku, tapi tangannya dicegah oleh Ard.
“Hentikan Risa, apa kau tidak puas mengganggu Ela setiap hari?”
“Hahaha.. memang siapa dia? Pacarmu?”
“Bukan, tapi aku berhutang budi padanya. Dan takkan kubiarkan kau menyakitinya”
“Kau tahu apa konsekuensi siswa putra yang menentangku? Hesti, ambilkan hpku di tas”
Hesti bergegas mengambil hp milik Risa lalu memberikannya. Nampak dia ingin menelpon seseorang.
“Halo, sayang? Aku ada permintaan untukmu, habisi murid yang bernama Ard Vearetta. Dia satu kelas denganku”
Risa menelpon pacarnya yang berada di kelas lain. Lalu berkata pada Ard
“Saat pulang sekolah nanti, kau akan tamat!”
***
Jam 16.30, sekolah sudah sepi.
Aku masih duduk di lobby. Aku masih menunggu Ard. Mencemaskan keadaannya, dia mau membelaku hingga mempertaruhkan keselamatannya sendiri.
Sekitar 10 menit kemudian, dia muncul dari arah perpustakaan sekolah.
“Ard, jangan pulang! Di gerbang Risa dan pacar satu gengnya siap menghabisimu ”
“Tenanglah Ela, kau sudah tahu kan aku seorang Chronokinesis. Lagipula aku pantas membelamu demi membalas budi atas bantuanmu beberapa minggu yang lalu.”
“Lupakan itu, walau kau seorang Chronokinesis, tetap saja kau akan kalah di kepung mereka!”
Ard hanya tersenyum, lalu berjalan meninggalkanku.
Selang beberapa langkah, dia berhenti, dia dalam posisi berdiri membelakangiku lalu megatakan sesuatu.
“Apakah kau tahu Ela? Walaupun aku mati sekarang, aku tidak akan menyesal. Karena aku telah mewujudkan mimpiku, yaitu berguna untuk seseorang ”
Aku tidak bisa membiarkannya. Tapi saat ini aku tidak bisa menggunakan kekuatanku karena Li masih tertidur. Aku ingin menyusulnya menghadapi Risa. Sesaat sebelum itu aku merasakan sesuatu, seperti angin. Bukan, ini aura seseorang. Aura yang cukup kuat. Aku menoleh ke arah belakang, ternyata gadis itu, Mytha Airinzki.
“Biarkan dia Ela, jangan membatasi keinginannya”
Suara Mytha begitu pelan dengan nada datar. Setelah ia mengatakan itu entah mengapa aura di tubuhnya semakin menguat, tiba-tiba kepalaku bergeming. Li mendadak terbangun dan berbicara di dalam kepalaku.
“Ela, ternyata dugaan kita benar. Gadis di hadapanmu bukan manusia biasa. Kekuatan dari dalam tubuhnya begitu saat ini begitu kuat. Tubuhku sedikit demi sedikit terkikis olehnya, mau tidak mau kita harus melenyapkannya atau aku akan mati”
Tidak, aku tidak bisa membiarkan Li mati. Dia adalah satu-satunya pelindungku.
Perlahan Mytha berjalan mendekat. Sebelum melawannya, aku berlari ke arah Ard. Saat ini Li sudah terbangun, setidaknya aku ingin membalaskan dendamku pada Risa.
Setelah dekat pintu gerbang, aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat. Ard tersungkur di tanah, sedangkan Reno pacar Risa dan teman satu gengnya melingkari Ard dan secara membabi buta menendanginya. Aku tidak mampu menahan emosiku saat ini.
“HENTIIKAAAANN!!!”
Suara teriakanku berampur dengan energi kinesis. Reno dan gengnya semua terpental sejauh 5 meter.
Aku mendekati Ard, dia tak sadarkan diri. Aku mendekati Risa.
“Ee.. anu Ela, ak...”
Krakk..
Tanpa menyentuhnya, aku mematahkan salah satu kakinya.
“Kyaaaaaaaaa.....”
Dia menjerit sejadi-jadinya, aku begitu menikmati setiap sakit yang dia rasakan. Aku tidak pernah merasa sehidup ini.
Krakk..
Kali ini aku mematahkan siku tangan kirinya, membuatnya bengkok 90 derajat. Dia berteriak lebih keras. Percuma saja dia berteriak. Tidak ada orang lain disini.
“Tenanglah Risa, aku akan membantumu”
Perlahan kepala Risa berputar ke arah kanan sampai dagu menyentuh punggungnya.
Melihat hal ini, Reno bangkit dari tempatnya terjatuh lalu berlari ke arahku. Aku mengambil bolpoin di sakuku lalu aku lempar ke arahnya.
Crasshh..
Bolpoin itu tepat menancap di jakunnya. Dia roboh, dan kejang-kejang. Darah segar mengucur deras dari lehernya.
Aku mendekati sisa musuhku, ada 4 orang disana. Masih diam terpaku melihat kedua “komandan”nya mati secara sadis.
“Sssstt.. jangan beritahu siapa-siapa”
Aku berbicara pelan, menempelkan jari telunjuk di bibirku sambil mendekati mereka. Setelah berjarak cukup dekat, salah seorang mencoba berlari, namun terjatuh kembali. Tentu saja aku yang menariknya dengan Telekinesis. Aku mengulurkan tangan ke depan. Memejamkan mata.
Leher, Faring, Trakea, Paru-paru bergeser sedikit ke arah kiri. Gotcha, aku merasakan jantungnya berdegup kencang. Lalu dengan kuat aku mengepalkan tanganku. Ah, menyenangkan juga memecahkan jantung lagi.
3 orang tersisa, aku merentangkan kedua lenganku dengan posisi telapak menghadap keatas dan perlahan aku mengangkatnya. Ketiga orang itu melayang sekitar 5 meter diatas tanah dengan posisi kepala dibagian bawah. Mereka berteriak ketakutan. Entah mengapa semakin aku menikmati rasa takut mereka, kekuatanku semakin bertambah.
Tiba-tiba ada seseorang yang memegangi kaki kananku, aku melirik kebawah. Ternyata Ard sudah sadar. Dia berkata dengan posisinya yang masih tersungkur.
“Hentikan Ela, jangan bunuh mereka semua. Mereka mungkin berbuat jahat kepadamu. Tapi balas dendam bukanlah solusi”
Aku menatapnya dengan pandangan kosong. Aku tidak mampu berpikir apapun. Di benakku tidak ada gambaran selain sesuatu yang hitam.
“Sadarlah Ela, jangan sampai kau dikuasai oleh sisi gelapmu”
Suara yang lain turut kudengar. Kali ini berasal dari Mytha, dia duduk di samping mayat Risa. Meletakkan mawar hitam di dadanya. Namun berbeda dengan Ard yang berkata dengan kekhawatiran. Mytha masih nampak tenang.
Li muncul kembali.
“Jangan dengarkan mereka Ela, ini adalah jalan hidupmu, kaulah yang menentukan. Mereka pantas mati!”
Kepalaku mendadak sakit luar biasa. Aku melepaskan posisi kedua tanganku dan memegangi kepalaku.
Bruggkk..
Ketiga orang yang tadinya melayang sekarang terjatuh. Kepala mereka pecah.
Mytha berlari mendekat dan memegang kepala bagian atasku dengan tangan kanannya. Tangan kirinya membawa setangkai mawar putih.
“Takkan kubiarkan kau mengambil alih kesadaran anak ini, kau iblis, anak buah Lucifer”
Li memberontak. Membuang tangan Mytha dari kepalaku dan mendorongnya.
“Heh, manusia sepertimu takkan mampu mengalahkanku. Sekarang tidurlah untuk selamanya!”
Aku yang dikendalikan Li menguncupkan telapak tangan kanan, kuku di ujung jariku menghitam dan memanjang. Lalu menghunuskannya ke arah Mytha.
Jrebb..
Aku merasakan darah yang hangat mengaliri tangan ini. Sudahkah? Apakah Mytha mati semudah ini?
“Hahaha.. anak bodoh, kau mengorbankan nyawamu demi gadis ini?”
Li menarik tangannya dari tubuh Ard. Aku melihat sebuah lubang di bawah rusuknya. Aku yakin tadi Ard melambatkan waktu lalu membiarkan tubuhnya menerima serangan dari Li.
Ard terduduk dengan tumpuan lututnya. Mytha memegangi pundaknya dari belakang. Dari detik-detik kematiannya dia tersenyum mengatakan sesuatu.
“K..Kau iblis yang mm...merasuki temanku.. aku akan mati dd..dengan tenang. Karena mm..mengorbankan nyawaku untuk hal yang bb..berguna”
Kulihat Mytha membaringkan tubuh Ard. Lalu berdiri kembali.
“Kau sudah menghilangkan banyak nyawa. Sekarang saatnya kau menyusul mereka”
Mytha memegang setangkai mawar putih di tangan kanannya dan tangan mawar hitam di mawar kirinya. Lalu matanya terpejam, memegang pundak kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
Keadaan menjadi hening, dan semuanya gelap. Seperti keadaan saat malam, namun lebih pekat.
“Hahaha.. apa yang kau lakukan? Bukankah kegelapan adalah elemenku?”
Mytha menjawabnya dengan tenang.
“Memang, tapi ini bukanlah kegelapan yang biasa. Aku mengkonversikan energi negatif yang ada disini menjadi sumber energi yang baru”
“Aa..apa? Tt...Tidaaaaakkkkk”
***
Keesokan harinya aku sedikit mengantuk di sekolah, aku baru bisa memejamkan mata jam 4 pagi, aku hanya tidur selama 2 jam.
Aku masih bisa menguasai kantukku pada pelajaran matematika bu Sarah di jam pertama, tapi saat jam kedua, aku hampir tertidur dengan tangan kanan yang aku gunakan sebagai penyangga. Namun aku masih berusaha untuk terjaga.
“Nah, anak-anak siapa yang mau mengerjakan soal nomor 3?”
“Mungkin Ela bisa bu, dia kan juara kelas”
Aku tersentak kaget. Aku menoleh ke arah belakang. Ternyata dari Risa, dia memang selalu sentimen kepadaku.
“Baik Ela, silahkan maju kedepan”
Beliau menyetujui saran Risa.
Risa ** SENSOR **! Beraninya mengangguku saat aku tidak fokus dengan pelajaran.
Aku baru sadar, biasanya aku hanya diam saat dikerjai olehnya. Bagaimana bisa aku menjadi sebenci ini.
Aku membuka buku diktat. Dan ternyata bab Transformasi geometri. Aku tersenyum kecil, ini bukanlah materi yang selevel dengan kemampuanku. Dalam 1 menit soal tersebut selesai aku kerjakan di papan.
“Yak, jawaban yang sempurna dari Ela, sekarang kerjakan soal evaluasi halaman 124 kumpulkan besok di meja saya ya”
Bu Sarah mengemasi alat tulis dan bukunya lalu pergi. Karena jamnya sudah berakhir
“Baik bu..”
Seluruh siswa di kelasku menyahut. Aku memandangi Risa sekali lagi. Perasaan ini, dendam ini, seolah aku menikmati dan ingin membalasnya.
“Kenapa Ela? Tidak terima dengan perkataanku di depan bu Sarah tadi? Kau hanya beruntung karena bisa mengerjakan soal itu, hahaha...”
Risa tertawa, diikuti Hesti dan Maya. Teman 1 gengnya.
“Bilang saja kau tidak becus untuk mengerjakan soal itu!”
Li keluar dan mengambil alih tubuhku. Tidak seperti Li, saat dia mengambil alih tubuhku aku masih tersadar cumipun tak sepenuhnya bisa menggerakkan anggota badan.
Risa berjalan maju lalu menggebrak meja dan melototiku.
“Menurutmu siapa kau heh? Aku adalah anak dari kepala sekolah, kapanpun aku bisa mengeluarkanmu dari sekolah ini!”
Suasana kelas hening. Tak ada yang berani melawan Risa karena statusnya sebagai anak kepala sekolah. Saat dia berkata demikian, aku tertunduk, lalu tertawa kecil.
“Hahaha.. Hahahaha.. kenapa aku harus takut denganmu? Kau tak lain hanyalah seorang anak kecil, yang berusaha berlindung dibawah status ayahmu”
“Oh, mentang-mentang juara kelas kau merasa jagoan sekarang?”
Risa mau menamparku, tapi tangannya dicegah oleh Ard.
“Hentikan Risa, apa kau tidak puas mengganggu Ela setiap hari?”
“Hahaha.. memang siapa dia? Pacarmu?”
“Bukan, tapi aku berhutang budi padanya. Dan takkan kubiarkan kau menyakitinya”
“Kau tahu apa konsekuensi siswa putra yang menentangku? Hesti, ambilkan hpku di tas”
Hesti bergegas mengambil hp milik Risa lalu memberikannya. Nampak dia ingin menelpon seseorang.
“Halo, sayang? Aku ada permintaan untukmu, habisi murid yang bernama Ard Vearetta. Dia satu kelas denganku”
Risa menelpon pacarnya yang berada di kelas lain. Lalu berkata pada Ard
“Saat pulang sekolah nanti, kau akan tamat!”
***
Jam 16.30, sekolah sudah sepi.
Aku masih duduk di lobby. Aku masih menunggu Ard. Mencemaskan keadaannya, dia mau membelaku hingga mempertaruhkan keselamatannya sendiri.
Sekitar 10 menit kemudian, dia muncul dari arah perpustakaan sekolah.
“Ard, jangan pulang! Di gerbang Risa dan pacar satu gengnya siap menghabisimu ”
“Tenanglah Ela, kau sudah tahu kan aku seorang Chronokinesis. Lagipula aku pantas membelamu demi membalas budi atas bantuanmu beberapa minggu yang lalu.”
“Lupakan itu, walau kau seorang Chronokinesis, tetap saja kau akan kalah di kepung mereka!”
Ard hanya tersenyum, lalu berjalan meninggalkanku.
Selang beberapa langkah, dia berhenti, dia dalam posisi berdiri membelakangiku lalu megatakan sesuatu.
“Apakah kau tahu Ela? Walaupun aku mati sekarang, aku tidak akan menyesal. Karena aku telah mewujudkan mimpiku, yaitu berguna untuk seseorang ”
Aku tidak bisa membiarkannya. Tapi saat ini aku tidak bisa menggunakan kekuatanku karena Li masih tertidur. Aku ingin menyusulnya menghadapi Risa. Sesaat sebelum itu aku merasakan sesuatu, seperti angin. Bukan, ini aura seseorang. Aura yang cukup kuat. Aku menoleh ke arah belakang, ternyata gadis itu, Mytha Airinzki.
“Biarkan dia Ela, jangan membatasi keinginannya”
Suara Mytha begitu pelan dengan nada datar. Setelah ia mengatakan itu entah mengapa aura di tubuhnya semakin menguat, tiba-tiba kepalaku bergeming. Li mendadak terbangun dan berbicara di dalam kepalaku.
“Ela, ternyata dugaan kita benar. Gadis di hadapanmu bukan manusia biasa. Kekuatan dari dalam tubuhnya begitu saat ini begitu kuat. Tubuhku sedikit demi sedikit terkikis olehnya, mau tidak mau kita harus melenyapkannya atau aku akan mati”
Tidak, aku tidak bisa membiarkan Li mati. Dia adalah satu-satunya pelindungku.
Perlahan Mytha berjalan mendekat. Sebelum melawannya, aku berlari ke arah Ard. Saat ini Li sudah terbangun, setidaknya aku ingin membalaskan dendamku pada Risa.
Setelah dekat pintu gerbang, aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat. Ard tersungkur di tanah, sedangkan Reno pacar Risa dan teman satu gengnya melingkari Ard dan secara membabi buta menendanginya. Aku tidak mampu menahan emosiku saat ini.
“HENTIIKAAAANN!!!”
Suara teriakanku berampur dengan energi kinesis. Reno dan gengnya semua terpental sejauh 5 meter.
Aku mendekati Ard, dia tak sadarkan diri. Aku mendekati Risa.
“Ee.. anu Ela, ak...”
Krakk..
Tanpa menyentuhnya, aku mematahkan salah satu kakinya.
“Kyaaaaaaaaa.....”
Dia menjerit sejadi-jadinya, aku begitu menikmati setiap sakit yang dia rasakan. Aku tidak pernah merasa sehidup ini.
Krakk..
Kali ini aku mematahkan siku tangan kirinya, membuatnya bengkok 90 derajat. Dia berteriak lebih keras. Percuma saja dia berteriak. Tidak ada orang lain disini.
“Tenanglah Risa, aku akan membantumu”
Perlahan kepala Risa berputar ke arah kanan sampai dagu menyentuh punggungnya.
Melihat hal ini, Reno bangkit dari tempatnya terjatuh lalu berlari ke arahku. Aku mengambil bolpoin di sakuku lalu aku lempar ke arahnya.
Crasshh..
Bolpoin itu tepat menancap di jakunnya. Dia roboh, dan kejang-kejang. Darah segar mengucur deras dari lehernya.
Aku mendekati sisa musuhku, ada 4 orang disana. Masih diam terpaku melihat kedua “komandan”nya mati secara sadis.
“Sssstt.. jangan beritahu siapa-siapa”
Aku berbicara pelan, menempelkan jari telunjuk di bibirku sambil mendekati mereka. Setelah berjarak cukup dekat, salah seorang mencoba berlari, namun terjatuh kembali. Tentu saja aku yang menariknya dengan Telekinesis. Aku mengulurkan tangan ke depan. Memejamkan mata.
Leher, Faring, Trakea, Paru-paru bergeser sedikit ke arah kiri. Gotcha, aku merasakan jantungnya berdegup kencang. Lalu dengan kuat aku mengepalkan tanganku. Ah, menyenangkan juga memecahkan jantung lagi.
3 orang tersisa, aku merentangkan kedua lenganku dengan posisi telapak menghadap keatas dan perlahan aku mengangkatnya. Ketiga orang itu melayang sekitar 5 meter diatas tanah dengan posisi kepala dibagian bawah. Mereka berteriak ketakutan. Entah mengapa semakin aku menikmati rasa takut mereka, kekuatanku semakin bertambah.
Tiba-tiba ada seseorang yang memegangi kaki kananku, aku melirik kebawah. Ternyata Ard sudah sadar. Dia berkata dengan posisinya yang masih tersungkur.
“Hentikan Ela, jangan bunuh mereka semua. Mereka mungkin berbuat jahat kepadamu. Tapi balas dendam bukanlah solusi”
Aku menatapnya dengan pandangan kosong. Aku tidak mampu berpikir apapun. Di benakku tidak ada gambaran selain sesuatu yang hitam.
“Sadarlah Ela, jangan sampai kau dikuasai oleh sisi gelapmu”
Suara yang lain turut kudengar. Kali ini berasal dari Mytha, dia duduk di samping mayat Risa. Meletakkan mawar hitam di dadanya. Namun berbeda dengan Ard yang berkata dengan kekhawatiran. Mytha masih nampak tenang.
Li muncul kembali.
“Jangan dengarkan mereka Ela, ini adalah jalan hidupmu, kaulah yang menentukan. Mereka pantas mati!”
Kepalaku mendadak sakit luar biasa. Aku melepaskan posisi kedua tanganku dan memegangi kepalaku.
Bruggkk..
Ketiga orang yang tadinya melayang sekarang terjatuh. Kepala mereka pecah.
Mytha berlari mendekat dan memegang kepala bagian atasku dengan tangan kanannya. Tangan kirinya membawa setangkai mawar putih.
“Takkan kubiarkan kau mengambil alih kesadaran anak ini, kau iblis, anak buah Lucifer”
Li memberontak. Membuang tangan Mytha dari kepalaku dan mendorongnya.
“Heh, manusia sepertimu takkan mampu mengalahkanku. Sekarang tidurlah untuk selamanya!”
Aku yang dikendalikan Li menguncupkan telapak tangan kanan, kuku di ujung jariku menghitam dan memanjang. Lalu menghunuskannya ke arah Mytha.
Jrebb..
Aku merasakan darah yang hangat mengaliri tangan ini. Sudahkah? Apakah Mytha mati semudah ini?
“Hahaha.. anak bodoh, kau mengorbankan nyawamu demi gadis ini?”
Li menarik tangannya dari tubuh Ard. Aku melihat sebuah lubang di bawah rusuknya. Aku yakin tadi Ard melambatkan waktu lalu membiarkan tubuhnya menerima serangan dari Li.
Ard terduduk dengan tumpuan lututnya. Mytha memegangi pundaknya dari belakang. Dari detik-detik kematiannya dia tersenyum mengatakan sesuatu.
“K..Kau iblis yang mm...merasuki temanku.. aku akan mati dd..dengan tenang. Karena mm..mengorbankan nyawaku untuk hal yang bb..berguna”
Kulihat Mytha membaringkan tubuh Ard. Lalu berdiri kembali.
“Kau sudah menghilangkan banyak nyawa. Sekarang saatnya kau menyusul mereka”
Mytha memegang setangkai mawar putih di tangan kanannya dan tangan mawar hitam di mawar kirinya. Lalu matanya terpejam, memegang pundak kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
Keadaan menjadi hening, dan semuanya gelap. Seperti keadaan saat malam, namun lebih pekat.
“Hahaha.. apa yang kau lakukan? Bukankah kegelapan adalah elemenku?”
Mytha menjawabnya dengan tenang.
“Memang, tapi ini bukanlah kegelapan yang biasa. Aku mengkonversikan energi negatif yang ada disini menjadi sumber energi yang baru”
“Aa..apa? Tt...Tidaaaaakkkkk”
Spoiler for End:
Saat aku tersadar, aku dalam posisi terbaring. Di sebelah kiriku terbaring juga Ard, lalu Mytha yang duduk di sisi kirinya. Di atas dada Ard ada setangkai mawar hitam.
“Selamat jalan Ard. Istirahatlah dengan tenang. Terima kasih atas segala pengorbanan yang kau berikan”
Mytha berkata lirih. Lalu berjalan dan duduk di sisi kananku. Sperti yang lain, dia juga meletakkan sebuah mawar hitam di dadaku.
“Iblis itu sudah melekat dengan jiwamu. Dia sekarang telah mati. Dan tak lama lagi kau akan menyusulnya”
Lalu Mytha beranjak pergi.
Aku akan mati. Tapi aku tidak ada ketakutan sama sekali. Mungkin inilah takdirku, inilah konsekensiku karena telah membunuh banyak orang. Sekarang aku akan menyusul mereka semua.
Air mataku mengalir pelan.
Ayah, ibu, maafkan aku. Aku bukan anak yang baik, aku gagal membahagiakan kalian. Tak kusangka kita akan berpisah secepat ini. Dari awal aku memang salah karena membiarkan tubuhku menjadi inang iblis.
Mataku terpejam perlahan. Dan semuanya kembali gelap.
Seperti inikah rasanya mati?
“Selamat jalan Ard. Istirahatlah dengan tenang. Terima kasih atas segala pengorbanan yang kau berikan”
Mytha berkata lirih. Lalu berjalan dan duduk di sisi kananku. Sperti yang lain, dia juga meletakkan sebuah mawar hitam di dadaku.
“Iblis itu sudah melekat dengan jiwamu. Dia sekarang telah mati. Dan tak lama lagi kau akan menyusulnya”
Lalu Mytha beranjak pergi.
Aku akan mati. Tapi aku tidak ada ketakutan sama sekali. Mungkin inilah takdirku, inilah konsekensiku karena telah membunuh banyak orang. Sekarang aku akan menyusul mereka semua.
Air mataku mengalir pelan.
Ayah, ibu, maafkan aku. Aku bukan anak yang baik, aku gagal membahagiakan kalian. Tak kusangka kita akan berpisah secepat ini. Dari awal aku memang salah karena membiarkan tubuhku menjadi inang iblis.
Mataku terpejam perlahan. Dan semuanya kembali gelap.
Seperti inikah rasanya mati?
Aku berjalan melewati malam..
Gelap dingin tak bersekat..
Semilir angin yang kulihat..
Menghapus semua pahitnya ingatan ..
Aku masih berjalan..
Hingga aku sadar bahwa aku sendirian..
Aku berhenti dan melihat belakang..
Masih tak ada siapapun disana..
Hanya kegelapan..
Gelap dingin tak bersekat..
Semilir angin yang kulihat..
Menghapus semua pahitnya ingatan ..
Aku masih berjalan..
Hingga aku sadar bahwa aku sendirian..
Aku berhenti dan melihat belakang..
Masih tak ada siapapun disana..
Hanya kegelapan..
Diubah oleh cavaliet07 15-02-2014 16:05
0
6.6K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan