- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal Musik Folk, Genre Yang Sedang Naik Daun di Indonesia


TS
aj16
Mengenal Musik Folk, Genre Yang Sedang Naik Daun di Indonesia
Quote:
Welcome To My Humble Thread !
Quote:

Quote:
Lama tak terdengar gaungnya di Indonesia, kini genre musik folk tiba-tiba kembali bangkit di Indonesia. Melalui scene musik indepeden, musik folk kini makin digemari oleh kawula muda Indonesia. Buktinya, saat ini ada beberapa nama kelompok musik yang memainkan genre musik folk, misalnya Tigapagi, Silampukau, Payung Teduh, Float, Dialog Dini Hari dan masih banyak lagi lainnya.Puncak dari kebangkitan musik folk di Indonesia adalah ketika kelompok musik folk asal Surabaya, Silampukau masuk kedalam nominasi Breakthrough Artist of The Year, dan Endah n' Rhesa yang masuk kedalam nominasi Group/Band/Duo of The Year dalam ajang penghargaan Indonesian Choice Award yang diadakan channel televisi NET. Setidaknya hal ini menjadi momentum bangkitnya musik folk di tengah gempuran musik elektronik dalam khazanah permusikan Indonesia.
Quote:
Apa Itu Genre Folk ?
Musik folk bisa diartikan sebagai dua kesatuan musik yang berbeda. Musik folk bisa diartikan sebagai musik tradisional/musik kerakyatan yang tersebar di setiap negara (tetapi ane nggak akan membahas bagian itu karena terlalu panjang). Musik folk juga bisa diartikan sebagai genre musik yang muncul di pertengahan abad ke-20, atau lebih dikenal dengan nama The (Second) Folk Revivalatau Contemporary Folk Music yang mencapai puncaknya di era 60-an. Genre inilah yang saat ini kita sebut sebagai genre folk. Jenis musik folk yang satu ini akhirnya memunculkan genre fusion baru, beberapa diantaranya adalah folk metal, folk pop, folk rock, electric folk, dsb.
Quote:
Musik folk bisa diartikan sebagai dua kesatuan musik yang berbeda. Musik folk bisa diartikan sebagai musik tradisional/musik kerakyatan yang tersebar di setiap negara (tetapi ane nggak akan membahas bagian itu karena terlalu panjang). Musik folk juga bisa diartikan sebagai genre musik yang muncul di pertengahan abad ke-20, atau lebih dikenal dengan nama The (Second) Folk Revivalatau Contemporary Folk Music yang mencapai puncaknya di era 60-an. Genre inilah yang saat ini kita sebut sebagai genre folk. Jenis musik folk yang satu ini akhirnya memunculkan genre fusion baru, beberapa diantaranya adalah folk metal, folk pop, folk rock, electric folk, dsb.
Tambahan dari agan yang satu ini

Quote:
Original Posted By junoon►maaf kalo saya boleh sharing sedikit...
kalo menurut kamus Oxford, "FOLK" artinya:
1) orang-orang secara umum --> bisa disamakan dgn "rakyat"
2) hal-hal yg berkaitan dgn kebudayaan tradisional suatu bangsa / kelompok
3) hal-hal yg berkaitan atau berasal dari hasil pemikiran rakyat jelata
maka sebenarnya secara umum, yg namanya musik "FOLK" gak sesempit seperti yg dijabarkan oleh TS...
dgn definisi "FOLK" dari kamus di atas, maka sebenernya kita bisa menggolongkan DANGDUT atau KERONCONG sebagai musik folk dari Indonesia... begitu juga ENKA dari Jepang ataupun TROT dari Korea... pokoknya musik2 yg berhubungan dgn rakyat jelata, ataupun disukai oleh mereka... ataupun berhubungan dgn musik tradisional...
kalo menurut kamus Oxford, "FOLK" artinya:
1) orang-orang secara umum --> bisa disamakan dgn "rakyat"
2) hal-hal yg berkaitan dgn kebudayaan tradisional suatu bangsa / kelompok
3) hal-hal yg berkaitan atau berasal dari hasil pemikiran rakyat jelata
maka sebenarnya secara umum, yg namanya musik "FOLK" gak sesempit seperti yg dijabarkan oleh TS...
dgn definisi "FOLK" dari kamus di atas, maka sebenernya kita bisa menggolongkan DANGDUT atau KERONCONG sebagai musik folk dari Indonesia... begitu juga ENKA dari Jepang ataupun TROT dari Korea... pokoknya musik2 yg berhubungan dgn rakyat jelata, ataupun disukai oleh mereka... ataupun berhubungan dgn musik tradisional...
Quote:
Contemporary Folk Music
Jadi, musik folk yang sering kita dengar saat ini adalah (Second) Folk Revivalatau Contemporary folk music. Sebenarnya sah-sah saja menyebutkan genre ini folk saja, tetapi di luar negeri biasanya sering disebut contemporary folk music untuk memberi perbedaan dengan musik folk yang lebih awal muncul (musik tradisional/kerakyatan).
Figur paling terkenal dalam contemporary folk music adalah Woodie Guthrie. Dia-lah pionir dari contemporary folk music. Dia memulai merekam lagunya pada era 40-an, setelah tiba di New York. Ciri Khas paling ikonis dari Woodie Guthrie adalah tulisan "This Machine Kills Fascist"pada gitarnya. Banyak penulis lagu/penyanyi yang merasa mendapat pengaruh besar dari Woodie Guthrie, beberapa diantaranya adalah Bob Dylan, Pete Seeger, Bruce Springsteen, Joe Strummer, dan beberapa lagi lainnya. Contemporary music folk mencapai puncaknya di era 60-an, dimana Bob Dylan dan Joan Baez mendapat kesuksesan komersilnya. Tema yang sering dipakai dalam musik folk di era ini (60-an) adalah politik dan anti-perang, mungkin karena pada saat itu amerika sedang terjun dalam perang vietnam CMIIW.
Quote:
Jadi, musik folk yang sering kita dengar saat ini adalah (Second) Folk Revivalatau Contemporary folk music. Sebenarnya sah-sah saja menyebutkan genre ini folk saja, tetapi di luar negeri biasanya sering disebut contemporary folk music untuk memberi perbedaan dengan musik folk yang lebih awal muncul (musik tradisional/kerakyatan).
Spoiler for Beberapa definisi dari contemporary folk music:
Definitions of "contemporary folk music" are generally vague and variable. Here it is taken to mean all music that is called folk that is not traditional music, a set of genres that began with and then evolved from the folk revival of the mid-20th century. According to Hugh Blumenfeld, for the American folk scene, in general it is:
-"Anglo-American, embracing acoustic and/or tradition-based music from the U.K. and the United States.
-Mainly European in its musical origins and linguistically predominantly English-based.
-The few exceptions to this model are derived mainly from prevailing political/historical conditions in the Anglo-American world and the demographics of folk fans: Celtic music, blues, some Central and South American music, Native American music, and Klezmer." This is the common use of the term "contemporary folk music", but is not the only case of evolution of new forms from traditional ones. Nueva canción, a similar evolution of a new form of socially committed music, occurred in several Spanish-speaking countries, for example.
-"Anglo-American, embracing acoustic and/or tradition-based music from the U.K. and the United States.
-Mainly European in its musical origins and linguistically predominantly English-based.
-The few exceptions to this model are derived mainly from prevailing political/historical conditions in the Anglo-American world and the demographics of folk fans: Celtic music, blues, some Central and South American music, Native American music, and Klezmer." This is the common use of the term "contemporary folk music", but is not the only case of evolution of new forms from traditional ones. Nueva canción, a similar evolution of a new form of socially committed music, occurred in several Spanish-speaking countries, for example.
Quote:
Jejak Musik Folk di Indonesia
Musik folk di Indonesia suah menyebar sejak era 60-an. Menurut Alm. Denny Sakrie, "pionir" dari musik folk di Indonesia adalah Gordon Tobing. Dalam karir bermusiknya, Gordon Tobing menyanyikan hampir seluruh lagu-lagu rakyat Indonesia. Dirinya sering dikirim keluar negeri dalam rangka misi kebudayaan Indonesia untuk seni musik. Gordon Tobing pernah dipilih oleh Tim Ahli Seni Australia untuk mewakili asia pada Art Festival of Perth yang berlangsung tahun 1969.
Lagu folk berbasis lagu-lagu rakyat tradisional merebak di Indonesia pada era 50-an sampai 60-an. Tetapi musik folk kontemporer (contemporary folk music) juga ikut berkembang dan diminati kawula muda Indonesia pada akhir dekade 60-an. “Blowin’ In The Wind” (1963) dari Bob Dylan,”Donna Donna” (1960) dari Joan Baez hingga “Our House”(1970) dari Crosby Stills,Nash and Young cukup sering diputar di radio-radio Indonesia di akhir 60-an hingga era 70-an. Tercatat, ada 3 kota besar yang menjadi basis pertumbuhan musik folk di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Di kota Jakarta ada kelompok Kwartet Bintang yang dimotori oleh Guntur Soekarnoputra, putra sulung presiden Soekarno. Di Bandung sejak tahun 1967 telah berkiprah Trio Bimbo hingga Remy Sylado. Sedangkan di Surabaya sejak tahun 1969 telah terdengar nama Lemon Trees yang didukung oleh Gombloh dan Leo Imam Soekarno yang di era paruh 1970an dikenal dengan nama Leo Kristi.Beberapa diantaranaya bahkan telah merilis album rekaman seperti Trio Bimbo yang merekam album lewat label Fontana di Singapore pada tahun 1971.
Di era itu juga, banyak festival musik folk bermunculan, terutama di 3 kota basis pertumbuhan musik folk. Hingga puncaknya pada perhelatan Summer '28 (salah satu festival musik terbesar di Indonesia pada era 70-an) ada beberapa musisi folk terkenal yang ikut serta didalamnya, yaitu Bimbo, Noor Bersaudara, hinga "Sang Musisi Nakal" Remy Sylado.
Memasuki akhir dekade 70an dan 80an, musik folk songs kian berkembang dengan munculnya sosok-sosok baru seperti duo Franky & Jane, Mogi Darusman, Tara & Jayus, Tika & Sita, Iwan Fals, Wanda Chaplin, Tom Slepe, Doel Sumbang, Ritta Rubby Hartland, Elly Sunarya hingga Ully Sigar Rusady, Ebiet G Ade serta Kelompok Kampungan dari Yogyakarta. Kebanyakan mereka tampil dengan pola singer/songwriter yang membawakan lagu karya sendiri sambil memetik gitar akustik. Tema lirik lagunya berkisar dari tema alam dan lingkungan serta kritik sosial yang terkadang dibumbui dengan aura humor yang menggelitik.
Quote:
Musik folk di Indonesia suah menyebar sejak era 60-an. Menurut Alm. Denny Sakrie, "pionir" dari musik folk di Indonesia adalah Gordon Tobing. Dalam karir bermusiknya, Gordon Tobing menyanyikan hampir seluruh lagu-lagu rakyat Indonesia. Dirinya sering dikirim keluar negeri dalam rangka misi kebudayaan Indonesia untuk seni musik. Gordon Tobing pernah dipilih oleh Tim Ahli Seni Australia untuk mewakili asia pada Art Festival of Perth yang berlangsung tahun 1969.
Quote:
Lagu folk berbasis lagu-lagu rakyat tradisional merebak di Indonesia pada era 50-an sampai 60-an. Tetapi musik folk kontemporer (contemporary folk music) juga ikut berkembang dan diminati kawula muda Indonesia pada akhir dekade 60-an. “Blowin’ In The Wind” (1963) dari Bob Dylan,”Donna Donna” (1960) dari Joan Baez hingga “Our House”(1970) dari Crosby Stills,Nash and Young cukup sering diputar di radio-radio Indonesia di akhir 60-an hingga era 70-an. Tercatat, ada 3 kota besar yang menjadi basis pertumbuhan musik folk di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Di kota Jakarta ada kelompok Kwartet Bintang yang dimotori oleh Guntur Soekarnoputra, putra sulung presiden Soekarno. Di Bandung sejak tahun 1967 telah berkiprah Trio Bimbo hingga Remy Sylado. Sedangkan di Surabaya sejak tahun 1969 telah terdengar nama Lemon Trees yang didukung oleh Gombloh dan Leo Imam Soekarno yang di era paruh 1970an dikenal dengan nama Leo Kristi.Beberapa diantaranaya bahkan telah merilis album rekaman seperti Trio Bimbo yang merekam album lewat label Fontana di Singapore pada tahun 1971.
Di era itu juga, banyak festival musik folk bermunculan, terutama di 3 kota basis pertumbuhan musik folk. Hingga puncaknya pada perhelatan Summer '28 (salah satu festival musik terbesar di Indonesia pada era 70-an) ada beberapa musisi folk terkenal yang ikut serta didalamnya, yaitu Bimbo, Noor Bersaudara, hinga "Sang Musisi Nakal" Remy Sylado.
Memasuki akhir dekade 70an dan 80an, musik folk songs kian berkembang dengan munculnya sosok-sosok baru seperti duo Franky & Jane, Mogi Darusman, Tara & Jayus, Tika & Sita, Iwan Fals, Wanda Chaplin, Tom Slepe, Doel Sumbang, Ritta Rubby Hartland, Elly Sunarya hingga Ully Sigar Rusady, Ebiet G Ade serta Kelompok Kampungan dari Yogyakarta. Kebanyakan mereka tampil dengan pola singer/songwriter yang membawakan lagu karya sendiri sambil memetik gitar akustik. Tema lirik lagunya berkisar dari tema alam dan lingkungan serta kritik sosial yang terkadang dibumbui dengan aura humor yang menggelitik.
Quote:
FYI
Karena hype musik folk di era 70-an cukup besar, Eugene Timothy dari Remaco meminta Koes Plus merilis album Folk Songs pada tahun 1976.
Karena hype musik folk di era 70-an cukup besar, Eugene Timothy dari Remaco meminta Koes Plus merilis album Folk Songs pada tahun 1976.
Quote:
Itulah dia, "hikayat" singkat soal musik folk yang berhasil ane rangkum dari berbagai sumber. Ane melihat ada harapan bangkitnya musik folk di Indonesia, karena sejatinya musik folk itu lahir dari rakyat, dan diperuntukkan untuk rakyat. Dan ini menjadi momentum kebangkitan musik folk yang beraura sederhana di tengah gempuran musik dansa elektronik alias EDM. Mohon koreksinya bila ada kesalahan kata atau kesalahan informasinya suhu ! 

Quote:
Diubah oleh aj16 24-05-2016 03:01
0
75.9K
Kutip
298
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan