- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Duh ! ! Tukang Sapu di Lingkungan Pemkab Brebes Dikenai Pungli Rp 10 Juta


TS
yokono
Duh ! ! Tukang Sapu di Lingkungan Pemkab Brebes Dikenai Pungli Rp 10 Juta
Quote:
Original Posted By yokono►Duh ! ! Tukang Sapu di Lingkungan Pemkab Brebes Dikenai Pungli Rp 10 Juta

TRIBUNJATENG.COM - Lanang (20) seorang pelajar warga Kelurahan Pasar Batang Kecamatan Brebes, kini bisa bernafas lega, setelah harapanya menjadi tukang sapu di sekitar Pasar Induk Kabupaten Brebes segera terwujud.
Lanang untuk sementara menggantikan tugas ayahnya yang sudah meninggal sekitar sebulan lalu sebagai petugas kebersihan. Kini, lanang juga masih menunggu hasil pengumuman kelulusan SMA.
Beberapa hari terakhir ini Lanang resah dengan informasi yang didapatkannya dari sesama petugas kebersihan.
Dari rekannya yang sudah lebih dulu bekerja sebagai tukang sapu, jika ingin menggantikan posisi ayahnya yang sudah meninggal sebagai tukang sapu, Lanang harus menyerahkan sejumlah uang kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Induk Brebes.
"Memang saya dapat informasi dari teman sesama petugas kebersihan, kalau saya harus membayar sejumlah uang yang nantinya akan diserahkan kepada oknum UPT Pasar sebesar Rp 10 juta. Uang itu katanya sebagai syarat agar saya bisa menjadi tukang sapu di UPT Pasar Induk Brebes," ujar Lanang yang masih duduk di bangku kelas XII SMA di Brebes ini, saat ditemui di kompleks Kantor Bupati, Kamis (28/4).
Tak hanya petugas kebersihan yang menginformasikan pungutan liar itu, namun ada oknum petugas UPT Pasar Induk Brebes yang juga sempat menyinggungnya.
"Kemarin saya diminta menghadap ke bendahara Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Di sana saya diberitahu soal pungutan liar itu, katanya mau dipinjami dulu tapi nanti pembayarannya dipotong gaji bulanan," ujar siswa SMAN 3 Brebes ini polos.
Saat bertemu dengan bendahara Dinas Perdagangan dan Perindustrian, kata Lanang, besaran pungutan liar yang awalnya sebesar Rp 10 juta diturunkan menjadi Rp 2,5 juta.
Kendati demikian, Lanang mengaku belum memberikan jawaban terkait sejumlah uang yang harus diserahkan tersebut.
"Kalau memang prosedurnya seperti itu, ya sudah saya pasrah saja. Nggak papa jika pembayaranya nyicil dipotong gaji bulanan saya," ujar dia.
Selama menggantikan tugas ayahnya sebagai tukang sapu, ia sudah pernah mendapatkan gaji satu bulan Rp 900 ribu.
Merasa resah, Lanang memutuskan mendatangi kantor Bupati untuk bertemu dan mengadu kepada Bupati Brebes Idza Priyanti agar persoalannya itu bisa ada jalan keluarnya.
Sejak ayahnya meninggal, Lanang harus menjadi tulang punggung keluarganya.
"Saya bingung harus bagaimana bisa membayar sejumlah uang itu, makanya saya ke sini dan alhamdullilah bisa bertemu bu bupati langsung," ujar dia.
Saat berdialog dengan bupati, Lanang ditemani aktivis sosial Aris S, mereka menyampaikan keluhan tersebut dan mendapat respon langsung dari Bupati.
"Alhamdullilah bupati langsung mersepon, dengan mendengarkan keluhan saya. Ibu bupati juga langsung memberikan rekomendasi agar saya bisa jadi tukang sapu setelah saya lulus sebentar lagi," paparnya. (TRIBUNJATENG/Cetak/29 April 2016)
http://jateng.tribunnews.com/2016/04...gli-rp-10-juta

TRIBUNJATENG.COM - Lanang (20) seorang pelajar warga Kelurahan Pasar Batang Kecamatan Brebes, kini bisa bernafas lega, setelah harapanya menjadi tukang sapu di sekitar Pasar Induk Kabupaten Brebes segera terwujud.
Lanang untuk sementara menggantikan tugas ayahnya yang sudah meninggal sekitar sebulan lalu sebagai petugas kebersihan. Kini, lanang juga masih menunggu hasil pengumuman kelulusan SMA.
Beberapa hari terakhir ini Lanang resah dengan informasi yang didapatkannya dari sesama petugas kebersihan.
Dari rekannya yang sudah lebih dulu bekerja sebagai tukang sapu, jika ingin menggantikan posisi ayahnya yang sudah meninggal sebagai tukang sapu, Lanang harus menyerahkan sejumlah uang kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Induk Brebes.
"Memang saya dapat informasi dari teman sesama petugas kebersihan, kalau saya harus membayar sejumlah uang yang nantinya akan diserahkan kepada oknum UPT Pasar sebesar Rp 10 juta. Uang itu katanya sebagai syarat agar saya bisa menjadi tukang sapu di UPT Pasar Induk Brebes," ujar Lanang yang masih duduk di bangku kelas XII SMA di Brebes ini, saat ditemui di kompleks Kantor Bupati, Kamis (28/4).
Tak hanya petugas kebersihan yang menginformasikan pungutan liar itu, namun ada oknum petugas UPT Pasar Induk Brebes yang juga sempat menyinggungnya.
"Kemarin saya diminta menghadap ke bendahara Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Di sana saya diberitahu soal pungutan liar itu, katanya mau dipinjami dulu tapi nanti pembayarannya dipotong gaji bulanan," ujar siswa SMAN 3 Brebes ini polos.
Saat bertemu dengan bendahara Dinas Perdagangan dan Perindustrian, kata Lanang, besaran pungutan liar yang awalnya sebesar Rp 10 juta diturunkan menjadi Rp 2,5 juta.
Kendati demikian, Lanang mengaku belum memberikan jawaban terkait sejumlah uang yang harus diserahkan tersebut.
"Kalau memang prosedurnya seperti itu, ya sudah saya pasrah saja. Nggak papa jika pembayaranya nyicil dipotong gaji bulanan saya," ujar dia.
Selama menggantikan tugas ayahnya sebagai tukang sapu, ia sudah pernah mendapatkan gaji satu bulan Rp 900 ribu.
Merasa resah, Lanang memutuskan mendatangi kantor Bupati untuk bertemu dan mengadu kepada Bupati Brebes Idza Priyanti agar persoalannya itu bisa ada jalan keluarnya.
Sejak ayahnya meninggal, Lanang harus menjadi tulang punggung keluarganya.
"Saya bingung harus bagaimana bisa membayar sejumlah uang itu, makanya saya ke sini dan alhamdullilah bisa bertemu bu bupati langsung," ujar dia.
Saat berdialog dengan bupati, Lanang ditemani aktivis sosial Aris S, mereka menyampaikan keluhan tersebut dan mendapat respon langsung dari Bupati.
"Alhamdullilah bupati langsung mersepon, dengan mendengarkan keluhan saya. Ibu bupati juga langsung memberikan rekomendasi agar saya bisa jadi tukang sapu setelah saya lulus sebentar lagi," paparnya. (TRIBUNJATENG/Cetak/29 April 2016)
http://jateng.tribunnews.com/2016/04...gli-rp-10-juta
Quote:
Mau Jadi Tukang Sapu Harus Bayar Rp 10 Juta, Pelajar SMA Ini Temui Bupati Brebes
BREBES, KOMPAS.com — Lanang (20), seorang pelajar kelas XII SMA negeri di Brebes, Jawa Tengah, memberanikan diri menghadap Bupati Brebes Idza Priyanti. Tekadnya satu, yaitu ingin menjadi tukang sapu di sekitar Pasar Induk Kabupaten Brebes.
Lanang untuk sementara menggantikan tugas ayahnya sebagai petugas kebersihan. Pekerjaan itu sudah dijalaninya selama sebulan setelah ayahnya meninggal dunia. Kini, Lanang tengah menunggu kelulusan SMA.
Namun, beberapa hari terakhir ini, ia resah. Warga Kelurahan Pasar Batang, Kecamatan Brebes, itu mendapat informasi dari sesama petugas kebersihan bahwa untuk menjadi tukang sapu tetap menggantikan sang ayah, dia harus membayar sejumlah uang kepada oknum pengelola pasar setempat.
"Saya dapat informasi dari teman sesama petugas kebersihan kalau saya harus membayar sejumlah uang yang nantinya akan diserahkan kepada oknum UPT Pasar sebesar Rp 10 juta. Uang itu katanya sebagai syarat agar saya bisa menjadi tukang sapu di UPT Pasar Induk Brebes," ujar Lanang seperti dikutip Tribun Jateng, Jumat (29/4/2016).
Informasi soal pungutan itu juga sayup-sayup terdengar dari oknum petugas UPT Pasar Induk Brebes. Petugas itu, kata Lanang, menyarankan agar ia menghadap bendahara dinas yang mengayomi pasar tersebut untuk memperoleh keringanan.
"Di sana saya diberi tahu soal pungutan liar itu, katanya mau dipinjami dulu, tetapi nanti pembayarannya dipotong gaji bulanan," kata dia.
Setelah menemui bendahara itu, besaran pungutan yang awalnya sebesar Rp 10 juta diturunkan menjadi Rp 2,5 juta. Lanang gundah, ia masih pikir-pikir untuk mengiyakan permintaan itu.
"Kalau memang prosedurnya seperti itu, ya sudah saya pasrah saja. Enggak apa-apa jika pembayarannya nyicil dipotong gaji bulanan saya," ujar dia.
Selama menggantikan tugas ayahnya sebagai tukang sapu, Lanang sudah pernah mendapatkan gaji satu bulan Rp 900.000. Sejak ayahnya meninggal, Lanang harus menjadi tulang punggung keluarganya.
Karena merasa resah, Lanang memutuskan mendatangi Kantor Bupati untuk bertemu dan mengadu kepada Bupati Brebes Idza Priyanti. Ia ingin ada jalan keluar atas masalahnya tersebut.
"Saya bingung harus bagaimana bisa membayar sejumlah uang itu. Makanya, saya ke sini dan alhamdullilah bisa bertemu Bu Bupati langsung," kata Lanang di Kantor Bupati Brebes, Kamis (28/4/2016) kemarin.
Saat berdialog dengan Idza, Lanang ditemani aktivis sosial Aris S. Mereka menyampaikan keluhan tersebut dan mendapat respons langsung dari Idza.
"Alhamdullilah, Bupati langsung merespons dengan mendengarkan keluhan saya. Ibu Bupati juga langsung memberikan rekomendasi agar saya bisa jadi tukang sapu setelah saya lulus sebentar lagi," kata Lanang. (FAJAR EKO NUGROHO/TRIBUN JATENG)
http://regional.kompas.com/read/2016....Bupati.Brebes
BREBES, KOMPAS.com — Lanang (20), seorang pelajar kelas XII SMA negeri di Brebes, Jawa Tengah, memberanikan diri menghadap Bupati Brebes Idza Priyanti. Tekadnya satu, yaitu ingin menjadi tukang sapu di sekitar Pasar Induk Kabupaten Brebes.
Lanang untuk sementara menggantikan tugas ayahnya sebagai petugas kebersihan. Pekerjaan itu sudah dijalaninya selama sebulan setelah ayahnya meninggal dunia. Kini, Lanang tengah menunggu kelulusan SMA.
Namun, beberapa hari terakhir ini, ia resah. Warga Kelurahan Pasar Batang, Kecamatan Brebes, itu mendapat informasi dari sesama petugas kebersihan bahwa untuk menjadi tukang sapu tetap menggantikan sang ayah, dia harus membayar sejumlah uang kepada oknum pengelola pasar setempat.
"Saya dapat informasi dari teman sesama petugas kebersihan kalau saya harus membayar sejumlah uang yang nantinya akan diserahkan kepada oknum UPT Pasar sebesar Rp 10 juta. Uang itu katanya sebagai syarat agar saya bisa menjadi tukang sapu di UPT Pasar Induk Brebes," ujar Lanang seperti dikutip Tribun Jateng, Jumat (29/4/2016).
Informasi soal pungutan itu juga sayup-sayup terdengar dari oknum petugas UPT Pasar Induk Brebes. Petugas itu, kata Lanang, menyarankan agar ia menghadap bendahara dinas yang mengayomi pasar tersebut untuk memperoleh keringanan.
"Di sana saya diberi tahu soal pungutan liar itu, katanya mau dipinjami dulu, tetapi nanti pembayarannya dipotong gaji bulanan," kata dia.
Setelah menemui bendahara itu, besaran pungutan yang awalnya sebesar Rp 10 juta diturunkan menjadi Rp 2,5 juta. Lanang gundah, ia masih pikir-pikir untuk mengiyakan permintaan itu.
"Kalau memang prosedurnya seperti itu, ya sudah saya pasrah saja. Enggak apa-apa jika pembayarannya nyicil dipotong gaji bulanan saya," ujar dia.
Selama menggantikan tugas ayahnya sebagai tukang sapu, Lanang sudah pernah mendapatkan gaji satu bulan Rp 900.000. Sejak ayahnya meninggal, Lanang harus menjadi tulang punggung keluarganya.
Karena merasa resah, Lanang memutuskan mendatangi Kantor Bupati untuk bertemu dan mengadu kepada Bupati Brebes Idza Priyanti. Ia ingin ada jalan keluar atas masalahnya tersebut.
"Saya bingung harus bagaimana bisa membayar sejumlah uang itu. Makanya, saya ke sini dan alhamdullilah bisa bertemu Bu Bupati langsung," kata Lanang di Kantor Bupati Brebes, Kamis (28/4/2016) kemarin.
Saat berdialog dengan Idza, Lanang ditemani aktivis sosial Aris S. Mereka menyampaikan keluhan tersebut dan mendapat respons langsung dari Idza.
"Alhamdullilah, Bupati langsung merespons dengan mendengarkan keluhan saya. Ibu Bupati juga langsung memberikan rekomendasi agar saya bisa jadi tukang sapu setelah saya lulus sebentar lagi," kata Lanang. (FAJAR EKO NUGROHO/TRIBUN JATENG)
http://regional.kompas.com/read/2016....Bupati.Brebes
Quote:
Melamar Jadi Tukang Sapu, Pemuda Ini Dimintai Rp 10 Juta

TEMPO.CO, Brebes - Lanang, 20 tahun, pemuda asal Kelurahan Pasar Batang, Brebes, Jawa Tengah, tak habis pikir. Saat mendaftar menjadi petugas kebersihan, dia mengaku diminta membayar Rp 10 juta oleh salah satu pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes. “Katanya kalau mau masuk menjadi petugas kebersihan harus membayar Rp 10 juta,” kata Lanang, Kamis 28 April 2016.
Untuk memastikan kabar tersebut, Lanang lalu mendatangi salah seorang petugas dinas setempat. Di sana dia mendapatkan informasi kalau syarat pembayaran masuk menjadi petugas kebersihan turun menjadi Rp 5 juta. “Setelah tawar menawar, akhirnya turun jadi Rp 2,5 juta,” kata Lanang.
Merasa janggal dengan syarat tersebut, Lanang, didampingi sejumlah aktivis sosial Brebes menggelar aksi mengumpulkan koin di kompleks kantor Bupati Brebes. Lanang juga melakukan aksi menyapu di halaman kantor tersebut. “Koin ini nanti akan saya berikan ke Bupati Brebes, Ibu Idza Priyanti, untuk membayar syarat itu,” kata dia.
Lanang, yang masih duduk di bangku sekolah SMA kelas XII ini mengaku ingin meneruskan pekerjaan sang ayah, mendiang Tarsan. Ayahnya yang sudah 10 tahun lebih bekerja menjadi tukang sapu di Pasar Induk Brebes meninggal sebulan yang lalu. Lanang ingin meneruskan pekerjaan sang ayah untuk menghidupi keluarga sehari-hari. “Saya menjadi tulang punggung keluarga,” katanya.
Namun, kabar permintaan uang Rp 10 juta oleh pegawai dinas itu dibantah oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Zaenudin. Menurut dia, informasi tersebut tidak benar dan fitnah. “Saya heran, kenapa ada informasi seperti itu. Padahal kurang apa baiknya saya kepada keluarga dia (Lanang),” ujarnya.
Dia mengatakan meskipun ayah Lanang sudah meninggal, namun dia masih memberi gaji untuk keluarga Lanang. Rencananya, gaji tersebut akan terus diberikan sampai tiga bulan ke depan. “Anggap saja gaji ini sebagai uang santunan kematian. Kami masih belum bisa mengangkat lanang sebagai petugas kebersihan karena dia masih sekolah. Tiga bulan lagi dia lulus, kami mau angkat dia jadi petugas kebersihan,” katanya.
Zaenudin menjelaskan, tenaga kebersihan di Brebes berstatus tenaga harian kontrak. Tiap orang dibayar sekitar Rp 900 ribu per bulan atau Rp 30 ribu per hari. Saat perekrutan petugas dia mengklaim instansinya maupun pegawai di instansinya tidak pernah meminta uang sepeserpun. “Kami berani memastikan tidak ada oknum petugas di lembaga kami yang berani memeras calon petugas kebersihan,” ujarnya.
https://nasional.tempo.co/read/news/...tai-rp-10-juta

TEMPO.CO, Brebes - Lanang, 20 tahun, pemuda asal Kelurahan Pasar Batang, Brebes, Jawa Tengah, tak habis pikir. Saat mendaftar menjadi petugas kebersihan, dia mengaku diminta membayar Rp 10 juta oleh salah satu pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes. “Katanya kalau mau masuk menjadi petugas kebersihan harus membayar Rp 10 juta,” kata Lanang, Kamis 28 April 2016.
Untuk memastikan kabar tersebut, Lanang lalu mendatangi salah seorang petugas dinas setempat. Di sana dia mendapatkan informasi kalau syarat pembayaran masuk menjadi petugas kebersihan turun menjadi Rp 5 juta. “Setelah tawar menawar, akhirnya turun jadi Rp 2,5 juta,” kata Lanang.
Merasa janggal dengan syarat tersebut, Lanang, didampingi sejumlah aktivis sosial Brebes menggelar aksi mengumpulkan koin di kompleks kantor Bupati Brebes. Lanang juga melakukan aksi menyapu di halaman kantor tersebut. “Koin ini nanti akan saya berikan ke Bupati Brebes, Ibu Idza Priyanti, untuk membayar syarat itu,” kata dia.
Lanang, yang masih duduk di bangku sekolah SMA kelas XII ini mengaku ingin meneruskan pekerjaan sang ayah, mendiang Tarsan. Ayahnya yang sudah 10 tahun lebih bekerja menjadi tukang sapu di Pasar Induk Brebes meninggal sebulan yang lalu. Lanang ingin meneruskan pekerjaan sang ayah untuk menghidupi keluarga sehari-hari. “Saya menjadi tulang punggung keluarga,” katanya.
Namun, kabar permintaan uang Rp 10 juta oleh pegawai dinas itu dibantah oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Zaenudin. Menurut dia, informasi tersebut tidak benar dan fitnah. “Saya heran, kenapa ada informasi seperti itu. Padahal kurang apa baiknya saya kepada keluarga dia (Lanang),” ujarnya.
Dia mengatakan meskipun ayah Lanang sudah meninggal, namun dia masih memberi gaji untuk keluarga Lanang. Rencananya, gaji tersebut akan terus diberikan sampai tiga bulan ke depan. “Anggap saja gaji ini sebagai uang santunan kematian. Kami masih belum bisa mengangkat lanang sebagai petugas kebersihan karena dia masih sekolah. Tiga bulan lagi dia lulus, kami mau angkat dia jadi petugas kebersihan,” katanya.
Zaenudin menjelaskan, tenaga kebersihan di Brebes berstatus tenaga harian kontrak. Tiap orang dibayar sekitar Rp 900 ribu per bulan atau Rp 30 ribu per hari. Saat perekrutan petugas dia mengklaim instansinya maupun pegawai di instansinya tidak pernah meminta uang sepeserpun. “Kami berani memastikan tidak ada oknum petugas di lembaga kami yang berani memeras calon petugas kebersihan,” ujarnya.
https://nasional.tempo.co/read/news/...tai-rp-10-juta
mending buat modal usaha...
Diubah oleh yokono 29-04-2016 16:12
0
3.1K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan