Bro and sist mumpung kmrin lh hangat"nya berita mengenai website revolusi mental yg katanya memakan duit 140 milliar. Ini ana dapat Artikel bagus tapi ngak ada hbungannya dg website itu, artikelnya Berisi informasi yang WAJIB KITA BACA DAN DISIMAK DENGAN SEKSAMA GAN
Di bawah panasnya terik matahari, aku berjalan ditemani sepi, aku melihat warna merah dan putih mendominasi warna disetiap jalan di negeri ini. Tidak terasa 70 tahun kita telah merdeka, 70 tahun kita telah bebas untuk tertawa, 70 tahun pula kita telah membangun kembali Indonesia tercinta. Memang patut diakui sudah banyak kemajuan dan perkembangan yang dapat kita rasakan dimana gedung-gedung pencakar langit kian banyak berdiri kokoh dan segala macam kecangihan teknologi dapat dirasakan dalam genggaman tangan. Namun tidak dapat kita pungkiri dan sungguh ironisnya masih banyak polemik yang terjadi di negeri tercinta ini, dimana toleransi antar umat beragama mulai memudar, mereka yang beribadah mulai merasakan ketidaknyamanan atas ketidaksukaan pemeluk agama lain, yang lemah ditindas oleh yang kuat, baik itu dalam prespektif fisik maupun kekuasaan, yang muda diperalat oleh yang tua sehingga kasus eksploitasi yang makin marak, tidak sedikit juga dimana orang terkasih, orang terdekat bukannya menjadi seorang pelindung tetapi justru mengintimidasi bahkan sampai menghilangkan nyawa, sogok-menyogok dalam segala bidang sepertinya menjadi hal yang lumrah terjadi, saling jatuh menjatuhkan untuk meraih kekuasaan semakin sering terlihat di televisi, serta kasus korupsi yang semakin sering terungkap.
Masalah tersebut terlihat dari data yang dilaporkan Indonesian police watch (IPW) dimana setidaknya dalam setiap 91 detik akan terjadi tindak kriminalitas meliputi kasus penganiayaan, pemerkosaan, dan pembunuhan. Komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) melaporkan sepanjang tahun 2014 terdapat 622 kasus eksplotasi anak meliputi kasus kekerasaan maupun human trafficking. Data serupa ditunjukkan pula oleh Indonesian corruption watch (ICW) dimana pada tahun 2014 terdapat 629 kasus korupsi dan lebih dari 1300 tersangka dengan berbagai jenis su ap, penyalahgunaan wewenang, penyalahgunaan dana dan pemalsuan data.
[img]

[/img]
Lantas melihat realita tersebut apakah benar sejatinya kita sudah merdeka?, kebanyakan orang sekarang ini menganggap merdeka itu adalah saat uang yang bergambarkan Soekarno-Hatta ada dan berjajar rapi di dalam dompet, namun jika cuma ada uang yang bergambarkan Pattimura berarti masih dalam masanya perjuangan melawan penjajah. Memang terlihat seperti dagelan atau lelucon, namun sesunguhnya faktor ekonomi menjadi salah satu faktor yang memegang peranan penting terjadinya masalah diatas sehingga dapat menggoyahkan ketahanan nasional bangsa Indonesia.
Dalam merefleksikan 70 tahun kemerdekaan Indonesia, rasanya terdapat sesuatu yang spesial karena 17+8+45=70, semestinya bagaimana semangat perjuangan yang ditunjukkan oleh para pejuang bangsa khususnya pemuda pemudi yang memegang peranan penting lebih dari 70 tahun lalu dapat tersalurkan melalui semangat pembangunan, bukan malah sebaliknya yang semakin hari semakin luntur ditelan kemajuan dan kegemerlapan zaman. Iming-iming mendapatkan kesenangan, kebahagiaan, kenyamanan dengan memakai narkoba semakin banyak kasusnya menjebak pemuda pemudi generasi penerus bangsa, baik dari masyarakat berstatus orang biasa-biasa saja sampai yang berstatus sebagai orang luar biasa, dari yang berpendidikan rendah sampai yang sarjana, dari orang yang wajib menjalani aturan hukum sampai yang menegakkannya, dari yang tidak tahu dampak negatif penggunaannya sampai para medis yang sesungguhnya tahu seluk-beluk buruknya bagi kesehatan. Terbukti kasus yang dilaporkan Badan Narkotika Nasional (BNN) semakin hari kian meningkat, tercatat jumlah korban penyalahgunaan narkoba mencapai 5,8 juta orang
Revolusi mental itu benar sekali diperlukan saat ini, dengan merefleksikan atas semua polemik itu terlihat sangat jelas mental penjajah dan mental untuk terjajah masih ada dan semakin hari semakin bertambah pelakunya, bukan dari bangsa lain tetapi oleh bangsa sendiri dan bahkan diri kita sendiri yang membiarkan mental tersebut terbentuk. Mental-mental yang terpatri di dalam masyarakat sekarang ini yang oleh karena masalah dan kesulitan ekonomi, akan menjadikan masalah tersebut sebagai alasan untuk melakukan tindakan kriminalitas, melakukan korupsi serta melakukan perbuatan melanggar hukum lainnya. Berbagai paradigma berpikir masyarakat yang salah harus segera dibenahi oleh suatu sistem pendidikan yang komperhensif tidak cukup hanya berbasis kompetensi, tidak hanya melahirkan orang-orang yang intelektual tetapi juga harus memiliki akhlak yang baik dan nasionalisme yang kuat juga, karena kita tahu pelaku pelanggar hukum tersebut banyak yang dapat dikategorikan sebagai orang cerdas, terdidik atau bahkan dari golongan cendikiawan yang sesunguhnya tahu jika tindakan tersebut salah dan akan merugikan orang lain.
Bercermin pada sosok Soek
BACA SELENGKAPNYA