Kenapa Bank Ketat Menyalurkan KPR? Ini Alasan & Solusinya
TS
agus.duitpintar
Kenapa Bank Ketat Menyalurkan KPR? Ini Alasan & Solusinya
Welcome to My Thread
Tujuan Thread Ini
Setelah sempat sedikit curhat soal gimana debitur yang ngemplang uang di bank bisa turut mengguncang ekonomi negara, ane pengen lanjut lagi. Kalau thread sebelumnya lebih banyak membahas soal utang kartu kredit, kali ini fokus bahasannya lebih pada pencairan KPR di bank. Pasti tau dong kalo uang muka KPR sudah diturunkan oleh Bank Indonesia?
Spoiler for Aturan Baru Uang Muka Kredit Mobil & Motor:
Rumah ke-1: Tipe 21-70 -> DP 20% | Tipe >70 DP 30%
Rumah ke-2: Tipe 21-70 -> DP 30% | Tipe >70 DP 40%
Rumah ke-3: Tipe 21-70 -> DP 40% | Tipe >70 DP 50%
Wahhh, berarti beli rumah makin gampang dong?Jawabannya iya dan tidak. Sebab kelonggaran uang muka tersebut gak bisa diterapkan sembarang bank, melainkan hanya berlaku utnuk bank yang nilai Non Performing Loan (NPL) di atas 5%. (NPL -> Indikator kredit macet suatu bank. Makin gede NPL, makin jelek nilainya).
Ketika denger ada orang yang komentar, “Ngajuin KPR di bank susah banget. Bank pelit!”
Ehh, bukan pelit juga sih. Bank memang mesti selektif memberikan KPR biar gak mesti gulung tikar. Simak informasi berikut agar paham!
Ketahui kenapa bank di Indonesia ketat salurkan KPR
DuitPintar.com-Semua bank pasti tak mau NPL-nya tinggi yang mencerminkan besarnya kredit macet. Apalagi di atas 5 persen yang masih bisa ditoleransi Bank Indonesia. Nah, khusus untuk penyaluran KPR, bank cenderung memilih nasabah dari pekerja formal untuk menjaga nilai KPR kurang dari 5%.
Wajar biar NPL terjaga, seluruh KPR yang disalurkan bank pastinya melewati seleksi yang ketat. Bukan hanya kewajiban uang muka yang telah ditentukan yang mesti dipenuhi, tapi bank juga memastikan calon nasabah punya uang untuk membayar angsuran KPR setelah dipotong pengeluaran per bulan.
Tujuannya adalah agar bank merasa yakin calon nasabahnya itu tak menerapkan prinsip gali lubang tutup lubanguntuk membayar angsuran plus bunga KPR. Makanya, petugas bank bakalan ‘ceriwis’ dalam wawancara pengajuan kredit agar bisa tahu karakter calon nasabahnya.
Ketatnya seleksi dalam penyaluran KPR ini yang pada akhirnya membuat calon-calon nasabah KPR punya kapasitas keuangan yang memadai untuk membayar angsuran. Bahkan tak jarang ada nasabah yang melunasi utang KPR-nya lebih cepat dari tenor kredit yang berkisar 10-15 tahun.
Di samping itu, nasabah KPR dinilai ‘cukup tangguh’ menghadapi gejolak ekonomi yang terjadi. Meski ada kenaikan suku bunga dan inflasi yang melonjak, tapi sebagian besar angsuran KPR tetap dilunasi.
Alhasil, NPL KPR terbilang rendah hanya di kisaran 3,3% yang berarti masih aman dan jauh di ambang batas yang ditetapkan Bank Indonesia di kisaran 5%. Ini menandakan bank memang selektif menyalurkan KPR kepada ‘mereka’ yang punya kapasitas keuangan yang memadai.
Dari segi nasabah memang kesannya mengajukan KPR mesti melewati jalan yang berliku. Tapi pada hakekatnya, prosedur itu juga menguntungkan nasabah. Pasalnya, menyalurkan KPR tanpa prinsip kehati-hatian bisa membahayakan ekonomi yang pada gilirannya melahirkan krisis ekonomi.
Ingat krisis ekonomi di Amerika Serikat yang disebabkan KPR?
Mungkin bisa ditengok pengalaman Amerika Serikat yang mengalami krisis ekonomi yang disebut subprime mortgage alias kredit KPR berisiko tinggi. Disebut demikian karena bank mengabaikan prosedur standar dalam penyaluran kredit di mana satu di antaranya menghilangkan syarat menyetorkan uang muka.
Bank tetap menyalurkan KPR kepada nasabah yang sebenarnya berpotensi gagal bayar di kemudian hari. Meski pendapatan nasabah pas-pasan dan banyak yang menganggur, tapi bank tak peduli dan tetap memberikan fasilitas KPR.
Perbankan di Amerika Serikat sebenarnya sedang berjudi dalam penyaluran KPR tersebut. Yang dikejar adalah tingginya pendapatan dari suku bunga subprime mortgage. Bank berpikiran, kredit macet yang dialami satu nasabah bisa ditutupi oleh keuntungan bunga.
Lagi pula bank merasa aman karena memegang agunan berupa sertifikat dari properti yang dibiayai. Kalau nasabah gagal bayar cicilan, tinggal sita propertinya dan lelang. Masalah tuntas!
Justru di sini bencananya. Perbankan di Amerika sama sekali tak memerhitungkan terjadinya kredit macet massal. Ketika suku bunga naik dan harga-harga barang ikutan naik membuat banyak nasabah KPR kesulitan bayar cicilan.
Walaupun properti milik nasabah disita tapi harganya bakal jatuh karena pasokan berlimpah. Di samping itu, bank juga kesulitan menjualnya di mana banyak nasabah sedang bermasalah dengan keuangannya.
Syukurnya bank di Indonesia lebih hati-hati mengajukan KPR
Untungnya, penyaluran KPR di Indonesia tidak seperti di Amerika Serikat. Perbankan di sini tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam merespons pengajuan KPR.
Paham kan kenapa bank begitu hati-hati? Hanya calon nasabah yang bisa membuktikan diri punya kemampuan keuangan yang memadai saja yang bisa diterima pengajuannya. Bank tak serta merta melihat berapa besar pendapatan seseorang tapi juga dilihat besaran rasio utang dengan pendapatannya.
Supaya bisa lolos dari keleksi ketat KPR mesti gimana?
So, ketimbang bersedih karena bank ketat menyalurkan KPR, mendingan belajar menyikapi dengan bijak. Iya gak? Selain mesti bisa memenuhi sejumlah dokumen yang dipersyaratkan (baik dokumen pribadi maupun dokumen untuk rumah yang diincar), ada beberapa hal yang perlu agan lakukan demi mewujudkan membeli rumah idaman:
1. Sesuaikan harapan dengan kemampuan.Porsi kredit yang diizinkan bank gak melebihi 30%-40% penghasilan. Misalkan punya gaji Rp 3 juta, maka plafon angsuran yang diizinkan umumnya gak melebihi dari Rp 900ribu-Rp1,2 juta per bulan.
Dari situ hitung-hitung deh, dana yang agan punya bisa untuk beli di mana? Kalau DP 20% terasa berat, dan rumah konvensional rasanya jauh dari harapan, agan yang memenuhi syarat, bisa hunting perumahaan bersubsidi atau apartemen bersubsdi. Silakan klink linknya untuk buka thread mengenai ulasannya masing2 di kaskus (ane bukan marketing perumahan yeee.. kalo mau tanya lokasinya jangan sama ane hehe).
2. Jaga kebersihan nama di bank Indonesia. Caranya? Kalau punya kartu kredit jangan bayar minimum doang. Pastikan utang-utang di bank, kredit kendaraan di leasing, dll nggak nunggak. Untuk bisa dapet kredit, kita mesti punya ranking 1 ketika BI checking. (BI checking itu apa? Blacklist BI kayak apa? Dibahas di thread ini).
3. Jaga arus kas tabungan. Kalo belum punya bikin deh dari sekarang. Ini hal yang dasar banget diminta dalam pengajuan kredit. Terlebih lagi bila agan gak berstatus karyawan tetap, atau statusnya freelance/kontrak. Hal ini akan diperhatikan banget.
Quote:
Catatan tambahan bagi agan yang berstatus pegawai kontrak/freelancer:
Mendapatkan KPR buat agan mungkin memang lebih sulit. Usahakan menabung lebih banyak untuk mengurangi porsi kredit. Lebih bagus lagi kalau ada sejumlah dana yang bisa diendapkan di rekening tabungan. Agan yang gak punya kartu kredit, bisa mempertimbangkan apply. Kalau agan tercatat sebagai debitur yang baik, hal ini bisa membantu memberi nilai bagus buat agan.
Ane tunggu komentar dan pertanyaannya. Mohon cendol dan ratenya bagi yang merasa thread ane berguna! Moga-moga informasi ini mencerahkan & membantu agan-agan semua untuk mewujudkan membeli rumah idaman!
Pengalaman ane gan secara ane baru KPR jalan 3 bulan.. kalo ente mau KPR, ini faktor X yang kadang ente lupa : 1. PERHATIKAN MODEL HUTANG KPR AGAN !
Yakinkan betul model angsuran hutang KPR agan, model pembayaran berbanding bunga dibandingkan nanti kenaikan bunganya di tahun yang akan datang. Kebanyakan banyak yang okeh-okeh sajah, tanpa sadar rata-rata bank menerapkan anuitas berjangka piramida terbalik, yang artinya setengah lebih dari utang agan itu bukan pokoknya yang dibayar tapi bunganya. Banyak yang ngedumel ngrasa udah bayar tahunan tapi pokok nggak begeser. Minta simulasi dari bank masalah kredit dan maksimal kenaikan bunganya. 2. SADAR DIRI !!
Maaf kalo kasar, intinya kemampuan agan untuk mengajukan model kridit harus sesuai sama kemampuan. Bener yang TS bilang masalah maksimal 40% penghasilan. Kalo agan paksain, bank cenderung menyetujui dengan adendum perubahan perjanjian atas PLAFON kredit. Yang artinya situ kudu bayar kekurangan sendiri ke perumahan atas jumlah yang disetujui bank. Kan nyesek udah bayar uang muka eh masih ada lagi kas yang harus dibayar. 3. SADAR KONTRAK !!
Pastikan betul dengan perumahan mana agan mau KPR. Beli KPR itu hutang puluhan tahun gan, bukan kayak beli kacang goreng. Pastikan investasi agan setara, sudah survey wilayah sebelumnya. Kenapa ane bilang penting, situ bakal hidup disitu tahunan, minimal kalo invest kan harus barang bagus. Banyak kerjadian di internet yang udah deal sama bank, sudah ikat kredit, eeeeh perumahannya ingkar. Sial tujuh keliling pusing-pusing. Oh yah.. wejangan, agan beli rumah itu beli lingkungan.. Pliss survey sebelumnya. Pelajari betul proses serah terima rumah, model perikatan dan pertanggungan bank, model pemecahan sertifikat dan dengan notaris mana agan bergaul. Pentiiing ! 4. BIAYA XXXX !!
Nah.. jangan ngepasin duit kas ! ini pengalaman ane sih gan. Misal agan mau beli rumah nih KPR.. uang muka udah yees.. udah okelah bank tinggal tetapin tanggal.. tiba tiba orang bank bilang.. "oh iyah mas.. uang provisi bank, ongkos notaris, administrasi bank dan saldo minimal sebesar satu kali angsuran yang mengendap di rekening, mohon disiapkan untuk akad".. nah looh.. banyak di internet kok simulasinya begimana.
Sementara itu dulu gan dari pengalaman ane.. semoga nggak ada huru hara lagi dalam pengurusan rumah ane..