- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Donor Darah bukan berdasarkan suku,agama, dan ras


TS
jeju.jeju
Donor Darah bukan berdasarkan suku,agama, dan ras


Welcome to my Thread


Spoiler for cek repsol:



Spoiler for tkp:
Terkadang dirumah sakit atau ditempat lainnya jika ada orang kecelakaan, pembedahan atau sakit lainnya yang sekarat, ada ga yah pernah denger orang minta donor darah seperti berikut :
Spoiler for again:
- Ah saya ga mau pake darah orang cina, soalnya dia suka makan babi
- Walah, ga mau ah pake darah orang melayu, iiihhhhh
- Ana minta darah orang islam aja ya, syukran
- I request to use Christian blood for my surgery
- Jangan pake darah orang jakarta ya, darah orang batam aja boleh ga nanti ketularan macet
- jangan masukin ke saya punya badan darah selain suku papua ya
- untuk keadaan sekarat ini, tolong jangan masukin darah orang miskin ya, masukin darah biru bangsawan aja, biar tetep kaya
- Saya hanya mau darah orang agama budha, darah agama lain tolong jangan masuk
- masukin darah ke badan saya darah dari org kulit kuning aja yah, jangan kulit item
- Walah, ga mau ah pake darah orang melayu, iiihhhhh
- Ana minta darah orang islam aja ya, syukran
- I request to use Christian blood for my surgery
- Jangan pake darah orang jakarta ya, darah orang batam aja boleh ga nanti ketularan macet
- jangan masukin ke saya punya badan darah selain suku papua ya
- untuk keadaan sekarat ini, tolong jangan masukin darah orang miskin ya, masukin darah biru bangsawan aja, biar tetep kaya
- Saya hanya mau darah orang agama budha, darah agama lain tolong jangan masuk
- masukin darah ke badan saya darah dari org kulit kuning aja yah, jangan kulit item
Spoiler for again:
M. Husnul: Donor Darah Menyelamatkan Kehidupan
Pertama kali saya mendonorkan darah saat kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebagai mahasiswa rantauan, saya mencoba aktif dalam berbagai kegiatan di kampung tempat saya tinggal, yaitu Demangan.
Ketika memperingati HUT Kemerdekaan RI pada 2002, di Demangan diadakan donor darah massal. Lebih karena ingin mencoba, saya berpartisipasi. Saat jarum akan dipasangkan di lengan saya, kecemasan segera menghinggapi. Saya pikir, rasanya pasti sakit. Apalagi darah yang diambil sekantung penuh, bisa-bisa memengaruhi fisik saya yang kurus.
Kenyataannya tidaklah seperti yang saya khawatirkan. Rasa sakitnya hanya sedikit dan tidak lama. Setelah selesai, semuanya baik-baik saja. Bahkan, beberapa hari kemudian, saya merasakan tubuh saya menjadi lebih nyaman dan sehat.
Karena pengalaman pertama itu, saya menjadi tidak takut lagi ikut donor darah. Sampai sekarang, lebih dari 30 kali saya melakukannya. Bila ada yang membutuhkan dan saya sedang bisa diambil darahnya, saya pasti bersedia.
Pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika mendonorkan darah untuk Prof. Ahmad Mukti Ali. Beliau merupakan mantan Menteri Agama dan perintis studi perbandingan agama di Indonesia. Salah satu gagasannya adalah bahwa terhadap orang lain yang tak seagama dengan kita, kita mesti “setuju dalam perbedaan”. Dengan begitu, kerukunan antaragama menjadi mungkin diwujudkan.
Saat saya kuliah, Mukti Ali sudah pensiun. Meskipun begitu, nama besarnya masih disegani. Di antara warisannya di UIN Sunan Kalijaga adalah forum diskusi al-Jami’ah. Forum ini terbukti menghasilkan orang-orang hebat seperti M. Dawam Rahardjo, Ahmad Wahib, dan Djohan Effendi. Saya menjadi penggemar forum ini dan selalu menyempatkan diri hadir.
Di akhir sebuah diskusi pada April 2004, diumumkan bahwa Mukti Ali sedang sakit dan membutuhkan darah AB. Siapa yang memiliki darah tersebut, diharapkan menjadi pendonor. Tanpa pikir panjang, saya menyatakan siap. Suatu malam, ditemani salah seorang putranya, darah saya diambil untuk sang profesor.
Sekira dua minggu setelah itu, Mukti Ali meninggal. Komplikasi penyakit merenggutnya. Saya turut menyalatkan dan hadir dalam pemakamannya.
“Perjumpaan” dengan Mukti Ali itu amat membekas di hati saya. Kadang-kadang ada yang bertanya kepada saya, apakah saya juga mau mendonorkan darah untuk orang yang tak seagama dengan saya? Bagaimana hukum menerima darah dari non-Muslim?
Terhadap pertanyaan pertama, saya pasti menjawab bersedia. Saya biasanya juga menambahkan bahwa donor darah melampaui sekat-sekat suku, ras, bangsa, termasuk agama. Di dalam Islam, salah satu tujuan syariat adalah menjaga jiwa atau kehidupan (hifz al-nafs). Bagi saya, donor darah sesuai dengan tujuan itu. Jadi, kalau ada yang membutuhkan, kita wajib memberikan. Alasannya, kalau kita tidak mendonorkan, nyawanya terancam. Di sini, donor darah adalah hal yang sangat urgen. Fiqh menyebutnya sebagai dharury (emergency).
Jelas sekali jawaban saya dipengaruhi oleh semangat Mukti Ali.
Suatu kali, saya berkunjung ke sebuah vihara. Sewaktu pulang, saya diminta menuliskan golongan darah dan nomor telepon. Rupanya vihara itu punya klub pendonor. Kalau ada yang butuh, pengurus akan menelpon. Anggotanya ratusan.
Setelah dua tahun bergabung, saya jadi tahu ternyata yang datang mencari darah ke klub itu bukan hanya umat Buddha, tetapi juga penganut agama lainnya. Tanpa memandang agama mereka, klub dengan sukarela mencarikan pendonor.
Tanpa semangat menyelamatkan kehidupan, saya kira klub semacam itu tidak mungkin ada. SUMUR
Pertama kali saya mendonorkan darah saat kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebagai mahasiswa rantauan, saya mencoba aktif dalam berbagai kegiatan di kampung tempat saya tinggal, yaitu Demangan.
Ketika memperingati HUT Kemerdekaan RI pada 2002, di Demangan diadakan donor darah massal. Lebih karena ingin mencoba, saya berpartisipasi. Saat jarum akan dipasangkan di lengan saya, kecemasan segera menghinggapi. Saya pikir, rasanya pasti sakit. Apalagi darah yang diambil sekantung penuh, bisa-bisa memengaruhi fisik saya yang kurus.
Kenyataannya tidaklah seperti yang saya khawatirkan. Rasa sakitnya hanya sedikit dan tidak lama. Setelah selesai, semuanya baik-baik saja. Bahkan, beberapa hari kemudian, saya merasakan tubuh saya menjadi lebih nyaman dan sehat.
Karena pengalaman pertama itu, saya menjadi tidak takut lagi ikut donor darah. Sampai sekarang, lebih dari 30 kali saya melakukannya. Bila ada yang membutuhkan dan saya sedang bisa diambil darahnya, saya pasti bersedia.
Pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika mendonorkan darah untuk Prof. Ahmad Mukti Ali. Beliau merupakan mantan Menteri Agama dan perintis studi perbandingan agama di Indonesia. Salah satu gagasannya adalah bahwa terhadap orang lain yang tak seagama dengan kita, kita mesti “setuju dalam perbedaan”. Dengan begitu, kerukunan antaragama menjadi mungkin diwujudkan.
Saat saya kuliah, Mukti Ali sudah pensiun. Meskipun begitu, nama besarnya masih disegani. Di antara warisannya di UIN Sunan Kalijaga adalah forum diskusi al-Jami’ah. Forum ini terbukti menghasilkan orang-orang hebat seperti M. Dawam Rahardjo, Ahmad Wahib, dan Djohan Effendi. Saya menjadi penggemar forum ini dan selalu menyempatkan diri hadir.
Di akhir sebuah diskusi pada April 2004, diumumkan bahwa Mukti Ali sedang sakit dan membutuhkan darah AB. Siapa yang memiliki darah tersebut, diharapkan menjadi pendonor. Tanpa pikir panjang, saya menyatakan siap. Suatu malam, ditemani salah seorang putranya, darah saya diambil untuk sang profesor.
Sekira dua minggu setelah itu, Mukti Ali meninggal. Komplikasi penyakit merenggutnya. Saya turut menyalatkan dan hadir dalam pemakamannya.
“Perjumpaan” dengan Mukti Ali itu amat membekas di hati saya. Kadang-kadang ada yang bertanya kepada saya, apakah saya juga mau mendonorkan darah untuk orang yang tak seagama dengan saya? Bagaimana hukum menerima darah dari non-Muslim?
Terhadap pertanyaan pertama, saya pasti menjawab bersedia. Saya biasanya juga menambahkan bahwa donor darah melampaui sekat-sekat suku, ras, bangsa, termasuk agama. Di dalam Islam, salah satu tujuan syariat adalah menjaga jiwa atau kehidupan (hifz al-nafs). Bagi saya, donor darah sesuai dengan tujuan itu. Jadi, kalau ada yang membutuhkan, kita wajib memberikan. Alasannya, kalau kita tidak mendonorkan, nyawanya terancam. Di sini, donor darah adalah hal yang sangat urgen. Fiqh menyebutnya sebagai dharury (emergency).
Jelas sekali jawaban saya dipengaruhi oleh semangat Mukti Ali.
Suatu kali, saya berkunjung ke sebuah vihara. Sewaktu pulang, saya diminta menuliskan golongan darah dan nomor telepon. Rupanya vihara itu punya klub pendonor. Kalau ada yang butuh, pengurus akan menelpon. Anggotanya ratusan.
Setelah dua tahun bergabung, saya jadi tahu ternyata yang datang mencari darah ke klub itu bukan hanya umat Buddha, tetapi juga penganut agama lainnya. Tanpa memandang agama mereka, klub dengan sukarela mencarikan pendonor.
Tanpa semangat menyelamatkan kehidupan, saya kira klub semacam itu tidak mungkin ada. SUMUR
Spoiler for again:
Ada ga yah.......
Ga ada kan ......
Kenapa????????
Karna, ga peduali siapa lo, agama apa, orang mana, suku apa, bangsa apa, derajat apa, pangkat apa, darah yaaaaa darah bro, merah warnanya, sama semua darah merah warnanya,
dan percaya atau engga, kita tau atau sadar sifat RASIS dan nilai perbedaan kita akan hilang di saat kita, keluarga, teman dan orang memerlukan satu sama lain (memerlukan darah)
So Guys, STOP RASIS, golongan and anythink, please thinking possitively, jangan memprovokasi dan mudah terprovokasi. We are one. ingat kita bangsa cerdas !
Dan jangan lupa ikut donasi darah
Kiriman dari : Darryl Ridwan
Ga ada kan ......
Kenapa????????
Karna, ga peduali siapa lo, agama apa, orang mana, suku apa, bangsa apa, derajat apa, pangkat apa, darah yaaaaa darah bro, merah warnanya, sama semua darah merah warnanya,
dan percaya atau engga, kita tau atau sadar sifat RASIS dan nilai perbedaan kita akan hilang di saat kita, keluarga, teman dan orang memerlukan satu sama lain (memerlukan darah)
So Guys, STOP RASIS, golongan and anythink, please thinking possitively, jangan memprovokasi dan mudah terprovokasi. We are one. ingat kita bangsa cerdas !
Dan jangan lupa ikut donasi darah
Kiriman dari : Darryl Ridwan

yang namanya donor darah diterima semua kali,, kecuali ada penyakit tertentu. gak peduli golongan A,B,AB, dan O. klo penerima itu yg dilihat jenis darahnya sama kaga sama si pendonor, bukan berdasarkan suku,agama, dan ras.

Spoiler for Kumpulan SUMUR:

Sekian Thread ini, terima
tolak
jangan lupa



Komentar Kaskuser
Spoiler for komentar:
Quote:
Original Posted By jeanyhebat►Ane rutin donor darah nih TS tiap sebulan sekali wkwkwk 
Buat agan agan lainnya yg belum pernah donor darah monggo sekali kali nyoba donor, ga bakalan rugi kok malah bermanfaat bagi diri sendiri dan juga sesama lho
- Setetes darah Anda, nyawa bagi sesama, Slogan PMI (Palang Merah Indonesia) -

Buat agan agan lainnya yg belum pernah donor darah monggo sekali kali nyoba donor, ga bakalan rugi kok malah bermanfaat bagi diri sendiri dan juga sesama lho

- Setetes darah Anda, nyawa bagi sesama, Slogan PMI (Palang Merah Indonesia) -
Quote:
Original Posted By Zero28►Ane pernah donor di PMI 3x,dan darah ane berikan dengan cuma2..hanya di beri imbalan susu kotak kecil sama obat penambah darah 6 butir.
Diwaktu lain,sodara ane kecelakaan dan butuh darah.
Karena kebetulan darah ane sama,ane pergi ke PMI.
Alangkah kaget nya saya,1 kantong darah harus saya beli 275rb,padahal dulu saya pernah gratis kan untuk PMI.
Mulai saat itu,ane gak pernah lagi donor..udah males.
Donor kalau ada sodara,kerabat,dan teman yg bener2 butuh,ane langsung ke rumah sakit yang bersangkutaan.
Yang tau kenapa PMI seperti itu,mohon penjelasan nya ke ane.
Diwaktu lain,sodara ane kecelakaan dan butuh darah.
Karena kebetulan darah ane sama,ane pergi ke PMI.
Alangkah kaget nya saya,1 kantong darah harus saya beli 275rb,padahal dulu saya pernah gratis kan untuk PMI.
Mulai saat itu,ane gak pernah lagi donor..udah males.
Donor kalau ada sodara,kerabat,dan teman yg bener2 butuh,ane langsung ke rumah sakit yang bersangkutaan.
Yang tau kenapa PMI seperti itu,mohon penjelasan nya ke ane.
Quote:
Original Posted By Danzrray►Yang penting ga mengandung HIV atau penyakit berbahaya aja gan

Quote:
Original Posted By hnsns►Kata babe gusdur, saat anda melakukan kebaikan, orang lain tidak akan bertanya apa agama dan rasmu
Quote:
Original Posted By natzten►
brarti ntar kalo udah koma.
"suntik mati aja ane gan,daripada pake darah yg haram"

2015 masih rasis ?
jaman ?
indonesia indah karena keberagaman suku,adat,dll
so saling menghargai ajaaa .


brarti ntar kalo udah koma.
"suntik mati aja ane gan,daripada pake darah yg haram"

2015 masih rasis ?
jaman ?
indonesia indah karena keberagaman suku,adat,dll
so saling menghargai ajaaa .


Diubah oleh jeju.jeju 01-08-2015 22:51
0
9.3K
Kutip
110
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan