Kaskus

Food & Travel

mcnugrahaAvatar border
TS
mcnugraha
[CatPer]Kaleidoskop Seorang Pekerja Kantoran Mendaki Gunung di Tahun 2014
Quote:


Sorry gan, intronya kepanjangan, hehe..

Quote:


Quote:

Ane ga kemana – mana, gan. Soalnya cuaca Indonesia lagi buruk – buruknya di bulan itu dan setau ane setidaknya ada 5 pendaki gunung yang gugur di bulan ini, ada yang di Gunung Welirang, Gunung Salak dan Gunung Merbabu. Orang tua ane yang ngelihat berita seperti itu langsung tidak memberikan SIM (Surat Izin Mendaki) kepada ane. Ya sudah bulan ini gag mendaki kemana – mana. Palingan Cuma ke Kemping Ceria di Situ Gunung yang masih masuk ke dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, tapi ini kan gag dimasukan dalam kategori mendaki gunung. Oke Skip. Tapi kalo mau baca CatPer juga boleh, hehehe.. Disini gan, [CatPer] Camping Ceria di Situ Gunung 25 – 26 Januari 2014

Cuti yang kepake = 0

Quote:

Nah, di bulan yang masih penghujan ini ane mendaki Gunung Papandayan di Garut. Ane bersama temen – temen mendaki bersama pada tanggal 21 – 23 Februari 2014. Karena memang masih musim hujan jadi pas baru nyampe Pondok Salada kami disambut hujan deras. Padahal belum diriin tenda, apes banget. Malam hari juga angin bertiup begitu kencang. Kalo ke Papandayan kan gag lengkap kalo gag ke Tegal Alun yang memiliki Taman Edelweis yang luas, pas nyampe sini cuaca galau, kabut sering banget turun menutupi pemandangan. Tapi secara keseluruhan kami tetap menikmati pendakian ini.
Spoiler for Gunung Papandayan 21 – 23 Februari 2014:


Cuti yang kepake = 0

Quote:

Kalo menurut buku IPS Geografi ini masih hujan. Tapi ane bertekad untuk ikutan mendaki bersama ke Gunung Arjuno yang terletak di Kabupaten Malang dan Pasuruan. Pendakian ini dilalukan pada 28 Maret – 1 April 2014. Cerita lengkapnya ada disini nih Perjalanan Menggapai Arjuno 3339 mdpl

Cuti yang kepake = 2 hari, harusnya Cuma 1 hari aja nih, namun kami tidak bisa sampai stasiun Malang pada jam 4 sore, sehingga baru bisa pulang keesokan harinya, jadi cutinya nambah, hiks.


Quote:

Di bulan ini ane kembali ke Gunung Lawu yang merupakan gunung pertama yang ane daki, pendakian ini pada tanggal 17 – 19 April, harusnya bisa 18 – 20 April soalnya kan ada libur Wafat Isa Almasih di hari Jum’at, tapi ane kehabisan tiket jadinya dimajuin tanggal segitu. Awalnya ane dari Jakarta Cuma berdua tapi pas dikereta ane ketemu sama Bang Ipung yang lagi bawa rombongan ke Lawu juga, akhirnya ane berdua bergabung dengan rombongannya Bang Ipung. Kami mendaki lintas jalur, naik via Cemoro Kandang dan turun Via Cemoro Sewu. Di perjalanan naik kami bertemu dengan 2 orang pendaki dari Bojonegoro yang juga bergabung bersama kami hingga ke puncak.

Spoiler for Gunung Lawu, 17 – 19 April 2014:


Cuti yang kepake = 1 hari

Quote:

Nah, ini nih. Bulan penuh berkah bagi para pendaki sebab banyak hari kejepit dibulan ini. Oke, ane mulai dari 1 Mei 2014, mulai tahun 2014 tanggal 1 Mei yang merupakan Hari Buruh dijadikan hari libur nasional, ane gag mau sia siain hal tersebut. Jadi nge-booking simaksi 1 hari aja untuk pendakian tektok Gunung Gede. Ane tektok sama temen – temen dari Jogja yang baru ketemu pas di bus waktu ke Cibodas, jadinya barengan aja deh. Cuma mereka pada lari kalo ane jalan biasa aja, ane mulai dari pos lapor jam 06.30 dan kembali jam 18.30, jadi untuk tektok Gunung Gede dengan berjalan santai dibutuhkan waktu 12 jam
Spoiler for Gunung Gede, 1Mei 2014:


Nah di tanggal 14 – 18 Mei, ane rencana double summit nih ke Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, rencana awal adalah mendaki Gunung Merbabu Via Wekas dan turun via Selo lalu lanjut nanjak ke Gunung Merapi melalui jalur New Selo. Namun rencana tinggal rencana sebab diberitakan bahwa aktifitas Gunung Merapi saat itu sedang meningkat dan pendakian dilarang demi keselamatan para pendaki.

Akhirnya ane ubah rencana yang tadinya mau double summit 2M jadi Prau – Merbabu. Dari Pasar Senen ane naik Kereta Progo yang berangkat jam 10 malam, turun di Stasiun Kutoarjo terus lanjut Wonosobo lanjut ke Dieng dan ane mendaki dari Jalur Dieng Wetan dan turun lewat jalur Patak Banteng. Pada saat sunrise kabut begitu pekat jadi gag terlalu menikmati sunrise terus pas malam hari angin bertiup begitu kencangnya mengoyak – ngoyak tenda ane yang waktu itu masih pake tenda 1 layer, duinginnya minta ampun.

Habis turun dari Prau, ane lanjutin lagi ke Magelang terus ke Solo (ini kesalahan ane jadinya muter2) di Solo ane istirahat dulu di penginapan yang terletak di belakang Terminal Tirtonadi, terus paginya lanjut lagi ke Gunung Merbabu. Dari Terminal Tirtonadi naik bis ke Boyolali, turun di RSU Boyolali lanjut naik mikrobis ke Pasar Cepogo, terus dari Pasar Cepogo lanjut ke Pasar Selo, dari sampai di Pasar Selo lapor dulu di Polsek. Nah terus pak Polisi yang berjaga disana dengan baik hatinya mencarikan ojek untuk kami. Jadi dari Polsek Pasar Selo kami naik ojek sampai di basecamp Pak Bari. Istirahat sebentar di Basecamp Pak Bari terus lanjut lagi nanjak, sampai Sabana 2 pas maghrib, disana Cuma ada tenda ane sama para mahasiswa Palembang yang kuliah di Bandung.

Malam harinya sadis euy, badai, anginnya kenceng banget sampai lepas salah satu pasak tenda ane. Jam 04.30 kami summit attack sedangkan para mahasiswa Palembang itu sudah lebih dulu jalan. Di tengah perjalalanan kami di sambut oleh badai, angin bertiup begitu kencangnya dari arah Timur.

Tidak ada sunrise yang bisa kami lihat sebab yang ada hanya kabut putih yang begitu tebal bahkan Gunung Merapi pun tidak terlihat, kami menunggu hingga jam 8 dan akhirnya kabut mulai menghilang sebagian dan Gunung Merapi sudah nampak, kami pun berfoto – foto dengan latar Gunung Merapi.

Spoiler for Gunung Prau – Merbabu, 14 – 18 Mei 2014:



Di Minggu keempat bulan Mei terdaoat 2 hari libur nasional di tanggal 27 dan 29, temen ane pada ke Argopuro tapi ane memilih ajakan temen ane ke Gunung Dempo. Kami Start dari Slipi Jaya pada tanggal 28 Mei, jam10 malam udah pada komplit, ane, Bang Doris sama Rere. Udah 1 jam nunggu bis gag kunjung datang, akhirnya pada jam 12an ada bis yang ke Merak tapi udah penuh, ya udah daripada gag dapat2 bis akhirnya kami naik dan berdiri sampai Cilegon!, lalu bus pun sampai di Pelabuhan Merak, kami lanjut menggunakan Kapal Ferry menuju Pelabuhan Bakauheni, sesampainya di Bakauheni pas Shubuh dan langsung disambut oleh hujan deras.

Kami segera naik bis yang menuju Terminal Rajabasa, jam 09.00 kami pun sampai di terminal yang terkenal angker ini. Dan benar saja baru keluar dari bis kami langsung dikerubungi oleh beberapa calo. Dan kami pun kena tipu oleh calo, padahal dia pakai seragam agen dari bis tertentu lho. Kami dipaksa membayar 100 ribu untuk sampai Lahat karena bis yang langsung ke Pagaralam tidak ada jam segitu. 1 jam berlalu tidak ada kepastian kapan kami berangkat, si calo kampret hanya bilang tunggu aja nanti juga datang. Jam 11.30 datang bus ALS jurusan Medan, lalu kami segera disuruh naik sama si calo kampret. Duduk di bangku belakang dimana penuh dengan tumpukan barang – barang, yang masih kami syukuri adalah bis ini pake AC.

Jam 12 malam kami sampai di Lahat, kemudian Rere menghubungi temannya yang sudah dari dulu sampai disana. Ane lupa namanya yang jelas dia adalah anak vespa dan reggae terbukti dengan vespa yang dia kenakan dan rambut gimbal panjangnya, dia gag sendiri melainkan berdua sama teman. Dan ternyata mereka baru jelajah Sumatera pake Vespa!!! Mereka bertemu di Bukit Tinggi, aje gile emang. Dan kata si gimbal dia baru aja melewati Lubuk Linggau dan sudah sampai di Lahat sejak sore tadi.

Kami pun diantar oleh Bang Gimbal menuju tempat yang ramai, soalnya tempat kami turun dari bis sepi dan Lahat itu ngeri – ngeri sedaplah kalo malam hari. Pas mau melintasi rel kereta api tiba – tiba Bang Gimbal yang saat itu sedang mengantar Rere di cegat oleh beberapa orang. Dan ternyata mereka tidak bermaksud jahat, mereka adalah sekumpulan anak vespa Lahat. Mereka bermaksud menyapa Bang Gimbal yang mereka pahami bahwa juga anak Vespa.

Dan si Bang Eboi namanya beserta temannya yang orangngya Ferdi yang orang Maninjau menawarkan kami untuk berboncengan menuju tempat ramai tepatnya di depan RSU Lahat. Eh tapi sebelum sampai di RSU tersebut kami berhenti dulu di tempat Bubur Kacang Ijo, kami memesan beberapa mangkok untuk mengganjal perut. Pada saat sedang makan kacang ijo si Bang Eboi menelpon temennya yang juga anak Vespa Lahat, dia adalah Ferdi (namanya mirip sama temennya Eboi) seorang perantau dari Tegal yang mencoba peruntungan ikut tetangganya jualan nasi goreng.

Ferdi pun datang dengan vespa berwarna hitam kesayangannya. Setelah kami makan kacang ijo kami bermaksud menuju tempat dimana Ferdi tinggal, lalu kami saling berboncengan, suara knalpot khas vespa menggema di sepinya kota Lahat malam itu, dan ditengah perjalanan vespa Bang Gimbal mogok yang dikarenakan kehabisan bensin, pas lagi mau ngisi bensin tiba – tiba kami didatangi oleh kelompok pecinta motor CB mereka bermaksud membantu kami, duh, rasa – rasanya deg – degan banget udah 2 kali disamperin orang – orang tak dikenal di kota ini meskipun maksud mereka baik.

Kami pun sampai di rumah tempat Ferdi tinggal numpang bersama tetangganya yang juga dari Tegal itu. Kami dipersilahkan istirahat, tadinya si Eboi masih mau ngajak jalan – jalan di Kota Lahat malam itu, Cuma aje gile aje lu muter – muter Kota Lahat malam – malam pula habis perjalanan jauh.

Pagi hari jam 8, kami beranjak dari tempat Ferdi, si Ferdi ini dengan baik hatinya gantian mengantarkan kami ke RSU Lahat, dari sini kami akan melanjutkan perjalanan ke Pagaralam. Kami naik mobil carry dengan ongkos 20 ribu per orangnya untuk sampai Pagaralam.

2 jam kemudian kami pun sampai di Pagaralam, kami meminta si sopir untuk mengantarkan kami sampai di Rumah Ayah Anton yang merupakan basecamp untuk pendakian Gunung Dempo, si sopir pun sepakat dengan menambah ongkos 5 ribu per orangnya.

Sampai di Rumah Ayah Anton, kami disambut oleh Bang Andi orang asli Palembang yang akan menjadi kelompok kami juga, dia sudah sampai di Rumah Ayah Anton sejak kemarin dan menginap disana semalam.

Kami pun segera ke rumah ayah anton untuk mendaftarkan diri untuk pendakian Gunung Dempo. Setelah itu makan dulu di warung makan yang ternyata penjualnya orang Jawa. Warung ini lokasinya di sebelah Pabrik PTPN VII.

Habis makan kami pun lanjut ke Tugu Rimau dimana titik awal pendakian dimulai, dengan menggunakan mobil yang sama kami kesana, si sopir meminta tambahan ongkos 100 ribu dari rumah ayah anton sampai Tugu Rimau. Ternyata jauh juga jaraknya gag kebayang kalo jalan kaki, bisa gempor tuh.

Sampai di Tugu Rimau, kami membayar 5 ribu kepada salah seorang yang katanya adalah pengelola Jalur Tugu Rimau. Awal pendakian kami langsung disambut oleh Tebing Selamat Datang. Dan selanjutnya perjalanan didominasi tanjakan tiada bonus, serta melewati tebing – tebing tinggi yang sudah disediakan tali untuk dipegang. Kami sampai di Top Dempo pada jam 8 malam, kemudian turun menuju pelataran tempa ngecamp. Kami dirikan 2 tenda kemudian masak makan malam dengan menu empek – empek yang di bawa oleh Bang Andi dari Palembang. Puas makan kami pun larut dalam tidur.

Jam 7 pagi kami sudah Bangun dan sarapan lalu lanjut menuju Puncak Marapi yang terkenal dengan kawahnya yang airnya bisa berubah warnanya. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai Puncak Marapi dari Pelataran. Kami pun berfoto – foto dengan puas disini.

Jam 12 siang kami turun, kali ini melewati jalur Kampung IV. Katanya jalur ini lebih landai daripada Tugu Rimau gag taunya sama aja. Di jalur ini ada tebing yang terkenal dengan sebutan Dinding Lemari, ane gag bisa deskripsiin dah yang jelas parah abis. Tapi udah disediain tali untuk dipegang.

Kami pun sampai di Kampung IV sore hari dan beruntung pada saat itu ada kelompok pendaki asal Palembang yang juga akan turun ke rumah Ayah Anton, mereka sudah mencharter 1 truk, kami pun ikut nimbrung dengan mereka dan membayar ongkos sebesar 10 ribu per orangnya.

Sampai rumah ayah Anton kami berpisah sebab Rere, Bang Doris, n Bang Andi memilih untuk langsung pulang malam itu juga ke Jakarta. Sedangkan ane lanjut ke Palembang untuk ke rumah bu’le ane disana. Udah lama juga ane gag ke Palembang semenjak kelas 5 SD

Ada hal yang bikin ane sedih dari pendakian Gunung Dempo ini yaitu rusaknya SD Card yang berisi foto – foto perjalanan dari mulai Lampung sampai Puncak Marapi, begitu juga dengan SD Cardnya Bang Doris yang mengalami hal yang sama. Duh, sedih banget lah rasanya. Oleh karena itu ane bertekad kembali untuk kesana pada bulan Mei 2015, tiket pp pesawat Garuda udah di tangan. Ada yang minat ikutan?

Spoiler for Gunung Dempo, 28 Mei – 1 Juni 2014:


Cuti yang kepake di Bulan Mei = 4 hari

0
7.3K
36
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan