Kamu gak usah repot-repot harus belajar menyapu atau memasak, karena sudah ada si “Mbak” yang setiap saat bisa menawarkan tangannya untuk membantu. Di negara lain gak ada man, kelas menengah yang bisa seenak kita ongkang-ongkang kaki bayar orang buat bersihin rumah. Kehadiran mereka adalah salah satu hak yang layak kita syukuri sebagai kelas menengah Indonesia.
Bersyukurlah kita yang lahir di keluarga kelas menengah Indonesia. Demi masa depan yang lebih cerah, orang tua kelas menengah Indonesia melakukan investasi besar-besaran dalam pendidikan anak. Kalau perlu sekolahnya sampai ke luar negeri!
Inilah percakapan yang biasa terjadi diantara anak muda kelas menengah Indonesia:
Kamu: “Aduh, hectic banget deh workload bulan ini bikin pusing”
Teman: “Hectic kenapa? Yaudaaah, ntar malem chill dulu yuk. Dinner kita”
Kamu: “I don’t have time for dinner. I’d rather order a take away and work.”
Teman: “You masochist!”
FYI, kedua orang itu sering mengejek gaya bicara Cinta Laura yang gado-gado Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Diterima di Multi National Company (MNC) sudah bukan lagi mimpi bagi kelas menengah Indonesia. Ada lompatan nasib yang bisa dijangkau di negara kita. Pendidikan yang baik adalah kunci dari tercapainya hal ini.
Daya beli masyarakat Indonesia yang kian meningkat dari hari ke hari membuat produsen mobil makin getol menawarkan produk mereka. Kelas menengah adalah sasaran empuk bagi produk Low Cost Green Car (LCGC) yang harganya terjangkau.
Setiap merek kendaraan telah mengeluarkan produk LCGC-nya masing-masing. Tinggal pilih aja deh mau mobil murah yang kayak apa. Kalau di negara lain kelas menengah identik dengan pengguna transportasi umum, di Indonesia kelas menengah justru dimanjakan oleh banyaknya pilihan produk dan kemudahan kredit kendaraan.
Pada 22 Juni 2013 lalu gerai pertama Uniqlo di Jakarta resmi dibuka. Antusiasme masyarakat untuk mendapatkan produk Uniqlo membuat penyedia pakaian asal Jepang ini harus membatasi pengunjung yang masuk ke tokonya.
Antrian panjang bukan jadi masalah demi memenuhi hasrat konsumerisme kelas menengah. Kalau ketinggalan trend nanti dibilang gak asik.
Gak apa-apa. Demi selembar kaos, yang kalau dipikir-pikir overpriced, kamu siap berdiri lama-lama.
Emang ada kegiatan lagi selain ngantri? Gak ada yang lebih seru dibanding ngantri brand favoritmu.
Hampir setiap bulan, ada tempat baru yang bisa dicoba. Mulai dari gerai lokal hingga franchise dari luar negeri yang sudah tersohor. Semua tersedia. Bahkan karena tingginya keingintahuan masyarakat untuk mencoba tempat baru, waiting lists-nya bisa panjang sekali demi bisa masuk ke restoran atau cafe yang baru dibuka itu.
Boyong saja laptop ke kantor, kampus, atau manfaatkan komputer kantor yang koneksi internetnya lebih kencang. Sambil bekerja dan kuliah, unduh film terbaru juga bisa. Dobel untungnya!
Mall adalah penyelamat bagi kelas menengah Indonesia. Kencan ke mall, nunggu macet di mall, belanja ke mall, bahkan cari AC juga ke mall.
Gak perlu cemas kekurangan hiburan kalau jadi kelas menengah Indonesia, konser atau festival bertaraf internasional saban tahun pasti datang.
Entah itu karena latah, ikut-ikutan, atau emang fans, masyarakat kelas menengah selalu bersatu jika disodorkan figur yang ‘inspiratif’. Masih ingat SBY medio 2003-2004?. Satu dekade kemudian yang terjadi seperti dejavu. Masih di tempat yang sama, semangat yang sama, namun dengan tokoh yang berbeda.
Kasih ponakan THR buat lebaran, berangkatin orang tua haji, sampai merenovasi rumah keluarga di daerah asal jadi hal yang sering dilakukan oleh kelas menengah selepas mereka mencapai kesuksesan finansial.
Hal ini pun diamini oleh laporan yang dilansir oleh Boston Consultant Group:
“Kelas menengah Indonesia sangat fokus pada peningkatan kualitas hidup keluarganya. Mereka akan menggunakan uang yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, bukan cuma untuk menyenangkan dirinya sendiri.”
Punya penghasilan, pendidikan bagus, tempat tinggal nyaman, kepemilikan kendaraan; Subsidi lancar, melek media, dan hiburan yang gak pernah habis, terus nikmat apa yang kamu dustakan? Apa lagi yang dicari oleh kaum kelas menengah?
Pertanyaannya: “Akankah mereka (kita) pernah bersyukur dan merasa puas?
Kenikmatan dan kemudahan yang negara ini berikan seharusnya membuat kita, kelas menengah, bersyukur. Kelas menengah di belahan dunia lain bisa jadi nggak hidup senyaman kita, loh. Timbal baliknya, kita juga harus jadi warga negara yang lebih aktif lagi untuk membawa kebaikan di negeri ini.
Sepakat dong?
[URL="http://www.hipwee..com/feature/enaknya-jadi-masyarakat-kelas-menengah-di-indonesia/"]sumber[/URL]
Quote:
Original Posted By daiyuefeng►hehe...saya emang punya itu semua gan..tapi saya sudah mandiri sejak saya sekolah. saya malu lho minta uang sama ortu alhasil saya dagang pempek di sekolah. kalau mau beli ini itu juga saya nabung. kalau saya belajar di sekolah bagus ya itu hak saya karna emang kewajiban ortu kan kasih pendidikan terbaik ke anak apalagi ortu kan mampu masa kasih yg ecek-ecek. sekarang saya sudah bekerja. hobi saya traveling.di umur 26 saya mau apapun pakai uang sendiri dan ga lupa tiap gajian saya bagi deh ortu sebagian..1 lagi saya orangnya ga konsumerisme..apa adanya aja karna saya tau cari uang tuh capek
Quote:
Original Posted By Daf007►Sarkasme mengenai produk importnya itu lho, kalo tukang gengsi nusuk sih

Gue beli celana sama kaos kl ada sale doang

Kalo ga produk lokal dari kaskus atau fo bandung (Nitip temen tentunya mahal bolak baliknya

)

Sebagai org jakarta yang berkecukupan, Gue bahkan gatau uniqlo sm h&m itu apaan

Taunya matahari sama metro, makanan juga taunya kfc aw mcd

Quote:
Original Posted By asharry20►keluarga ane berada di posisi menengah, tapi keluarga ane ngga pernah pake jasa pembantu, kenapa karena buat ngelatih kemandirian anak-anaknya biar dewasa kelak bisa melakukan kegiatan rumah tangga, misalnya cuci baju, nyapu, ngepel, masak, dll, memang pembantu meringankan beban. tapi alangkah baiknya kita ajarkan kemandirian sejak kecil

ane alhamdulillah bisa melanjutkan studi di salah satu kampus swasta terbesar di malang, dan ane juga punya kemampuan bahasa asing, bahasa inggris & sedikit russia mrskipun semuanya belajar secara otodidak
ane juga ga pernah pake ac, meskipun rumah ane di pesisir pantai yang panas. ac kata ibu ane kurang baik bagi kesehatan, dan buang banyak energi

untuk urusan bahan bakar ane mulai membiasakan pake pertamax walau itu cuma sepeda motor
Quote:
Original Posted By TwoCurious►Apapun kondisinya kita wajib bersukur gan... karena jika gak pernah puas gak bakal bisa bahagia... kita boleh tidak merasa puas tapi dengan batasan usaha kita. Jangan membandingkan dengan orang lain...
Terlebih lagi sifat konsumtif bangsa indonesia yg cukup tinggi, sebaiknya kita lebih pintar dalam memilah mana yang kebutuhan dan mana yang keinginan semata.
Kalau ane liat sih trend nya indo ini pada kepo... ada brand baru yang up udah pada ikutan deh lomba2 pada punya padahal minim informasi dan pengetahuan suatu produk.. menjadikan barang biasa di blow up krn trend dan naik harganya. #miris
Quote:
Original Posted By xux►Ane suka banget sama gaya penulisan ente yang sarkastik, tapi faktual banget!
Sampai-sampai banyak yang tersinggung (pada nyadar tapi nggak terima ya mas? wakakakakakk

)
Memang, orang Indonesia itu tingkat kekonsumtifannya sangat tinggi, terutama kelas menengahnya.
Kenapa ane bisa bilang begitu?
Liat aja di sekeliling ente, berapa banyak orang yang gaji pas-pasan, tapi kalau udah shopping berkilo-kilo?
Berapa banyak PNS yang menuntut UMR dinaikin, tapi kerjaannya beli gadget atau barang mahal terus?
Memang bukan semuanya seperti itu, tapi kalau dihitung jumlah, jumlah mereka cukup signifikan.
Mirisnya, kelas menengah itu jauh lebih konsumtif dari kelas atas.
Mengapa?
Karena banyak (walaupun bukan semua) kelas menengah yang ingin identik dengan kemapanan (baca: sok kaya).
Dan bukannya dipakai untuk menabung atau memenuhi kebutuhannya, uangnya akhirnya dipakai untuk membeli barang yang dipamerkan sebagai "simbol status sosial" (hape baru, mobil baru, baju baru, dll.)
Sementara yang kelas atas sudah merasakan nyamannya kehidupan, sehingga banyak diantara mereka yang sudah tidak lagi ingin memajang simbol status sosial.
Ini sebabnya mengapa banyak milyuner yang membiasakan diri mereka hidup sederhana.
Nah, apa kata mereka yang konsumtif?
"Kalau nggak konsumtif roda ekonomi nggak akan berjalan atuh. Jadi kita ngebantu pemerintah dong dengan berperilaku konsumtif" *sambil bangga*
Tapi coba kita lihat baik-baik.
Ada 2 macam konsumsi:
1) Konsumsi untuk bahan baku produksi (investasi)
2) Konsumsi untuk dirinya sendiri (konsumsi akhir)
Roda ekonomi hanya akan berjalan dengan mulus jika konsumsi yang bersifat investasi, lebih besar dari konsumsi akhir.
Kalau tidak? Negara akan terus defisit.
Defisit dan memaksa negara tersebut untuk terus berhutang dan bergantung pada investasi asing.
Kalau sudah ketergantungan? Ya kita bakal terus menerus ditekan oleh pihak asing, mau mau aja asing bilang A kita ikutin A.
Banyak utang kok banyak mau? Penghutang harus ikutin perintah empunya hutang dong
Bagaimana dengan Indonesia?
Ya agan bisa nilai sendiri

Rakyatnya belanja barang jadi terusss,
Boro boro beli buat produksi usahanya sendiri, wong sibuk ngikutin trend terbaru, harus beli ini beli itu dong, kalo nggak, apa kata dunia?
Harus beli smartphone baru sambil minum starbucks sehabis beli baju H&M yang ke-3 kalinya minggu ini, kalo nggak ya nggak gaul
Tapi jangan bersedih, wahai kaskusers.
Semua itu mulai berubah secara perlahan-lahan kok.
Banyak entrepreneur negeri kita yang mulai kreatif mengembangkan produknya.
Dan walaupun mereka tetap perlu konsumsi barang baku untuk memproduksi barang mereka, merekalah yang sebenarnya memutar roda perekonomian negara kita.
Bukan ababil yang ngaku-ngakunya nasionalis sambil belanja di mall kemudian update status
Maka dari itu, ayolah kita menjadi bagian dari negeri ini yang benar-benar menggerakkan ekonomi.
Mulailah dari membuat hal2 kecil yang agan suka.
Dengan berkreasi, agan akan bisa menciptakan produk yang layak dijual, dan perlahan-lahan akan semakin bagus.
Dan suatu hari, produk ciptaan agan akan menjadi cukup bagus untuk menafkahi keluarga agan
Renungan untuk kita semua:
Janganlah bangga ketika kita berhasil membeli sesuatu.
Banggalah ketika kita berhasil menciptakan sesuatu.
Quote:
Original Posted By iehfkhanz►jujur ye gan...
ane waktu masih kecil mau berangkat sekolah sarapannya nasi aking.. plus uang jajan cukup buat beli gorengan 2 biji doang..

ane gimana gitu liat fakta yg ente jabarkan..
Quote:
Original Posted By RiouAtreides►Yosshh.. Ane setuju gan sama TS..
Mobil sekarang bukan lg barang mahal..
Jalan2 ke Mall sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas..
Tp menurut ane.. Kelas menengah di kota besar beda dengan kelas menengah di kota kecil..
Dimana langit dipijak disitu langit dijunjung.
kalau kita di kota besar . Begitulah keadaannya, kebiasaanya dan lingkungannya. Malah seakan2 kalo kita gak gaul ato update hal2 baru pasti akan ada sanksi sosial. Dijauhi tetangga , teman dan lain2
Pekiwan gan..

Quote:
Original Posted By dwistarla►Nice thread gan, btw ane share pengalaman pribadi, ane lahir dan besar dalam kluarga yg tidak mampu, tpi berkat semangat ortu ane, skrng ane ada dlm posisi kelas menengah itu. Karena latar belakang ane dan alhamdulilah ane dapat istri yg luar biasa, ane tetep hidup sedrhana. Dalam membeli barang ane akan prioritas ke kebutuhan, bukan gengsi. Untungnya saya tinggal di kampung yang tidak ada starbuck, XXI, mall2 besar, jadi ane jauh dari gaya hidup konsumtif. Ane sering "direndahkan" oleh beberapa orang, tmn alumni kuliajh ataupun tmn kerja karena ane gak pakai barang2 branded, tapi buat gw itu gak penting. Pada akhirnya ane bahagia dengan pilihan hidup ane, hidup sederhana di kampung, menikmati interaksi sosial dengan masyarakat, hidup penuh gotong royong dan toleransi.