- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hat-Hati Gan Muji Penampilan Anak-Anak


TS
matazi
Hat-Hati Gan Muji Penampilan Anak-Anak

Quote:
Tahan Lisan Anda untuk Memuji Penampilan Anak
Para ayah dan ibu..
Anda ingin anak-anak Anda tumbuh menjadi pria dan wanita pintar dan cerdas?
Luangkan sedikit waktu Anda untuk membaca tulisan ini :
=============================================
Ada sebuah kisah menarik yang dituangkan oleh Lisa Bloom, pengarang buku berjudul ‘Think: Straight Talk for Women to Stay Smart in a Dumbed-Down World’. Menurut Bloom, anak perempuan sekarang bertumbuh dengan keinginan besar untuk tampil cantik, dari pada tampil pintar dan cerdas. Mereka lebih khawatir kalau mereka tampak gemuk dan jelek.
Dalam bukunya, ia menunjukkan bahwa 15-18% anak perempuan di bawah dua belas tahun saat ini sudah memakai maskara, eyeliner dan lipstik. Kepercayaan diri anak perempuan menurun kalau tidak merasa cantik. Hampir 25% remaja perempuan akan merasa bangga menang America's Next Top Model dari pada memikirkan untuk memenangi Nobel.
Karenanya memuji anak perempuan bahwa dia cantik, akan membuat anak-anak perempuan makin merasa betapa penampilan itu sangat penting. Bayangkan saat nanti anak-anak perempuan sudah berdiet di usia lima tahun, memakai make up di usia 11 tahun, kemudian botoks dan operasi payudara di usia 20-an. Apa yang hilang? Mereka akan kehilangan makna hidup, kehilangan pengungkapan gagasan dan kehilangan kebiasaan membaca buku yang mencerdaskan, untuk mengembangkan pemikiran dan pencapaiannya.
Bloom berkisah, suatu kali ia pernah bertemu dengan anak perempuan temannya yang saat itu berusia lima tahun, seorang anak yang cantik bernama Maya. Rambutnya terurai, matanya indah, dan gaun warna pink yang manis. Seketika Bloom ingin sekali teriak "Maya, kamu cantik sekali, coba lihat dan berputar". Namun Bloom mengurungkan keinginannya dan ia tahan niatan itu. Meskipun itu adalah hal yang biasa untuk memuji seorang anak perempuan, sekaligus mencairkan suasana, Bloom memiliki alasan lain.
Lalu, bagaimana baiknya? Bloom lalu mengajak Maya, untuk bicara hal lain dari pada sekedar memuji anak temannya.
"Hai Maya, senang bertemu denganmu," sembari menatap mata Maya.
"Senang bertemu denganmu juga," ujarnya dengan kalem seperti orang dewasa.
"Apakah kamu suka membaca?" ujarnya Bloom dan Maya diam sebentar.
"Aku menyukai buku, apakah kamu juga suka buku," lanjut Bloom.
"Ya dan aku bisa membacakannya untukmu," jawab Maya akhirnya.
Maya lalu benar-benar membacakan buku pilihannya dengan lantang. Kisah tentang seorang tokoh perempuan yang menyukai warna pink melawan sekelompok anak jahat yang kerap memakai warna hitam. Tidakkah buku ini juga mengajarkannya betapa sosok perempuan di lihat dari penampilan dari pada karakternya. Maya juga kerap membandingkan mana yang lebih cantik, mana yang tubuhnya lebih ramping dan mana pakain yang paling bagus.
Lisa lalu mengajak Maya untuk di kemudian hari memilih buku yang lain jika nanti mereka bertemu lagi. Dari sini diketahui bahwa betapa susahnya nanti mendidik anak perempuan untuk mengajarkan mereka betapa penampilan semestinya tidaklah menjadi hal yang utama. Namun, di tengah kepungan industri kecantikan, produk perawatan, kompetisi perempuan cantik sejagad dan budaya selebriti lainnya, usaha mendidik mereka harus dua kali lipat lebih besar.
Apa yang diungkapkan oleh Lisa Bloom, sebenarnya tidak hanya berlaku pada anak perempuan. Begitu pula dengan anak laki-laki. Pernahkah Anda melihat anak lelaki berusia 9 tahun yang sibuk dengan model rambutnya sebelum berpergian? Pernahkah Anda mengetahui sekelompok anak lelaki sekolah dasar, yang mengejek seorang temannya yang bertubuh gemuk atau berwajah kurang tampan? Pernahkah Anda bertanya pada seorang remaja lelaki yang setiap hari rajin berolah raga, apa tujuan dia rajin berolah raga? Kebanyakan remaja lelaki yang rajin berolah raga bukanlah bertujuan demi kesehatan, namun demi penampilan ideal seperti yang diperlihatkan dan ditanamkan ke dalam otak para remaja oleh berbagai media. Mereka berharap memperoleh tubuh tinggi dan bentuk tubuh menarik.
Memang kita semua menyadari bahwa memperhatikan penampilan diri merupakan kewajaran, sangat manusiawi, namun perlu di ingat bahwa penampilan diri bukanlah segalanya. Setidaknya jika suatu saat nanti Anda bertemu seorang anak, termasuk anak Anda sendiri, tahanlah lisan Anda untuk memuji penampilan anak. Akan lebih baik mengajak mereka untuk berpikir dan bertanya sesuatu tentang apa yang ia baca. Apakah ia menyukai buku itu atau tidak, dan mengapa? Dari sini pembicaraan akan berkembang sekaligus mengembangkan pola pikir dan inteligensia mereka. Sehingga bisa mendukung mengubah cara berpikir anak, bahwa menjadi pintar dan cerdas adalah lebih penting dari pada sekedar cantik atau pun tampan.
Jika ingin anak perempuan maupun anak lelaki Anda tumbuh menjadi manusia dewasa yang pintar, cerdas, baik hati dan sholeh/sholehah, maka biasakan mereka membaca buku pengetahuan, al quran, hadits, sejarah muslim, kisah para sahabat dan kisah orang-orang sholeh. Biasakan mereka untuk memahami masalah dan berpikir memecahkan masalah, agar kelak mereka tumbuh menjadi pribadi yang tangguh menjalani kehidupan. Bukankah masalah hidup akan datang silih berganti hingga nafas berhenti? Biasakan mereka berempati dan berbagi pada keluarga, orang-orang tua, orang-orang lemah dan orang-orang miskin, agar kelak mereka tidak tumbuh menjadi manusia dewasa yang egois. Biasakan anak-anak untuk mensyukuri apapun yang mereka miliki, agar kelak mereka tumbuh menjadi pribadi yang damai menjalani kehidupan. Biasakan anak-anak berakhlak terpuji, agar kelak mereka tidak tumbuh menjadi manusia yang bersikap buruk pada orang-orang yang kehidupannya berada di bawahnya, maupun menjadi manusia dewasa yang gemar merendahkan orang lain.
Semoga anak-anak Anda kelak menjadi pria dan wanita cemerlang di dunia dan akhirat.
Para ayah dan ibu..
Anda ingin anak-anak Anda tumbuh menjadi pria dan wanita pintar dan cerdas?
Luangkan sedikit waktu Anda untuk membaca tulisan ini :
=============================================
Ada sebuah kisah menarik yang dituangkan oleh Lisa Bloom, pengarang buku berjudul ‘Think: Straight Talk for Women to Stay Smart in a Dumbed-Down World’. Menurut Bloom, anak perempuan sekarang bertumbuh dengan keinginan besar untuk tampil cantik, dari pada tampil pintar dan cerdas. Mereka lebih khawatir kalau mereka tampak gemuk dan jelek.
Dalam bukunya, ia menunjukkan bahwa 15-18% anak perempuan di bawah dua belas tahun saat ini sudah memakai maskara, eyeliner dan lipstik. Kepercayaan diri anak perempuan menurun kalau tidak merasa cantik. Hampir 25% remaja perempuan akan merasa bangga menang America's Next Top Model dari pada memikirkan untuk memenangi Nobel.
Karenanya memuji anak perempuan bahwa dia cantik, akan membuat anak-anak perempuan makin merasa betapa penampilan itu sangat penting. Bayangkan saat nanti anak-anak perempuan sudah berdiet di usia lima tahun, memakai make up di usia 11 tahun, kemudian botoks dan operasi payudara di usia 20-an. Apa yang hilang? Mereka akan kehilangan makna hidup, kehilangan pengungkapan gagasan dan kehilangan kebiasaan membaca buku yang mencerdaskan, untuk mengembangkan pemikiran dan pencapaiannya.
Bloom berkisah, suatu kali ia pernah bertemu dengan anak perempuan temannya yang saat itu berusia lima tahun, seorang anak yang cantik bernama Maya. Rambutnya terurai, matanya indah, dan gaun warna pink yang manis. Seketika Bloom ingin sekali teriak "Maya, kamu cantik sekali, coba lihat dan berputar". Namun Bloom mengurungkan keinginannya dan ia tahan niatan itu. Meskipun itu adalah hal yang biasa untuk memuji seorang anak perempuan, sekaligus mencairkan suasana, Bloom memiliki alasan lain.
Lalu, bagaimana baiknya? Bloom lalu mengajak Maya, untuk bicara hal lain dari pada sekedar memuji anak temannya.
"Hai Maya, senang bertemu denganmu," sembari menatap mata Maya.
"Senang bertemu denganmu juga," ujarnya dengan kalem seperti orang dewasa.
"Apakah kamu suka membaca?" ujarnya Bloom dan Maya diam sebentar.
"Aku menyukai buku, apakah kamu juga suka buku," lanjut Bloom.
"Ya dan aku bisa membacakannya untukmu," jawab Maya akhirnya.
Maya lalu benar-benar membacakan buku pilihannya dengan lantang. Kisah tentang seorang tokoh perempuan yang menyukai warna pink melawan sekelompok anak jahat yang kerap memakai warna hitam. Tidakkah buku ini juga mengajarkannya betapa sosok perempuan di lihat dari penampilan dari pada karakternya. Maya juga kerap membandingkan mana yang lebih cantik, mana yang tubuhnya lebih ramping dan mana pakain yang paling bagus.
Lisa lalu mengajak Maya untuk di kemudian hari memilih buku yang lain jika nanti mereka bertemu lagi. Dari sini diketahui bahwa betapa susahnya nanti mendidik anak perempuan untuk mengajarkan mereka betapa penampilan semestinya tidaklah menjadi hal yang utama. Namun, di tengah kepungan industri kecantikan, produk perawatan, kompetisi perempuan cantik sejagad dan budaya selebriti lainnya, usaha mendidik mereka harus dua kali lipat lebih besar.
Apa yang diungkapkan oleh Lisa Bloom, sebenarnya tidak hanya berlaku pada anak perempuan. Begitu pula dengan anak laki-laki. Pernahkah Anda melihat anak lelaki berusia 9 tahun yang sibuk dengan model rambutnya sebelum berpergian? Pernahkah Anda mengetahui sekelompok anak lelaki sekolah dasar, yang mengejek seorang temannya yang bertubuh gemuk atau berwajah kurang tampan? Pernahkah Anda bertanya pada seorang remaja lelaki yang setiap hari rajin berolah raga, apa tujuan dia rajin berolah raga? Kebanyakan remaja lelaki yang rajin berolah raga bukanlah bertujuan demi kesehatan, namun demi penampilan ideal seperti yang diperlihatkan dan ditanamkan ke dalam otak para remaja oleh berbagai media. Mereka berharap memperoleh tubuh tinggi dan bentuk tubuh menarik.
Memang kita semua menyadari bahwa memperhatikan penampilan diri merupakan kewajaran, sangat manusiawi, namun perlu di ingat bahwa penampilan diri bukanlah segalanya. Setidaknya jika suatu saat nanti Anda bertemu seorang anak, termasuk anak Anda sendiri, tahanlah lisan Anda untuk memuji penampilan anak. Akan lebih baik mengajak mereka untuk berpikir dan bertanya sesuatu tentang apa yang ia baca. Apakah ia menyukai buku itu atau tidak, dan mengapa? Dari sini pembicaraan akan berkembang sekaligus mengembangkan pola pikir dan inteligensia mereka. Sehingga bisa mendukung mengubah cara berpikir anak, bahwa menjadi pintar dan cerdas adalah lebih penting dari pada sekedar cantik atau pun tampan.
Jika ingin anak perempuan maupun anak lelaki Anda tumbuh menjadi manusia dewasa yang pintar, cerdas, baik hati dan sholeh/sholehah, maka biasakan mereka membaca buku pengetahuan, al quran, hadits, sejarah muslim, kisah para sahabat dan kisah orang-orang sholeh. Biasakan mereka untuk memahami masalah dan berpikir memecahkan masalah, agar kelak mereka tumbuh menjadi pribadi yang tangguh menjalani kehidupan. Bukankah masalah hidup akan datang silih berganti hingga nafas berhenti? Biasakan mereka berempati dan berbagi pada keluarga, orang-orang tua, orang-orang lemah dan orang-orang miskin, agar kelak mereka tidak tumbuh menjadi manusia dewasa yang egois. Biasakan anak-anak untuk mensyukuri apapun yang mereka miliki, agar kelak mereka tumbuh menjadi pribadi yang damai menjalani kehidupan. Biasakan anak-anak berakhlak terpuji, agar kelak mereka tidak tumbuh menjadi manusia yang bersikap buruk pada orang-orang yang kehidupannya berada di bawahnya, maupun menjadi manusia dewasa yang gemar merendahkan orang lain.
Semoga anak-anak Anda kelak menjadi pria dan wanita cemerlang di dunia dan akhirat.

Mata Zi
Spoiler for Jangan Buka:
0
2.2K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan