- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Foto Masa Kecil AHOK


TS
shisiomaruni
Foto Masa Kecil AHOK
Morning gan ane mau numpang share foto-foto dan kehidupan Bapak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok semasa kecilnya sampe Beliau beranjak dewasa :baby
First

Nama : Ir Basuki Tjahaja Purnama, MM
Tempat lahir : Manggar, Belitung Timur
Tanggal lahir : 29 Juni 1966
Agama : Kristen Protestan
Nama Istri : Veronica, ST
Nama anak pertama : Nicholas
Nama anak kedua : Nathania
Nama anak ketiga : Daud Albeenner
Nama bapak : Indra Tjahaja Purnama (Alm)
Nama ibu : Buniarti Ningsih
Pendidikan:
• SD Negeri III Gantung, Belitung Timur (1977)
• SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur (1981)
• SMAK III PSKD, Jakarta (1984)
• Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Trisakti (1989)
• Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, Jakarta (1994)
Perjalanan Karier dan Politik:
• Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparency (CDT 3.1)
• Direktur PT Nurindra Ekapersada (1992-2005)
• Staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan PT Simaxindo Primadaya (1994-1995)
• Membangun cikal bakal Kawasan Industri Air Kelik (1994)
• DPRD Kabupaten Belitung Timur dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (2004-2005)
• Bupati Kabupaten Belitung Timur (2005-2006)
• DPR dari Partai Golkar (2009-2012)
• Wakil Gubernur Prov. DKI Jakarta (2012- sekarang)
Penghargaan:
• Penghargaan 10 Tokoh yang Mengubah Indonesia dari Majalah Tempo (2006)
• Pin Emas dari Forum Demokrasi (Fordeka) (2006)
• Tokoh Antikorupsi 2006 dari Koalisi Kebersamaan Tiga Pilar Kemitraan (2007)
• Bung Hatta Anti-Corruption Award (2013)
PERJALANAN AWAL
Basuki T Purnama (BTP) yang akrab dipanggil Ahok lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, Belitung Timur.
Ia melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMU) dan perguruan tinggi di Jakarta dengan memilih Fakultas Teknologi Mineral jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti.
Setelah menamatkan pendidikannya dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi (Insiyur geologi) pada tahun 1989, Basuki pulang kampung–menetap di Belitung dan mendirikan perusahaan CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan PT Timah.
Menggeluti dunia kontraktor selama dua tahun, Basuki menyadari betul hal ini tidak akan mampu mewujudkan visi pembangunan yang ia miliki, karena untuk menjadi pengelolah mineral selain diperlukan modal (investor) juga dibutuhkan manajemen yang profesional.
Untuk itu Basuki memutuskan kuliah S-2 dan mengambil bidang manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta. Mendapat gelar Master in Bussiness Administrasi (MBA) atau Magister Manajemen (MM) membawa Basuki diterima kerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta, yaitu perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek. Karena ingin konsentrasi pekerjaan di Belitung, pada tahun 1995 Basuki memutuskan untuk berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya.
Perlu diketahui, tahun 1992 Basuki mendirikan PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada tahun 1995. Bagi Basuki, pabrik yang berlokasi di Dusun Burung Mandi, Desa mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur ini diharapkan dapat menjadi proyek percontohan bagaimana mensejahterakan stakeholder (pemegang saham, karyawan, dan rakyat) dan juga diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Belitung Timur dengan memberdayakan sumber daya mineral yang terbatas. Di sisi lain diyakini PT Nurindra Ekapersada memikili visi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh.
Berangkat dari visi seperti itulah pada tahun 1994, Basuki didukung oleh seorang tokoh pejuang kemerdekaan Bapak alm Wasidewo untuk memulai pembangunan pabrik pengolahan pasir kwarsa pertama di Pulau Belitung dengan memamfaatkan teknologi Amerika dan Jerman. Pembangunan pabrik ini diharapkan juga memberikan harapan besar menjadi cikal bakal tumbuhnya suatu kawasan industri dan pelabuhan samudra dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).
KIPRAH POLITIK
Sebagai pengusaha di tahun 1995 ia mengalami sendiri pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup. Pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Sempat terpikir olehnya untuk hijrah dari Indonesia ke luar negeri, tetapi keinginan itu ditolak oleh sang ayah yang mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.
Dikenal sebagai keluarga yang dermawan di kampungnya, sang ayah yang dikenal dengan nama Kim Nam, memberikan ilustrasi kepada Ahok. Jika seseorang ingin membagikan uang 1 milyar kepada rakyat masing-masing 500 ribu rupiah, ini hanya akan cukup dibagi untuk 2000 orang. Tetapi jika uang tersebut digunakan untuk berpolitik, bayangkan jumlah uang di APBD yang bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat. APBD kabupaten Belitung Timur saja mencapai 200 milyar di tahun 2005.
Bermodal keyakinan bahwa orang miskin jangan lawan orang kaya dan orang kaya jangan lawan pejabat (Kong Hu Cu), keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya, dan juga kefrustasian yang mendalam terhadap kesemena-menaan pejabat yang ia alami sendiri, Ahok memutuskan untuk masuk ke politik di tahun 2003.
Pertama-tama ia bergabung dibawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh Dr. Sjahrir. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Dengan keuangan yang sangat terbatas dan model kampanye yang lain dari yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.
Selama di DPRD ia berhasil menunjukan integritasnya dengan menolak ikut dalam praktik KKN, menolak mengambil uang SPPD fiktif, dan menjadi dikenal masyarakat karena ia satu-satunya anggota DPRD yang berani secara langsung dan sering bertemu dengan masyarakat untuk mendengar keluhan mereka sementara anggota DPRD lain lebih sering “mangkir”.
Setelah 7 bulan menjadi DPRD, muncul banyak dukungan dari rakyat yang mendorong Ahok menjadi bupati. Maju sebagai calon Bupati Belitung Timur di tahun 2005, Ahok mempertahankan cara kampanyenya, yaitu dengan mengajar dan melayani langsung rakyat dengan memberikan nomor telfon genggamnya yang juga adalah nomor yang dipakai untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Dengan cara ini ia mampu mengerti dan merasakan langsung situasi dan kebutuhan rakyat. Dengan cara kampanye yang tidak “tradisional” ini, yaitu tanpa politik uang, ia secara mengejutkan berhasil mengantongi suara 37,13 persen dan menjadi Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Padahal Belitung Timur dikenal sebagai daerah basis Masyumi, yang juga adalah kampung dari Yusril Ihza Mahendra.
Bermodalkan pengalamannya sebagai pengusaha dan juga anggota DPRD yang mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi yang ada, dalam waktu singkat sebagai Bupati ia mampu melaksanakan pelayanan kesehatan gratis, sekolah gratis sampai tingkat SMA, pengaspalan jalan sampai ke pelosok-pelosok daerah, dan perbaikan pelayanan publik lainya. Prinsipnya sederhana: jika kepala lurus, bawahan tidak berani tidak lurus. Selama menjadi bupati ia dikenal sebagai sosok yang anti sogokan baik di kalangan lawan politik, pengusaha, maupun rakyat kecil. Ia memotong semua biaya pembangunan yang melibatkan kontraktor sampai 20 persen. Dengan demikian ia memiliki banyak kelebihan anggaran untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Kesuksesan ini terdengar ke seluruh Bangka Belitung dan mulailah muncul suara-suara untuk mendorong Ahok maju sebagai Gubernur di tahun 2007. Kesuksesannya di Belitung Timur tercermin dalam pemilihan Gubernur Babel ketika 63 persen pemilih di Belitung Timur memilih Ahok. Namun sayang, karena banyaknya manipulasi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara, ia gagal menjadi Gubernur Babel.
Dalam pemilu legislative 2009 ia maju sebagai caleg dari Golkar. Meski awalnya ditempatkan pada nomor urut keempat dalam daftar caleg (padahal di Babel hanya tersedia 3 kursi), ia berhasil mendapatkan suara terbanyak dan memperoleh kursi DPR berkat perubahan sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak.
Selama di DPR, ia duduk di komisi II. Ia dikenal oleh kawan dan lawan sebagai figur yang apa adanya, vokal, dan mudah diakses oleh masyarakat banyak. Lewat kiprahnya di DPR ia menciptakan standard baru bagi anggota-anggota DPR lain dalam anti-korupsi, transparansi dan profesionalisme. Ia bisa dikatakan sebagai pioner dalam pelaporan aktivitas kerja DPR baik dalam proses pembahasan undang-undang maupun dalam berbagai kunjungan kerja. Semua laporan bisa diakses melalui websitenya. Sementara itu, staf ahlinya bukan hanya sekedar bekerja menyediakan materi undang-undang tetapi juga secara aktif mengumpulkan informasi dan mengadvokasi kebutuhan masyarakat. Saat ini, salah satu hal fundamental yang ia sedang perjuangkan adalah bagaimana memperbaiki sistem rekrutmen kandidat kepala daerah untuk mencegah koruptor masuk dalam persaingan pemilukada dan membuka peluang bagi individu-individu idealis untuk masuk merebut kepemimpinan di daerah.
Ahok berkeyakinan bahwa perubahan di Indonesia bergantung pada apakah individu-individu idealis berani masuk ke politik dan ketika di dalam berani mempertahankan integritasnya. Baginya, di alam demokrasi, yang baik dan yang jahat memiliki peluang yang sama untuk merebut kepemimpinan politik. Jika individu-individu idealis tidak berani masuk, tidak aneh kalau sampai hari ini politik dan birokrasi Indonesia masih sangat korup. Oleh karena itu ia berharap model berpolitik yang ia sudah jalankan bisa dijadikan contoh oleh rekan-rekan idealis lain untuk masuk dan berjuang dalam politik. Sampai hari ini ia masih terus berkeliling bertemu dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan ini dan pentingnya memiliki pemimpin yang bersih, transparan, dan profesional.
Di tahun 2006, Ahok dinobatkan oleh Majalah TEMPO sebagai salah satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia. Di tahun 2007 ia dinobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Masyarakat Transparansi Indonesia. Melihat kiprahnya, kita bisa mengatakan bahwa berpolitik ala Ahok adalah berpolitik atas dasar nilai pelayanan, ketulusan, kejujuran, dan pengorbanan; bukan politik instan yang sarat pencitraan.
Tahun 2012 nama Ahok kian mencuat karena dipilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta yang diusung PDI-P dan Gerindra, setelah melalui dua tahap Pemilukada, akhirnya pasangan Jokowi-Basuki ditetapkan sebagai pemenang dan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 pada 15 Oktober 2012.[sak]
Beliau semasa kecil gan :baby
Keluarganya Beliau gan


Cerita Abang Ahok waktu masih kecil gan
Sumur :
http://megapolitan.kompas.com/read/2...i.Salah.Tembak
http://www.tempo.co/read/news/2013/0...angka-Belitung
http://ahok.org/about/
Maap Om Ahok tread saya berantakan
Pesan TS :
Marilah kita coba untuk mengenal dan menghormati sosok pemimpin kita gan
Please komengnya NO RASIS,NO POLITIC,NO JUNK!
Tambahan dari agan"
First
Quote:

Nama : Ir Basuki Tjahaja Purnama, MM
Tempat lahir : Manggar, Belitung Timur
Tanggal lahir : 29 Juni 1966
Agama : Kristen Protestan
Nama Istri : Veronica, ST
Nama anak pertama : Nicholas
Nama anak kedua : Nathania
Nama anak ketiga : Daud Albeenner
Nama bapak : Indra Tjahaja Purnama (Alm)
Nama ibu : Buniarti Ningsih
Pendidikan:
• SD Negeri III Gantung, Belitung Timur (1977)
• SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur (1981)
• SMAK III PSKD, Jakarta (1984)
• Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Trisakti (1989)
• Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, Jakarta (1994)
Perjalanan Karier dan Politik:
• Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparency (CDT 3.1)
• Direktur PT Nurindra Ekapersada (1992-2005)
• Staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan PT Simaxindo Primadaya (1994-1995)
• Membangun cikal bakal Kawasan Industri Air Kelik (1994)
• DPRD Kabupaten Belitung Timur dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (2004-2005)
• Bupati Kabupaten Belitung Timur (2005-2006)
• DPR dari Partai Golkar (2009-2012)
• Wakil Gubernur Prov. DKI Jakarta (2012- sekarang)
Penghargaan:
• Penghargaan 10 Tokoh yang Mengubah Indonesia dari Majalah Tempo (2006)
• Pin Emas dari Forum Demokrasi (Fordeka) (2006)
• Tokoh Antikorupsi 2006 dari Koalisi Kebersamaan Tiga Pilar Kemitraan (2007)
• Bung Hatta Anti-Corruption Award (2013)
PERJALANAN AWAL
Basuki T Purnama (BTP) yang akrab dipanggil Ahok lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, Belitung Timur.
Ia melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMU) dan perguruan tinggi di Jakarta dengan memilih Fakultas Teknologi Mineral jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti.
Setelah menamatkan pendidikannya dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi (Insiyur geologi) pada tahun 1989, Basuki pulang kampung–menetap di Belitung dan mendirikan perusahaan CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan PT Timah.
Menggeluti dunia kontraktor selama dua tahun, Basuki menyadari betul hal ini tidak akan mampu mewujudkan visi pembangunan yang ia miliki, karena untuk menjadi pengelolah mineral selain diperlukan modal (investor) juga dibutuhkan manajemen yang profesional.
Untuk itu Basuki memutuskan kuliah S-2 dan mengambil bidang manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta. Mendapat gelar Master in Bussiness Administrasi (MBA) atau Magister Manajemen (MM) membawa Basuki diterima kerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta, yaitu perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek. Karena ingin konsentrasi pekerjaan di Belitung, pada tahun 1995 Basuki memutuskan untuk berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya.
Perlu diketahui, tahun 1992 Basuki mendirikan PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada tahun 1995. Bagi Basuki, pabrik yang berlokasi di Dusun Burung Mandi, Desa mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur ini diharapkan dapat menjadi proyek percontohan bagaimana mensejahterakan stakeholder (pemegang saham, karyawan, dan rakyat) dan juga diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Belitung Timur dengan memberdayakan sumber daya mineral yang terbatas. Di sisi lain diyakini PT Nurindra Ekapersada memikili visi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh.
Berangkat dari visi seperti itulah pada tahun 1994, Basuki didukung oleh seorang tokoh pejuang kemerdekaan Bapak alm Wasidewo untuk memulai pembangunan pabrik pengolahan pasir kwarsa pertama di Pulau Belitung dengan memamfaatkan teknologi Amerika dan Jerman. Pembangunan pabrik ini diharapkan juga memberikan harapan besar menjadi cikal bakal tumbuhnya suatu kawasan industri dan pelabuhan samudra dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).
KIPRAH POLITIK
Sebagai pengusaha di tahun 1995 ia mengalami sendiri pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup. Pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Sempat terpikir olehnya untuk hijrah dari Indonesia ke luar negeri, tetapi keinginan itu ditolak oleh sang ayah yang mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.
Dikenal sebagai keluarga yang dermawan di kampungnya, sang ayah yang dikenal dengan nama Kim Nam, memberikan ilustrasi kepada Ahok. Jika seseorang ingin membagikan uang 1 milyar kepada rakyat masing-masing 500 ribu rupiah, ini hanya akan cukup dibagi untuk 2000 orang. Tetapi jika uang tersebut digunakan untuk berpolitik, bayangkan jumlah uang di APBD yang bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat. APBD kabupaten Belitung Timur saja mencapai 200 milyar di tahun 2005.
Bermodal keyakinan bahwa orang miskin jangan lawan orang kaya dan orang kaya jangan lawan pejabat (Kong Hu Cu), keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya, dan juga kefrustasian yang mendalam terhadap kesemena-menaan pejabat yang ia alami sendiri, Ahok memutuskan untuk masuk ke politik di tahun 2003.
Pertama-tama ia bergabung dibawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh Dr. Sjahrir. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Dengan keuangan yang sangat terbatas dan model kampanye yang lain dari yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.
Selama di DPRD ia berhasil menunjukan integritasnya dengan menolak ikut dalam praktik KKN, menolak mengambil uang SPPD fiktif, dan menjadi dikenal masyarakat karena ia satu-satunya anggota DPRD yang berani secara langsung dan sering bertemu dengan masyarakat untuk mendengar keluhan mereka sementara anggota DPRD lain lebih sering “mangkir”.
Setelah 7 bulan menjadi DPRD, muncul banyak dukungan dari rakyat yang mendorong Ahok menjadi bupati. Maju sebagai calon Bupati Belitung Timur di tahun 2005, Ahok mempertahankan cara kampanyenya, yaitu dengan mengajar dan melayani langsung rakyat dengan memberikan nomor telfon genggamnya yang juga adalah nomor yang dipakai untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Dengan cara ini ia mampu mengerti dan merasakan langsung situasi dan kebutuhan rakyat. Dengan cara kampanye yang tidak “tradisional” ini, yaitu tanpa politik uang, ia secara mengejutkan berhasil mengantongi suara 37,13 persen dan menjadi Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Padahal Belitung Timur dikenal sebagai daerah basis Masyumi, yang juga adalah kampung dari Yusril Ihza Mahendra.
Bermodalkan pengalamannya sebagai pengusaha dan juga anggota DPRD yang mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi yang ada, dalam waktu singkat sebagai Bupati ia mampu melaksanakan pelayanan kesehatan gratis, sekolah gratis sampai tingkat SMA, pengaspalan jalan sampai ke pelosok-pelosok daerah, dan perbaikan pelayanan publik lainya. Prinsipnya sederhana: jika kepala lurus, bawahan tidak berani tidak lurus. Selama menjadi bupati ia dikenal sebagai sosok yang anti sogokan baik di kalangan lawan politik, pengusaha, maupun rakyat kecil. Ia memotong semua biaya pembangunan yang melibatkan kontraktor sampai 20 persen. Dengan demikian ia memiliki banyak kelebihan anggaran untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Kesuksesan ini terdengar ke seluruh Bangka Belitung dan mulailah muncul suara-suara untuk mendorong Ahok maju sebagai Gubernur di tahun 2007. Kesuksesannya di Belitung Timur tercermin dalam pemilihan Gubernur Babel ketika 63 persen pemilih di Belitung Timur memilih Ahok. Namun sayang, karena banyaknya manipulasi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara, ia gagal menjadi Gubernur Babel.
Dalam pemilu legislative 2009 ia maju sebagai caleg dari Golkar. Meski awalnya ditempatkan pada nomor urut keempat dalam daftar caleg (padahal di Babel hanya tersedia 3 kursi), ia berhasil mendapatkan suara terbanyak dan memperoleh kursi DPR berkat perubahan sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak.
Selama di DPR, ia duduk di komisi II. Ia dikenal oleh kawan dan lawan sebagai figur yang apa adanya, vokal, dan mudah diakses oleh masyarakat banyak. Lewat kiprahnya di DPR ia menciptakan standard baru bagi anggota-anggota DPR lain dalam anti-korupsi, transparansi dan profesionalisme. Ia bisa dikatakan sebagai pioner dalam pelaporan aktivitas kerja DPR baik dalam proses pembahasan undang-undang maupun dalam berbagai kunjungan kerja. Semua laporan bisa diakses melalui websitenya. Sementara itu, staf ahlinya bukan hanya sekedar bekerja menyediakan materi undang-undang tetapi juga secara aktif mengumpulkan informasi dan mengadvokasi kebutuhan masyarakat. Saat ini, salah satu hal fundamental yang ia sedang perjuangkan adalah bagaimana memperbaiki sistem rekrutmen kandidat kepala daerah untuk mencegah koruptor masuk dalam persaingan pemilukada dan membuka peluang bagi individu-individu idealis untuk masuk merebut kepemimpinan di daerah.
Ahok berkeyakinan bahwa perubahan di Indonesia bergantung pada apakah individu-individu idealis berani masuk ke politik dan ketika di dalam berani mempertahankan integritasnya. Baginya, di alam demokrasi, yang baik dan yang jahat memiliki peluang yang sama untuk merebut kepemimpinan politik. Jika individu-individu idealis tidak berani masuk, tidak aneh kalau sampai hari ini politik dan birokrasi Indonesia masih sangat korup. Oleh karena itu ia berharap model berpolitik yang ia sudah jalankan bisa dijadikan contoh oleh rekan-rekan idealis lain untuk masuk dan berjuang dalam politik. Sampai hari ini ia masih terus berkeliling bertemu dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan ini dan pentingnya memiliki pemimpin yang bersih, transparan, dan profesional.
Di tahun 2006, Ahok dinobatkan oleh Majalah TEMPO sebagai salah satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia. Di tahun 2007 ia dinobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Masyarakat Transparansi Indonesia. Melihat kiprahnya, kita bisa mengatakan bahwa berpolitik ala Ahok adalah berpolitik atas dasar nilai pelayanan, ketulusan, kejujuran, dan pengorbanan; bukan politik instan yang sarat pencitraan.
Tahun 2012 nama Ahok kian mencuat karena dipilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta yang diusung PDI-P dan Gerindra, setelah melalui dua tahap Pemilukada, akhirnya pasangan Jokowi-Basuki ditetapkan sebagai pemenang dan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 pada 15 Oktober 2012.[sak]
Beliau semasa kecil gan :baby
Quote:
[img]http://s.kaskus.id/images/2014/10/10/3443829_2014101007180
4.jpg[/img]


4.jpg[/img]


Keluarganya Beliau gan

Quote:


Cerita Abang Ahok waktu masih kecil gan
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.COM - Pulang ke kampung halaman banyak menguak memori lama. Ada yang menyedihkan, ada juga momen yang menggelitik. Begitu juga dengan Wakil Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, saat pulang ke kampungnya di Manggar, Belitung sejak Jumat (17/2/2014).
Berikut beberapa kisah menarik yang berhasil dihimpun Kompas.com dari pria yang akrab disapa Ahok itu, semasa masih di Belitung bersama beberapa teman semasa kecilnya.
Penangkal guna-guna
Masa kecil Ahok sama seperti kehidupan anak -anak kecil di Manggar, Belitung. Selain sekolah, waktu senggang diisi dengan bermain. Sekali waktu, ada sebuah pertandingan sepak bola di kampung. Ahok ikut di dalamnya. Tetapi ada satu kegelisahannya kala itu, yakni pihak lawan memakai guna-guna untuk bisa menang.
"Maklum, zaman dulu masih banyak yang pakai guna-guna buat sepak bola," ujarnya.
Ahok kecil putar otak. Entah mengapa yang terlintas di pikirannya kemudian adalah minyak babi. Konon, minyak babi ampuh untuk mengusir roh jahat. Dengan polosnya, Ahok pun mencuri minyak babi ibunya dan mengoleskannya di sepatu teman-temannya.
"Pas teman saya bilang nanti takut kena guna -guna, saya langsung bilang. Tenang, sepatu kamu semua sudah saya olesin minyak babi," ujarnya sambil tertawa.
Guna-guna salah alamat
Masih seputar guna-guna. Ada kisah lucu saat Ahok mulai menjalankan wirausaha dengan seorang rekannya di Belitung. Suatu ketika, rekannya diserang demam tiba-tiba. Si teman itu mengira dia sakit akibat guna-guna dari kompetitor. Dua minggu lamanya dia sakit.
Kemudian sang rekan memasang plakat nama 'Basuki Tjahaja Purnama' di depan ruangan kerja Ahok. Ketika Ahok datang ke kantor, terkejut dia. Mengapa tiba-tiba ada plakat namanya.
"Ternyata teman saya yang bikin. Dia itu yakin bahwa yang mau diguna-guna itu sebenarnya saya. Tapi setannya salah alamat, makanya kena ke dia, bukan saya. Nah, plakat nama itu petunjuk supaya setannya itu enggak salah alamat lagi," ujar Ahok tertawa.
Ahok pun berkelakar, "Nanti setannya enggak bisa baca lagi. Harusnya dia pasang lengkap, nama sama foto saya," lanjutnya.
Gara-gara rokok
Sepanjang hidupnya, Ahok tidak merokok. Tetapi bukan berarti tidak pernah mencobanya. Percobaan merokok ketika duduk di bangku SD jadi pengalaman terakhirnya mengisap tembakau. Hingga saat ini Ahok trauma dengan yang namanya rokok.
Kisah ini didapatkan dari teman masa kecil Ahok yang bernama Su Yan. Suatu ketika, Ahok mengaku penasaran dengan rokok. Ayahnya perokok berat. Begitu juga dengan om dan para tetangganya. Ahok kecil pun mengambil sebatang rokok dan diam-diam menghisapnya.
Apes, kenakalannya diketahui sang ibu. Sebuah tamparan menyakitkan fisik dan batin pun mendarat di pipi Ahok kecil. Kenangan itu begitu melekat di benak hingga ia dewasa. Sekarang, jangankan mengisap rokok, menghirup asap pun Ahok mengaku tak kuat.
Salah tembak
Berburu burung, lanjut Su Yan, merupakan salah satu hal yang disukai Ahok kecil dan kawan-kawannya saat di Manggar. Berbekal sebuah senapan angin, bahkan tanpa bekal makanan dan minuman Ahok dan teman-teman berburu di hutan, cukup jauh dari rumahnya.
Suatu ketika, Ahok mendapat kesempatan untuk menembak seekor burung. Mereka pun mengendap-ngendap di bawah pohon sambil mencari posisi menembak yang baik.
"Pas mau dikokang senapannya, rupanya di dalam masih ada pelurunya. Entah gimana itu pelurunya kena pinggang temannya," ujar Su Yan.
Kawan-kawannya, terutama Ahok, sangat takut dengan insiden tersebut. Dia bingung bagaimana menjelaskan insiden itu kepada ayah-ibunya sendiri, dan ke orangtua ibu rekannya yang menjadi korban salah tembak itu.
Berikut beberapa kisah menarik yang berhasil dihimpun Kompas.com dari pria yang akrab disapa Ahok itu, semasa masih di Belitung bersama beberapa teman semasa kecilnya.
Penangkal guna-guna
Masa kecil Ahok sama seperti kehidupan anak -anak kecil di Manggar, Belitung. Selain sekolah, waktu senggang diisi dengan bermain. Sekali waktu, ada sebuah pertandingan sepak bola di kampung. Ahok ikut di dalamnya. Tetapi ada satu kegelisahannya kala itu, yakni pihak lawan memakai guna-guna untuk bisa menang.
"Maklum, zaman dulu masih banyak yang pakai guna-guna buat sepak bola," ujarnya.
Ahok kecil putar otak. Entah mengapa yang terlintas di pikirannya kemudian adalah minyak babi. Konon, minyak babi ampuh untuk mengusir roh jahat. Dengan polosnya, Ahok pun mencuri minyak babi ibunya dan mengoleskannya di sepatu teman-temannya.
"Pas teman saya bilang nanti takut kena guna -guna, saya langsung bilang. Tenang, sepatu kamu semua sudah saya olesin minyak babi," ujarnya sambil tertawa.
Guna-guna salah alamat
Masih seputar guna-guna. Ada kisah lucu saat Ahok mulai menjalankan wirausaha dengan seorang rekannya di Belitung. Suatu ketika, rekannya diserang demam tiba-tiba. Si teman itu mengira dia sakit akibat guna-guna dari kompetitor. Dua minggu lamanya dia sakit.
Kemudian sang rekan memasang plakat nama 'Basuki Tjahaja Purnama' di depan ruangan kerja Ahok. Ketika Ahok datang ke kantor, terkejut dia. Mengapa tiba-tiba ada plakat namanya.
"Ternyata teman saya yang bikin. Dia itu yakin bahwa yang mau diguna-guna itu sebenarnya saya. Tapi setannya salah alamat, makanya kena ke dia, bukan saya. Nah, plakat nama itu petunjuk supaya setannya itu enggak salah alamat lagi," ujar Ahok tertawa.
Ahok pun berkelakar, "Nanti setannya enggak bisa baca lagi. Harusnya dia pasang lengkap, nama sama foto saya," lanjutnya.
Gara-gara rokok
Sepanjang hidupnya, Ahok tidak merokok. Tetapi bukan berarti tidak pernah mencobanya. Percobaan merokok ketika duduk di bangku SD jadi pengalaman terakhirnya mengisap tembakau. Hingga saat ini Ahok trauma dengan yang namanya rokok.
Kisah ini didapatkan dari teman masa kecil Ahok yang bernama Su Yan. Suatu ketika, Ahok mengaku penasaran dengan rokok. Ayahnya perokok berat. Begitu juga dengan om dan para tetangganya. Ahok kecil pun mengambil sebatang rokok dan diam-diam menghisapnya.
Apes, kenakalannya diketahui sang ibu. Sebuah tamparan menyakitkan fisik dan batin pun mendarat di pipi Ahok kecil. Kenangan itu begitu melekat di benak hingga ia dewasa. Sekarang, jangankan mengisap rokok, menghirup asap pun Ahok mengaku tak kuat.
Salah tembak
Berburu burung, lanjut Su Yan, merupakan salah satu hal yang disukai Ahok kecil dan kawan-kawannya saat di Manggar. Berbekal sebuah senapan angin, bahkan tanpa bekal makanan dan minuman Ahok dan teman-teman berburu di hutan, cukup jauh dari rumahnya.
Suatu ketika, Ahok mendapat kesempatan untuk menembak seekor burung. Mereka pun mengendap-ngendap di bawah pohon sambil mencari posisi menembak yang baik.
"Pas mau dikokang senapannya, rupanya di dalam masih ada pelurunya. Entah gimana itu pelurunya kena pinggang temannya," ujar Su Yan.
Kawan-kawannya, terutama Ahok, sangat takut dengan insiden tersebut. Dia bingung bagaimana menjelaskan insiden itu kepada ayah-ibunya sendiri, dan ke orangtua ibu rekannya yang menjadi korban salah tembak itu.
Quote:
TEMPO.CO, Belitung - Sudah lewat setahun sejak terakhir kali Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pulang ke kampung halamannya di Gantong, Belitung Timur. Terakhir kali dia pulang adalah setelah putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta.
Akhir pekan ini, pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur itu berkesempatan mengunjungi rumah masa kecilnya bersama wartawan. "Hari ini enggak ada berita wakil gubernur ya, saya jadi tour guide saja," katanya sambil tertawa, Sabtu, 14 September 2013.
Dengan semringah, dia menceritakan berbagai pengalaman masa kecilnya di Kecamatan Gantong, Belitung Timur. Basuki mengaku, saat muda dia senang naik sepeda motor dengan kawannya. Dia bahkan sempat hampir kecelakaan akibat kebut-kebutan. Untuk menyalurkan hobinya itu, dia ingin ikut kejuaraan motorcross di Belitung. "Tapi ibu saya enggak mau tanda-tangan surat izin ikut motorcross, malah berpesan supaya saya tidak naik motor," katanya.
Selain itu, dia juga mengaku tak terlalu senang jalan-jalan. "Saya lebih suka nongkrong di hutan, bau hutan itu enak sekali," ujar dia. Selain itu, banyak burung yang berkeliaran di hutan. Akan tetapi, dahulu masih banyak babi hutan yang berkeliaran di sana. "Yang penting kalau dikejar kita larinya harus belok-belok, soalnya dia cuma bisa lari lurus," kata Ahok tertawa.
Ahok juga kerap main ke Kota Manggar yang bisa ditempuh sekitar 45 menit dengan mobil. Dia dan saudara-saudaranya suka membantu menjaga apotek milik ibunya. Tetapi ada juga alasan lain mengapa mereka suka main ke kota. "Gadis di kota terkenal lebih cantik-cantik daripada di Gantong," ujar Ahok.
Pria yang suka bicara blakblakan ini menceritakan hingga lulus SMP dia kerap memancing ikan di sungai. Namun, di Belitung masih banyak buaya berkeliaran. "Jauh-jauh dari tempat yang dikerumuni lalat, itu biasanya ada buaya sedang buka mulut," celoteh Ahok.
Dia juga memberi tahu cara mendeteksi adanya buaya ketika main di kali. Buaya, kata dia, bisa berenang tanpa meninggalkan riak di air. "Jadi, kalau ada yg terlihat seperti kayu bergerak, tetapi airnya tetap tenang, harus cepat-cepat lari karena itu buaya," ujar dia.
Akhir pekan ini, pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur itu berkesempatan mengunjungi rumah masa kecilnya bersama wartawan. "Hari ini enggak ada berita wakil gubernur ya, saya jadi tour guide saja," katanya sambil tertawa, Sabtu, 14 September 2013.
Dengan semringah, dia menceritakan berbagai pengalaman masa kecilnya di Kecamatan Gantong, Belitung Timur. Basuki mengaku, saat muda dia senang naik sepeda motor dengan kawannya. Dia bahkan sempat hampir kecelakaan akibat kebut-kebutan. Untuk menyalurkan hobinya itu, dia ingin ikut kejuaraan motorcross di Belitung. "Tapi ibu saya enggak mau tanda-tangan surat izin ikut motorcross, malah berpesan supaya saya tidak naik motor," katanya.
Selain itu, dia juga mengaku tak terlalu senang jalan-jalan. "Saya lebih suka nongkrong di hutan, bau hutan itu enak sekali," ujar dia. Selain itu, banyak burung yang berkeliaran di hutan. Akan tetapi, dahulu masih banyak babi hutan yang berkeliaran di sana. "Yang penting kalau dikejar kita larinya harus belok-belok, soalnya dia cuma bisa lari lurus," kata Ahok tertawa.
Ahok juga kerap main ke Kota Manggar yang bisa ditempuh sekitar 45 menit dengan mobil. Dia dan saudara-saudaranya suka membantu menjaga apotek milik ibunya. Tetapi ada juga alasan lain mengapa mereka suka main ke kota. "Gadis di kota terkenal lebih cantik-cantik daripada di Gantong," ujar Ahok.
Pria yang suka bicara blakblakan ini menceritakan hingga lulus SMP dia kerap memancing ikan di sungai. Namun, di Belitung masih banyak buaya berkeliaran. "Jauh-jauh dari tempat yang dikerumuni lalat, itu biasanya ada buaya sedang buka mulut," celoteh Ahok.
Dia juga memberi tahu cara mendeteksi adanya buaya ketika main di kali. Buaya, kata dia, bisa berenang tanpa meninggalkan riak di air. "Jadi, kalau ada yg terlihat seperti kayu bergerak, tetapi airnya tetap tenang, harus cepat-cepat lari karena itu buaya," ujar dia.
Sumur :

http://megapolitan.kompas.com/read/2...i.Salah.Tembak
http://www.tempo.co/read/news/2013/0...angka-Belitung
http://ahok.org/about/
Maap Om Ahok tread saya berantakan

Pesan TS :
Marilah kita coba untuk mengenal dan menghormati sosok pemimpin kita gan

Please komengnya NO RASIS,NO POLITIC,NO JUNK!
Tambahan dari agan"

Quote:
Diubah oleh shisiomaruni 27-11-2014 06:24
0
23.4K
Kutip
69
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan