- Beranda
- Komunitas
- Games
- Can You Solve This Game?
Accident on Cabin in the Wood


TS
bagas biantara
Accident on Cabin in the Wood
Malam gan, ane nubi bawa hadiah buat agan agan semuanya. Case nya gampang sih, jadi selamat berpikir 
Kalo suka jangan lupa cendolin ye gan


Kalo suka jangan lupa cendolin ye gan



Spoiler for Case:
Namaku Dinda, seorang fotografer lepas di majalah ternama di kotaku. Selain menjadi fotografer lepas, aku juga sering sekali mengikuti kontes fotografi. Beberapa kali fotoku dimuat sebagai Photo of The Month di beberapa media cetak. Sejak dua minggu lalu aku sedang plesir ke daerah kelahiranku di Medan, kota yang terkenal dengan buah duriannya. Pohon pohon durian yang menjulang tinggi seringkali menghiasi frame kameraku.
Aku menginap di rumah nenekku. Rumah ini terletak di daerah pegunungan. Selain sebagai rumah tinggal, nenekku memiliki banyak kamar yang digunakan sebagai wisma/losmen yang disewakan untuk para pelancong. Banyak orang yang menginap di wisma nenekku. Ada Jenna, seorang wanita muda yang ditinggal mati suaminya. Paras cantiknya bisa melumat hati pria manapun. Dia bekerja sebagai konsultan di Palembang, namun sepeninggal suaminya, hidupnya jadi berantakan Jenna suka sekali merokok. Hitam bibirnya sebanding dengan banyaknya nikotin yang sudah dia hisap. Ada juga Sitorus, Kerabat nenekku yang sering mengantarnya ke pasar setiap akhir pekan. Sitorus berbadan tinggi besar. Ototnya seperti batu – batuan di bukit barisan. Kumisnya tebal menghias wajahnya yang penuh jahitan. Meskipun bertampang seram, Sitorus adalah orang yang ramah. Pernah sekali kumelihatnya sedang memperbaiki ban mobil Volkswaggen di halaman rumah nenek. Saat kumelintas, dia terlihat kikuk dan menjatuhkan kunci inggris yang sedang dipegangnya. Matanya melihat kearahku dan melempar senyum kearahku. Senyumnya sangat menghangatkan.
Selain itu ada Angga dan Sinta, sepasang suami istri yang sudah 10 tahun berumah tangga. Mereka berdua sudah berada di wisma nenekku ini sejak aku tiba disini. Mereka keluarga yang harmonis, walau belum memiliki anak. Seringkali kulihat mereka bergandengan mesra di koridor wisma. Kadang mereka terkikik malu saat tertangkap basah sedang curi – curi berciuman. Sungguh pasangan yang bahagia. Angga adalah seorang kontraktor di Jakarta. Bisnis yang besar itu membuatnya harus menjaga kesehatan. Setiap selesai makan, dia harus mengkonsumsi obat ekstrak manggis yang sering muncul di televisi belakangan ini. Angga adalah seorang pecinta kopi. suatu malam kulihat dia duduk di teras wisma berdua dengan Jenna sambil merokok. Aku sedang berjalan ke kamarku. Saat kucuri dengar, mereka sedang membicarakan bisnis properti. Aku berlalu di belakang mereka dan mereka berdua melempar senyum kearahku. Saat ku masuk ke kamarku, tak berapa lama, lampu teras dimatikan, mungkin Angga dan Jenna sudah lelah membahas bisnis yang tak kupahami.
Sinta adalah wanita cantik dengan rambut bergelombang. Wajahnya cantik, senyumnya memabukkan. Dia bekerja sebagai seorang analis kimia di Jakarta. Selepas lulus dari akademi, dia bekerja di perusahaan farmasi terkenal. Selain pintar, Sinta juga sangat suka memasak. Beberapa kali kulihat dia membantu nenek memasak di dapur. Angga sangat beruntung, mendapatkan istri yang cantik dan pintar seperti Sinta.
Jam menunjukkan pukul 07.30 WIB. Aku baru keluar dari kamarku. Di ruang makan ternyata sudah banyak orang lalu lalang. Kulihat Sitorus sedang mengupas kulit durian untuk dibuat pancake oleh nenek. Jenna dan Angga sedang duduk di meja makan bersama sebuah laptop yang sedang ditunjuk tunjuk oleh Angga. Mereka berdua sedikit berteriak saling beradu argumen. Mungkin mereka masih melanjutkan pembicaraan malam itu. Sinta sedang membantu nenek menyiapkan adonan pancake. Aku juga ikut duduk di meja makan. Tak lama kemudian, pancake durian tersaji diatas meja. Kami makan bersama – sama. Hanya Angga yang tidak mau makan durian, katanya durian itu berbau aneh. Tapi Sinta memaksanya untuk makan, akhirnya Angga mau juga makan demi menghargai nenekku.
Setelah kenyang makan pancake, aku kembali ke kamar. Berganti pakaian dan ingin jalan jalan menyusuri perbukitan. Kulihat jam, masih pukul 09.00 WIB. Belum terlalu siang. Aku segera bergegas. Saat ku kembali ke ruang makan, Tinggal Jenna dan Nenekku. Saat kutanya kemana semua orang, mereka mengatakan bahwa Sitorus sedang pergi ke ladang, sedangkan Angga dan Sinta sedang berkeliling naik mobil. Sinta ingin diajari mobil katanya. Aku lalu keluar rumah dan berjalan turun ke bawah bukit. Kira kira 10 menit aku menyusuri bukit, aku mendengar suara ledakan yang sangat keras. Wajahku pucat pasi mendengarnya, aku langsung memutar dan berlari kembali ke rumah nenekku.
Sesampainya di rumah nenekku, ada mobil Volkswaggen tahun 70an dengan plat B 4645 B menabrak sebuah pohon di depan wisma nenekku. Ternyata itu mobil yang dinaiki Angga dan Sinta. Sungguh malang nasib mereka. Angga duduk di kursi penumpang dengan Sinta menyetir di sebelahnya. Sabuk pengaman terpasang erat. Sinta beruntung dapat diselamatkan, wajahnya sedikit tergores. Mukanya pucat pasi. Shock sepertinya menyerang Sinta. Dia hanya terdiam memandangi mobil yang ringsek di depannya. Namun nasib baik tidak berpihak ke Angga. Rusuknya patah karena benturan. Kepalanya bocor dan dari mulutnya keluar darah serta busa putih. Tak berapa lama polisi datang dan meminta keterangan dari kami semua. Menurut polisi, ini adalah murni kecelakaan. Namun aku merasa ada sesuatu yang janggal. Aku rasa ini bukanlah sebuah kecelakaan.
Aku menginap di rumah nenekku. Rumah ini terletak di daerah pegunungan. Selain sebagai rumah tinggal, nenekku memiliki banyak kamar yang digunakan sebagai wisma/losmen yang disewakan untuk para pelancong. Banyak orang yang menginap di wisma nenekku. Ada Jenna, seorang wanita muda yang ditinggal mati suaminya. Paras cantiknya bisa melumat hati pria manapun. Dia bekerja sebagai konsultan di Palembang, namun sepeninggal suaminya, hidupnya jadi berantakan Jenna suka sekali merokok. Hitam bibirnya sebanding dengan banyaknya nikotin yang sudah dia hisap. Ada juga Sitorus, Kerabat nenekku yang sering mengantarnya ke pasar setiap akhir pekan. Sitorus berbadan tinggi besar. Ototnya seperti batu – batuan di bukit barisan. Kumisnya tebal menghias wajahnya yang penuh jahitan. Meskipun bertampang seram, Sitorus adalah orang yang ramah. Pernah sekali kumelihatnya sedang memperbaiki ban mobil Volkswaggen di halaman rumah nenek. Saat kumelintas, dia terlihat kikuk dan menjatuhkan kunci inggris yang sedang dipegangnya. Matanya melihat kearahku dan melempar senyum kearahku. Senyumnya sangat menghangatkan.
Selain itu ada Angga dan Sinta, sepasang suami istri yang sudah 10 tahun berumah tangga. Mereka berdua sudah berada di wisma nenekku ini sejak aku tiba disini. Mereka keluarga yang harmonis, walau belum memiliki anak. Seringkali kulihat mereka bergandengan mesra di koridor wisma. Kadang mereka terkikik malu saat tertangkap basah sedang curi – curi berciuman. Sungguh pasangan yang bahagia. Angga adalah seorang kontraktor di Jakarta. Bisnis yang besar itu membuatnya harus menjaga kesehatan. Setiap selesai makan, dia harus mengkonsumsi obat ekstrak manggis yang sering muncul di televisi belakangan ini. Angga adalah seorang pecinta kopi. suatu malam kulihat dia duduk di teras wisma berdua dengan Jenna sambil merokok. Aku sedang berjalan ke kamarku. Saat kucuri dengar, mereka sedang membicarakan bisnis properti. Aku berlalu di belakang mereka dan mereka berdua melempar senyum kearahku. Saat ku masuk ke kamarku, tak berapa lama, lampu teras dimatikan, mungkin Angga dan Jenna sudah lelah membahas bisnis yang tak kupahami.
Sinta adalah wanita cantik dengan rambut bergelombang. Wajahnya cantik, senyumnya memabukkan. Dia bekerja sebagai seorang analis kimia di Jakarta. Selepas lulus dari akademi, dia bekerja di perusahaan farmasi terkenal. Selain pintar, Sinta juga sangat suka memasak. Beberapa kali kulihat dia membantu nenek memasak di dapur. Angga sangat beruntung, mendapatkan istri yang cantik dan pintar seperti Sinta.
Jam menunjukkan pukul 07.30 WIB. Aku baru keluar dari kamarku. Di ruang makan ternyata sudah banyak orang lalu lalang. Kulihat Sitorus sedang mengupas kulit durian untuk dibuat pancake oleh nenek. Jenna dan Angga sedang duduk di meja makan bersama sebuah laptop yang sedang ditunjuk tunjuk oleh Angga. Mereka berdua sedikit berteriak saling beradu argumen. Mungkin mereka masih melanjutkan pembicaraan malam itu. Sinta sedang membantu nenek menyiapkan adonan pancake. Aku juga ikut duduk di meja makan. Tak lama kemudian, pancake durian tersaji diatas meja. Kami makan bersama – sama. Hanya Angga yang tidak mau makan durian, katanya durian itu berbau aneh. Tapi Sinta memaksanya untuk makan, akhirnya Angga mau juga makan demi menghargai nenekku.
Setelah kenyang makan pancake, aku kembali ke kamar. Berganti pakaian dan ingin jalan jalan menyusuri perbukitan. Kulihat jam, masih pukul 09.00 WIB. Belum terlalu siang. Aku segera bergegas. Saat ku kembali ke ruang makan, Tinggal Jenna dan Nenekku. Saat kutanya kemana semua orang, mereka mengatakan bahwa Sitorus sedang pergi ke ladang, sedangkan Angga dan Sinta sedang berkeliling naik mobil. Sinta ingin diajari mobil katanya. Aku lalu keluar rumah dan berjalan turun ke bawah bukit. Kira kira 10 menit aku menyusuri bukit, aku mendengar suara ledakan yang sangat keras. Wajahku pucat pasi mendengarnya, aku langsung memutar dan berlari kembali ke rumah nenekku.
Sesampainya di rumah nenekku, ada mobil Volkswaggen tahun 70an dengan plat B 4645 B menabrak sebuah pohon di depan wisma nenekku. Ternyata itu mobil yang dinaiki Angga dan Sinta. Sungguh malang nasib mereka. Angga duduk di kursi penumpang dengan Sinta menyetir di sebelahnya. Sabuk pengaman terpasang erat. Sinta beruntung dapat diselamatkan, wajahnya sedikit tergores. Mukanya pucat pasi. Shock sepertinya menyerang Sinta. Dia hanya terdiam memandangi mobil yang ringsek di depannya. Namun nasib baik tidak berpihak ke Angga. Rusuknya patah karena benturan. Kepalanya bocor dan dari mulutnya keluar darah serta busa putih. Tak berapa lama polisi datang dan meminta keterangan dari kami semua. Menurut polisi, ini adalah murni kecelakaan. Namun aku merasa ada sesuatu yang janggal. Aku rasa ini bukanlah sebuah kecelakaan.
0
3.1K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan