- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tak Bisa Membaca, 8 Siswa SD Dikeluarkan Sekolah


TS
karepmuloss
Tak Bisa Membaca, 8 Siswa SD Dikeluarkan Sekolah


Tak Bisa Membaca, 8 Siswa SD Dikeluarkan Sekolah
"Saya menyekolahkan anak saya agar bisa membaca."
Quote:
VIVAnews -Hanya karena tak bisa membaca, delapan murid kelas 1 Sekolah Dasar di Garut Jawa Barat malah dikeluarkan oleh gurunya.
Delapan murid SD yang terletak di Kecamatan Cibalang Garut itu merupakan siswa yang baru diterima di sekolah itu pada Senin 14 Juli 2014. Mereka pun terpaksa pulang ke rumah pada saat jam belajar.
Sumi (24 tahun), ibu dari Adrian (7 tahun), mengaku heran begitu anaknya pulang ke rumah di saat jam belajar belum selesai. Betapa kagetnya begitu mendengar alasan anaknya dikeluarkan dari kelas karena tak bisa membaca.
"Anak saya disuruh membaca, tapi anak saya tak bisa membaca huruf "B". Selain anak saya, lima murid lainnya yang juga tak bisa membaca dikumpulkan, kemudian diminta untuk keluar sekolah," kata warga Kampung Ciawi Desa Mekarsari, Kecamatan Cibalong, Kamis 17 Juli 2014.
Sumi kemudian mendatangi pihak sekolah dan menanyakan kebenaran alasan tersebut. Benar saja, saat ditanya ke pihak sekolah, guru dan kepala sekolah justru menyarankan agar Andrian pindah ke sekolah lain karena tak bisa membaca.
"Padahal pagi sebelum berangkat Andrian semangat untuk belajar di kelas. Namun hanya karena tak bisa membaca huruf 'B', Andrian malah dikeluarkan dari sekolah secara sepihak. Saya menyekolahkan anak saya agar bisa membaca. Ini kok dikeluarkan sekolah gara–gara tak bisa baca. Kan aneh," Sumi menjelaskan.
Selain Andrian, yakni Refan, Akbar, Nurul, Hasan, Andi dan dua siswa lainnya dari kampung Simpang Sari, juga dikeluarkan pihak sekolah.
"Alasan dikeluarkannya sama, gara–gara tak bisa baca," kata Sumi.
Sementara itu, Kepala Sekolah Ade Suryana belum bisa dimintai klarifikasinya. Beberapa kali dihubungi sang kepala sekolah memilih bungkam.
Sikap Dinas Pendidikan
Kepala Bidang TK/SD Dinas Pendidikan Garut Cecep Firmansyah mengaku akan menindaklanjuti kasus tersebut.
"Akan kami tindak lanjuti informasi kasus ini. Tapi pada intinya, untuk jenjang sekolah dasar tak boleh ada alasan dikeluarkan, apa pun alasannya," kata Cecep.
Langkah awal, Dinas Pendidikan Garut akan meminta klarifikasi dari guru dan kepala sekolah yang bersangkutan.
Cecep menegaskan, tidak ada alasan apapun bagi pihak sekolah untuk mengeluarkan siswa yang tidak bisa membaca. "Justru anak tersebut disekolahkan, kan tujuannya untuk bisa membaca," kata Cecep.
Delapan murid SD yang terletak di Kecamatan Cibalang Garut itu merupakan siswa yang baru diterima di sekolah itu pada Senin 14 Juli 2014. Mereka pun terpaksa pulang ke rumah pada saat jam belajar.
Sumi (24 tahun), ibu dari Adrian (7 tahun), mengaku heran begitu anaknya pulang ke rumah di saat jam belajar belum selesai. Betapa kagetnya begitu mendengar alasan anaknya dikeluarkan dari kelas karena tak bisa membaca.
"Anak saya disuruh membaca, tapi anak saya tak bisa membaca huruf "B". Selain anak saya, lima murid lainnya yang juga tak bisa membaca dikumpulkan, kemudian diminta untuk keluar sekolah," kata warga Kampung Ciawi Desa Mekarsari, Kecamatan Cibalong, Kamis 17 Juli 2014.
Sumi kemudian mendatangi pihak sekolah dan menanyakan kebenaran alasan tersebut. Benar saja, saat ditanya ke pihak sekolah, guru dan kepala sekolah justru menyarankan agar Andrian pindah ke sekolah lain karena tak bisa membaca.
"Padahal pagi sebelum berangkat Andrian semangat untuk belajar di kelas. Namun hanya karena tak bisa membaca huruf 'B', Andrian malah dikeluarkan dari sekolah secara sepihak. Saya menyekolahkan anak saya agar bisa membaca. Ini kok dikeluarkan sekolah gara–gara tak bisa baca. Kan aneh," Sumi menjelaskan.
Selain Andrian, yakni Refan, Akbar, Nurul, Hasan, Andi dan dua siswa lainnya dari kampung Simpang Sari, juga dikeluarkan pihak sekolah.
"Alasan dikeluarkannya sama, gara–gara tak bisa baca," kata Sumi.
Sementara itu, Kepala Sekolah Ade Suryana belum bisa dimintai klarifikasinya. Beberapa kali dihubungi sang kepala sekolah memilih bungkam.
Sikap Dinas Pendidikan
Kepala Bidang TK/SD Dinas Pendidikan Garut Cecep Firmansyah mengaku akan menindaklanjuti kasus tersebut.
"Akan kami tindak lanjuti informasi kasus ini. Tapi pada intinya, untuk jenjang sekolah dasar tak boleh ada alasan dikeluarkan, apa pun alasannya," kata Cecep.
Langkah awal, Dinas Pendidikan Garut akan meminta klarifikasi dari guru dan kepala sekolah yang bersangkutan.
Cecep menegaskan, tidak ada alasan apapun bagi pihak sekolah untuk mengeluarkan siswa yang tidak bisa membaca. "Justru anak tersebut disekolahkan, kan tujuannya untuk bisa membaca," kata Cecep.
Taufiq Hidayah, tvOne Garut
© VIVA.co.id
Sumber
Ini gurunya gimana sih? namanya juga anak kelas 1 SD, kalo gak bisa baca yo wajar lah semua butuh proses bu gak ada yang instan, dan kemampuan setiap siswa itu beda beda, ada yang dari mbrojol langsung bisa baca, ada yang sekolah TK baru bisa baca, ada juga yang SD belum bisa baca, itu wajar bu !
sekolah itu kan tempat belajar bu guru?
di sekolah kan tempatnya kita belajar membaca, berhitung, mengaji dll.
kok kita yang gak bisa baca malah di keluarin? bukan di bimbing?
kita tau bu kita gak bisa baca, makannya kita sekolah, di sekolah kok malah bukannya di ajarin malah di keluarin? mau mu apa bu?
apakah bu guru malas mengajar kami? apa bu guru cuma pengen di gaji doang?
Mendingan guru guru yang kaya gini di keluarin aja , kalo bisa di pecat, apaan guru di gaji sama pemerintah kok gak serius ngajarnya?
Gimana pendapat agan agan?
Komen mantab !!
Spoiler for komen mantab:
Quote:
Original Posted By new.jupiter.mx►Lah trus fungsi sekolah apa ? Lagian mreka masih blajar, justru mreka ksh pendidikan ttng cara membaca dan menulis
malah di kluarkan, bayi lahir aja ga mungkin langsung bisa bicara dan jalan, tp mreka di latih dan di bri pelajaran gimana cara berjalan dan berbicara
mungkin kebiasaan serba instan tuh guru 



Quote:
Original Posted By blue.tears►Ini yg harusnya dikeluarin dari sekolah bukan muridnya, tapi gurunya. Kalo ga sanggup ngajar silahkan mengundurkan diri, ga punya mental pendidik ngapain jadi guru.
Quote:
Original Posted By ano777►muke gile tuh guru.
kalo udah bisa mbaca, ngapain toh masih di kelas 1?
kalo udah pinter, ngapain sekolah?
anak ke sekolah itu biar pinter, dari yg g bisa jadi bisa.

bener2 kudu dirombak nih sistem pendidikan negara.
guru2nya jg kudu dilatih lebih extra.
muke gilS E N S O R..
kalo udah bisa mbaca, ngapain toh masih di kelas 1?
kalo udah pinter, ngapain sekolah?
anak ke sekolah itu biar pinter, dari yg g bisa jadi bisa.

bener2 kudu dirombak nih sistem pendidikan negara.
guru2nya jg kudu dilatih lebih extra.
muke gilS E N S O R..
Quote:
Original Posted By andicco.zebua►Kasian banget tuh anak
. Sekolahnya primitif & diskriminasi
. Emang setiap orang begitu masuk SD udah langsung bisa baca. Kasi sanksi keras kalo perlu, guru tapi kok kaya gitu 
Ane dulu waktu SD punya temen sebut aja namanya Ayu sampe kelas 4 SD belum bisa baca dengan lancar soalnya denger2 dari temen yg tetanggaan sama si Ayu, IQ-nya emang kurang & terlihat dari kesehariannya juga. Tapi guru ane tetep sabar kok ngajarin & ga pernah marah atau komplen. Ayu tetep semangat belajar walau masih kurang dalam membaca, bahkan guru ane kadang tetep nyuruh si Ayu buat baca (pelajaran bahasa Indonesia) walau paling hanya 1 paragraf pendek. Dan kelas 5 SD, si Ayu udah mulai lancar kalo ngebaca & ga perlu ngeja lagi walau kadang masih terbata-bata.
Sekolah itu tempatnya belajar yg gunanya untuk menguasai/mengetahui ilmu2 yg kelak berguna (walau ga semua bakalan dipake) di masa depan. Orang yg dari lahir juga sudah jenius tetap butuh sekolah walau mungkin jenis sekolahnya berbeda.



Ane dulu waktu SD punya temen sebut aja namanya Ayu sampe kelas 4 SD belum bisa baca dengan lancar soalnya denger2 dari temen yg tetanggaan sama si Ayu, IQ-nya emang kurang & terlihat dari kesehariannya juga. Tapi guru ane tetep sabar kok ngajarin & ga pernah marah atau komplen. Ayu tetep semangat belajar walau masih kurang dalam membaca, bahkan guru ane kadang tetep nyuruh si Ayu buat baca (pelajaran bahasa Indonesia) walau paling hanya 1 paragraf pendek. Dan kelas 5 SD, si Ayu udah mulai lancar kalo ngebaca & ga perlu ngeja lagi walau kadang masih terbata-bata.
Sekolah itu tempatnya belajar yg gunanya untuk menguasai/mengetahui ilmu2 yg kelak berguna (walau ga semua bakalan dipake) di masa depan. Orang yg dari lahir juga sudah jenius tetap butuh sekolah walau mungkin jenis sekolahnya berbeda.
Quote:
Original Posted By themonggoose►Laaahh itu gimana sih guru'nya 
wajar ah kalo masih kelas 1, masih agak susah baca'nya
daya tangkap setiap anak kan berbeda-beda, ada yg cepet tanggap, ada jg yg kurang tanggap

wajar ah kalo masih kelas 1, masih agak susah baca'nya
daya tangkap setiap anak kan berbeda-beda, ada yg cepet tanggap, ada jg yg kurang tanggap
Quote:
Original Posted By Westcandle►nah ini yg ane khawatirkan di dunia pendidikan di masa depan.
sekolah yg menerima siswa yang sudah pintar dan meluluskan siswa pintar justru malah ditinggi-tinggikan.
padahal secara analogi sekolah yg hebat adalah sekolah yg bisa membuat siswa dari yang tidak bisa menjadi bisa atau mahir.
dan sekolah saat ini menganggap semua siswa itu sama dan jika ada yang tertinggal dianggap aib bagi sekolah. ingat, kemampuan setiap siswa itu berbeda-beda dan mengulang itu harusnya dianggap sesuatu yg wajar. apa salahnya jika diulang sampai benar-benar paham ?
ok sekarang ane balik, seumpama guru atau kepala sekolah tersebut ingin belajar ngetik di komputer tapi ane tolak karena guru atau kepala sekolah tersebut ga bisa ngetik dengan 10 jari.
jadi guru yang mengeluarkan itu seperti cuma mempermasalahkan 1 huruf saja. bagaimana jika anak tersebut lebih pintar di pelajaran hitungan ? atau dia lebih jago di bidang yang lain ?
bisa jadi di masa depan nanti anak tersebut menjadi anak-anak yang membanggakan bangsa Indonesia. atau menjadi orang hebat yang yang bisa merubah Indonesia menjadi lebih baik.
tapi cuma gara-gara 1 huruf semua itu bakalan hilang.
sebenarnya ini pernah terjadi pada seseorang di zaman dahulu, anak ini dikeluarkan karena dianggap terlalu bodoh untuk masuk SD. tapi ibunya tidak mau menyerah dan mengajari anaknya membaca yang ke depannya menjadi hobbi anak ini, anak ini suka sekali membaca buku ensiklopedi dan buku ilmiah. saat dewasa anak tersebut menjadi seorang penemu besar yang namanya dikenang sampai sekarang. anak itu Thomas Alva Edison.
ane punya quotes nih gan. "seseorang itu seperti sebuah dadu. jika kita fokus melihat angka 1 terus, kita akan melewatkan angka 6 yang ada di sisi lainnya."
sekolah yg menerima siswa yang sudah pintar dan meluluskan siswa pintar justru malah ditinggi-tinggikan.
padahal secara analogi sekolah yg hebat adalah sekolah yg bisa membuat siswa dari yang tidak bisa menjadi bisa atau mahir.
dan sekolah saat ini menganggap semua siswa itu sama dan jika ada yang tertinggal dianggap aib bagi sekolah. ingat, kemampuan setiap siswa itu berbeda-beda dan mengulang itu harusnya dianggap sesuatu yg wajar. apa salahnya jika diulang sampai benar-benar paham ?
ok sekarang ane balik, seumpama guru atau kepala sekolah tersebut ingin belajar ngetik di komputer tapi ane tolak karena guru atau kepala sekolah tersebut ga bisa ngetik dengan 10 jari.
jadi guru yang mengeluarkan itu seperti cuma mempermasalahkan 1 huruf saja. bagaimana jika anak tersebut lebih pintar di pelajaran hitungan ? atau dia lebih jago di bidang yang lain ?
bisa jadi di masa depan nanti anak tersebut menjadi anak-anak yang membanggakan bangsa Indonesia. atau menjadi orang hebat yang yang bisa merubah Indonesia menjadi lebih baik.
tapi cuma gara-gara 1 huruf semua itu bakalan hilang.
sebenarnya ini pernah terjadi pada seseorang di zaman dahulu, anak ini dikeluarkan karena dianggap terlalu bodoh untuk masuk SD. tapi ibunya tidak mau menyerah dan mengajari anaknya membaca yang ke depannya menjadi hobbi anak ini, anak ini suka sekali membaca buku ensiklopedi dan buku ilmiah. saat dewasa anak tersebut menjadi seorang penemu besar yang namanya dikenang sampai sekarang. anak itu Thomas Alva Edison.
ane punya quotes nih gan. "seseorang itu seperti sebuah dadu. jika kita fokus melihat angka 1 terus, kita akan melewatkan angka 6 yang ada di sisi lainnya."
Quote:
Original Posted By Cheetor►jadi inget jaman ane SD dulu....ane punya temen sekelas yg g bisa membaca bahkan sampe kelas 6 pun membacanya harus dieja terlebih dahulu.kasian ane liatnya...kalo pas dapat giliran membaca harus dimarahi bahkan dipukul biar mau membaca....temen ane udah berkali2 g naik kelas..kalo g salah umurnya udah 5-6 tahun diatas ane. ane kira nih bukan cmn systemnya....tp lingkungan keluarga juga.....kalo bs orang tua harus mengajari membaca pas d rmh
Quote:
Original Posted By karepmoe.dewe►itu guru udah lupa dia dibayar buat apa
pecat tuh guru, lalu kembaliin semua gaji yang udah pernah diterima.
herman, baru kali ini ada berita begini
pecat tuh guru, lalu kembaliin semua gaji yang udah pernah diterima.
herman, baru kali ini ada berita begini
Quote:
Original Posted By teplokdyan►Saya jd kasian kepada psikologi si anak gan,
Apalagi di atas ibu si anak bilang saat berangkat sekolah si anak sangat bersemangat sekolah.
Harus bertanggungjawab ini sekolah, dan harus tegas jg dinas pendidikannya.
Apalagi baru brp hari to msk sekolah, masak suruh cpt bs.
Apalagi di atas ibu si anak bilang saat berangkat sekolah si anak sangat bersemangat sekolah.
Harus bertanggungjawab ini sekolah, dan harus tegas jg dinas pendidikannya.
Apalagi baru brp hari to msk sekolah, masak suruh cpt bs.
Quote:
Original Posted By Apollo_13►Terus terang, ane emosi membaca beritanya, Gan.
Kejadian yang sama pernah terjadi sama anak ane. Gak sampe dikeluarkan, sih. Tapi gurunya udah ngasih warning.
Ane en bini ane emosi mendengarnya.
Sangat wajar kalo di kelas 1, siswa belum bisa membaca. Itu sebabnya mereka sekolah. Di SEKOLAH DASAR. Dimana semua dasar2 diajarkan, termasuk membaca.
Waktu kejadian dengan anak ane, bini ane langsung mendatangi gurunya di sekolah, dengan skenario terburuk, anak ane dikeluarkan.
Di sekolah, kami jelaskan, kalo kami sudah berusaha semampu kami untuk mengajarkan anak kami. Mengirimnya ke les membaca, dan lain2.
Akhirnya gurunya juga merasa salah, dan akhirnya bini ane dan gurunya, cewek, sama2 nangis. En anak anak kami tetap bisa sekolah.
Malamnya bini ane ngajak ke toko buku, buat cari buku pelajaran membaca. Dapat 2 seri. 2 buku.
Anak ane digenjot abis2an, dan dalam 1 minggu udah lancar membaanya. Alhamdulillah.
Sejak itu, nilai2nya makin bagus dan bagus. Ane sampe nangis ngeliat raportnya yang rata2 8,7.
Menurut ane, kesalahan ada dalam sistem kurikulum sekolah sekarang, yang terlalu memaksakan materi pada siswanya, dengan tujuan menaikkan gengsi sekolah.
Akibatnya, guru2 jadi ngejar target, jadi males mengajarkan hal2 dasar, seperti membaca, pada siswa kelas 1.
Yang jadi korban tentu saja anak didiknya. Mereka dituntut untuk bisa membaca sejak masuk kelas 1.
Padahal di TK, mereka harusnya cuma bermain dan bersosialisasi.
Kejadian yang sama pernah terjadi sama anak ane. Gak sampe dikeluarkan, sih. Tapi gurunya udah ngasih warning.
Ane en bini ane emosi mendengarnya.
Sangat wajar kalo di kelas 1, siswa belum bisa membaca. Itu sebabnya mereka sekolah. Di SEKOLAH DASAR. Dimana semua dasar2 diajarkan, termasuk membaca.
Waktu kejadian dengan anak ane, bini ane langsung mendatangi gurunya di sekolah, dengan skenario terburuk, anak ane dikeluarkan.
Di sekolah, kami jelaskan, kalo kami sudah berusaha semampu kami untuk mengajarkan anak kami. Mengirimnya ke les membaca, dan lain2.
Akhirnya gurunya juga merasa salah, dan akhirnya bini ane dan gurunya, cewek, sama2 nangis. En anak anak kami tetap bisa sekolah.
Malamnya bini ane ngajak ke toko buku, buat cari buku pelajaran membaca. Dapat 2 seri. 2 buku.
Anak ane digenjot abis2an, dan dalam 1 minggu udah lancar membaanya. Alhamdulillah.
Sejak itu, nilai2nya makin bagus dan bagus. Ane sampe nangis ngeliat raportnya yang rata2 8,7.
Menurut ane, kesalahan ada dalam sistem kurikulum sekolah sekarang, yang terlalu memaksakan materi pada siswanya, dengan tujuan menaikkan gengsi sekolah.
Akibatnya, guru2 jadi ngejar target, jadi males mengajarkan hal2 dasar, seperti membaca, pada siswa kelas 1.
Yang jadi korban tentu saja anak didiknya. Mereka dituntut untuk bisa membaca sejak masuk kelas 1.
Padahal di TK, mereka harusnya cuma bermain dan bersosialisasi.
R.I.P Pahlawan Tanpa Tanda Jasa 

Diubah oleh karepmuloss 24-07-2014 06:04
0
10.8K
Kutip
163
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan