- Beranda
- Komunitas
- Games
- Can You Solve This Game?
Cerita Kasus


TS
kudooo
Cerita Kasus
Misi gan/sis. ane numpang bikin cerita nih. selama ini cuma mantengin CYSTG doang 
disini ane mau menyajikan beberapa kasus dalam bentuk cerita. ada 3 level. EASY, MEDIUM, dan HARD. no reward ya. khusus untuk yg HARD, ada reward nya berupa pulsa senilai 10.000 rupiah bagi agan/sista yg berhasil menjawab kasus ini sebelum hari jum'at, 27 JUNI 2014 PUKUL 17.00 dengan jawaban yg SANGAT LENGKAP.
oke mulai aja ya
Level: Easy (SOLVED)
Level: Medium (SOLVED)
Level: Hard
sekian gan soal dari ane. kalo banyak kesalahan ane mohon maap ya, namanya juga baru hehe.

disini ane mau menyajikan beberapa kasus dalam bentuk cerita. ada 3 level. EASY, MEDIUM, dan HARD. no reward ya. khusus untuk yg HARD, ada reward nya berupa pulsa senilai 10.000 rupiah bagi agan/sista yg berhasil menjawab kasus ini sebelum hari jum'at, 27 JUNI 2014 PUKUL 17.00 dengan jawaban yg SANGAT LENGKAP.
oke mulai aja ya
Level: Easy (SOLVED)
Spoiler for Easy:
Spoiler for 1. Pencuri Dan Sebatang Rokok(SOLVED oleh aryoadhi123:
Pada suatu malam, Joshua ditelepon oleh teman lamanya, Tony. Tony memintanya untuk menemaninya pergi ke kantor polisi untuk memberikan informasi tentang siapa yang telah menjambretnya satu minggu yang lalu. Rupanya polisi telah menangkap beberapa orang yang mencurigakan, diduga salah satu dari mereka adalah pelakunya. Polisi meminta Tony untuk datang untuk melihat siapa kira-kira yang telah menjambret tasnya, karena rupanya pelaku ini juga telah meresahkan warga sekitar karena beberapa aksinya belakangan ini.
“Baiklah, besok aku akan ke rumahmu.” Jawab Joshua mengiyakan.
Keesokan harinya, Joshua pergi ke rumah Tony yang telah menunggunya. Agar tidak buang-buang waktu, mereka pun langsung pergi ke kantor polisi dengan menggunakan mobil Joshua.
Di jalan, Joshua menanyakan kembali tentang kejadian yang telah menimpa temannya itu, meminta Tony untuk menjelaskan detailnya.
“Waktu itu kira-kira pukul 22.05, aku baru pulang kerja dengan berjalan kaki. Saat itu jalanan sangat gelap, tidak ada orang yang melintas di jalanan, jadi aku sendirian. Untuk menghilangkan rasa sepi itu, aku akhirnya menyalakan sebatang rokok. Tidak lama setelah itu, aku melihat seseorang berjalan ke arahku dari ujung jalan. Aku tidak mempunyai firasat apa pun saat itu, aku kira dia orang baik-baik. Setelah dekat, tiba-tiba ia mengambil tas koper yang sedang aku jinjing dengan sangat cepat sehingga aku tersentak. Karenanya, rokok yang sedang aku pegang tidak sengaja mengenai lengannya. Ia sedikit mengaduh, tapi langsung melarikan diri dengan cepatnya. Aku berusaha mengejarnya, namun ia langsung menghilang di belokan. Untuk wajahnya, aku tidak melihatnya karena sangat gelap. Tapi sepertinya ia adalah seorang laki-laki dengan tinggi kurang lebih 180 cm. hanya itu yang aku tahu. Selanjutnya aku serahkan ke polisi.” Jelas Tony.
Joshua hanya manggut-manggut mendengarnya. “Kau juga sih, yang tidak hati hati. Seperti tidak tahu saja New Orleans seperti apa kalau malam.”
Tanpa disadari, mereka ternyata sudah tiba di kantor polisi. Salah seorang polisi mengantarkan mereka ke sebuah ruangan dimana mereka bisa melihat para terduga itu, tapi para terduga itu tidak bisa melihat mereka kerana terhalang oleh kaca khusus, jadi yang para terduga lihat hanya sebuah cermin.
Ada lima orang terduga, mereka berdiri berurutan sesuai nomor yang ada di dadanya. Kemudian Tony mengamatinya satu-persatu. Postur tubuh semuanya mirip dengan orang yang menjambret Tony, namun Tony tidak bisa mengenalinya karena tidak bisa melihat wajahnya waktu itu.
Kemudian Tony melihat ada bekas sundutan rokok di lengan terduga nomor 1, 2, dan 4. Kemudian ia memberitahu polisi di sampingnya bahwa kemungkinan pelakunya adalah terduga nomor 1, 2, dan 4. Kemudian polisi itu melakukan interogasi terpisah terhadap ketiga terduga itu sementara terduga nomor 3 dan 5 diperbolehkan pulang karena terbukti tidak bersalah.
Setelah menunggu selama dua jam, polisi tadi keluar dari ruang interogasi dan memberitahukan hasilnya kepada Joshua dan Toni.
“Interogasi sudah selesai. Mereka semua memiliki alibi yang kuat.” Kata polisi itu.
“Apa alibi mereka, pak?” tanya Joshua.
“Terduga nomor 1 mengatakan bahwa seminggu yang lalu ia sedang membaca novel sendirian di rumahnya. Ia tinggal sendirian karena pada saat itu istrinya sedang mengunjungi orang tuanya di luar kota. Ia mendapatkan sundutan rokok itu karena teman kerjanya tidak sengaja menyundut lengan kanannya ketika temannya sedang meminjam penjepit kertas kepadanya keesokan harinya di kantor.”
“Lalu yang nomor 2?”
“Dia mengatakan bahwa saat kejadian atau malam seminggu yang lalu ia sedang membuat tugas kuliahnya di salah satu rental komputer, karena tugas itu harus dikumpulkan keesokan harinya, sehingga ia terburu-buru mengerjakannya. Dia mendapatkan sundutan rokok ketika ia sedang mencetak tugasnya, penjaga rental itu tidak sengaja menyundut lengannya.”
“Bagaimana dengan yang nomor 4?” tanya Tony.
“Yang nomor 4 beralasan bahwa ia sedang pergi keluar bersama temannya malam itu. Ia mendapatkan sundutan rokok itu ketika sedang mengendarai mobil, ia berhenti di depan supermarket karena temannya yang bersamanya ingin membeli makanan. Saat berhenti, ada seseorang yang sedang mabuk berjalan dekat mobilnya dan dengan sempoyongan orang itu tidak sengaja mengenai lengan kanannya yang sedang bersandar di jendela dengan rokok,”
“Hmm, nampaknya alibi mereka kuat semua, ya. Bagaimana denganmu, Jo?” tanya Tony.
“Sudah jelas ada satu orang yang berbohong, dan aku yakin dialah pelakunya.” Kata Joshua dengan yakin.
Mengapa Joshua bisa berbicara seperti itu?
“Baiklah, besok aku akan ke rumahmu.” Jawab Joshua mengiyakan.
Keesokan harinya, Joshua pergi ke rumah Tony yang telah menunggunya. Agar tidak buang-buang waktu, mereka pun langsung pergi ke kantor polisi dengan menggunakan mobil Joshua.
Di jalan, Joshua menanyakan kembali tentang kejadian yang telah menimpa temannya itu, meminta Tony untuk menjelaskan detailnya.
“Waktu itu kira-kira pukul 22.05, aku baru pulang kerja dengan berjalan kaki. Saat itu jalanan sangat gelap, tidak ada orang yang melintas di jalanan, jadi aku sendirian. Untuk menghilangkan rasa sepi itu, aku akhirnya menyalakan sebatang rokok. Tidak lama setelah itu, aku melihat seseorang berjalan ke arahku dari ujung jalan. Aku tidak mempunyai firasat apa pun saat itu, aku kira dia orang baik-baik. Setelah dekat, tiba-tiba ia mengambil tas koper yang sedang aku jinjing dengan sangat cepat sehingga aku tersentak. Karenanya, rokok yang sedang aku pegang tidak sengaja mengenai lengannya. Ia sedikit mengaduh, tapi langsung melarikan diri dengan cepatnya. Aku berusaha mengejarnya, namun ia langsung menghilang di belokan. Untuk wajahnya, aku tidak melihatnya karena sangat gelap. Tapi sepertinya ia adalah seorang laki-laki dengan tinggi kurang lebih 180 cm. hanya itu yang aku tahu. Selanjutnya aku serahkan ke polisi.” Jelas Tony.
Joshua hanya manggut-manggut mendengarnya. “Kau juga sih, yang tidak hati hati. Seperti tidak tahu saja New Orleans seperti apa kalau malam.”
Tanpa disadari, mereka ternyata sudah tiba di kantor polisi. Salah seorang polisi mengantarkan mereka ke sebuah ruangan dimana mereka bisa melihat para terduga itu, tapi para terduga itu tidak bisa melihat mereka kerana terhalang oleh kaca khusus, jadi yang para terduga lihat hanya sebuah cermin.
Ada lima orang terduga, mereka berdiri berurutan sesuai nomor yang ada di dadanya. Kemudian Tony mengamatinya satu-persatu. Postur tubuh semuanya mirip dengan orang yang menjambret Tony, namun Tony tidak bisa mengenalinya karena tidak bisa melihat wajahnya waktu itu.
Kemudian Tony melihat ada bekas sundutan rokok di lengan terduga nomor 1, 2, dan 4. Kemudian ia memberitahu polisi di sampingnya bahwa kemungkinan pelakunya adalah terduga nomor 1, 2, dan 4. Kemudian polisi itu melakukan interogasi terpisah terhadap ketiga terduga itu sementara terduga nomor 3 dan 5 diperbolehkan pulang karena terbukti tidak bersalah.
Setelah menunggu selama dua jam, polisi tadi keluar dari ruang interogasi dan memberitahukan hasilnya kepada Joshua dan Toni.
“Interogasi sudah selesai. Mereka semua memiliki alibi yang kuat.” Kata polisi itu.
“Apa alibi mereka, pak?” tanya Joshua.
“Terduga nomor 1 mengatakan bahwa seminggu yang lalu ia sedang membaca novel sendirian di rumahnya. Ia tinggal sendirian karena pada saat itu istrinya sedang mengunjungi orang tuanya di luar kota. Ia mendapatkan sundutan rokok itu karena teman kerjanya tidak sengaja menyundut lengan kanannya ketika temannya sedang meminjam penjepit kertas kepadanya keesokan harinya di kantor.”
“Lalu yang nomor 2?”
“Dia mengatakan bahwa saat kejadian atau malam seminggu yang lalu ia sedang membuat tugas kuliahnya di salah satu rental komputer, karena tugas itu harus dikumpulkan keesokan harinya, sehingga ia terburu-buru mengerjakannya. Dia mendapatkan sundutan rokok ketika ia sedang mencetak tugasnya, penjaga rental itu tidak sengaja menyundut lengannya.”
“Bagaimana dengan yang nomor 4?” tanya Tony.
“Yang nomor 4 beralasan bahwa ia sedang pergi keluar bersama temannya malam itu. Ia mendapatkan sundutan rokok itu ketika sedang mengendarai mobil, ia berhenti di depan supermarket karena temannya yang bersamanya ingin membeli makanan. Saat berhenti, ada seseorang yang sedang mabuk berjalan dekat mobilnya dan dengan sempoyongan orang itu tidak sengaja mengenai lengan kanannya yang sedang bersandar di jendela dengan rokok,”
“Hmm, nampaknya alibi mereka kuat semua, ya. Bagaimana denganmu, Jo?” tanya Tony.
“Sudah jelas ada satu orang yang berbohong, dan aku yakin dialah pelakunya.” Kata Joshua dengan yakin.
Mengapa Joshua bisa berbicara seperti itu?
Spoiler for 2. Siapa Yang Minum Minumanku?! (SOLVED oleh intanasara:
Mirna sedang membaca buku ketika terdengar ribut-ribut di luar kelasnya. Ia lantas keluar untuk melihatnya. Ternyata Lia dan Santi sedang bertengkar. Dua orang itu selalu bertengkar bagaimana pun situasinya. Mereka berdua bagai kucing dan tikus yang tidak pernah akur.
“Dasar pencuri! Aku tahu kau yang meminumnya!” teriak Lia.
“Tidak, aku tidak meminumnya!” jawab Santi keras.
“Ada apa ini?” tanya Mirna yang baru datang.
“Ini, Mir, si maling ini telah meminum minumanku. Kalau orang lain tidak apa-apa, tapi aku tidak sudi jika dia yang meminumnya. Apa lagi dia meminumnya tanpa seizinku.” Jawab Lia.
“Tidak benar itu, Mir! Aku tidak melakukannya! Dia berbohong!”
“Aku tidak berbohong!”
Sesaat mereka kembali bertengkar. Kemudian Mirna menghentikan pertengkaran mereka. Mirna berpaling kepada Lia.
“Bisakah kau menceritakan kejadiannya kepadaku?”
Kemudian Lia menjelaskan kejadiannya. “Saat bel istirahat berbunyi, aku langsung pergi ke kantin. Minuman botolan itu aku taruh di meja. Kemudian, saat aku kembali, aku melihat Santi sedang berjalan di dekat mejaku. Kemudian saat aku hendak makan, aku hendak meminum minuman itu. Aku sedikit heran karena segelnya sudah terbuka, apalagi dengan gampangnya tutup botol itu terbuka saat aku memutarnya ke kiri. Saat aku melihat isinya, ternyata isinya tinggal setengah! Betapa jahatnya kau ini, Santi!”
“Aku tidak melakukannya! Aku hanya kebetulan sedang berjalan dekat mejamu saat itu. itu bukan berarti aku meminum minumanmu! Aku saat itu sedang duduk di kelas dan berjalan keluar kelas karena hendak pergi ke kantin ketika kau melihatku berjalan di dekat mejamu. Memangnya kau punya bukti bahwa aku melakukannya?!” bentak Santi.
“Aku memang tidak punya bukti, tapi aku yakin kau yang melakukannya. Hanya kau yang jahat di kelas ini. Apa lagi kau duduk dua meja di belakangku, jadi sangat mungkin kau melakukannya apalagi kelas sedang sepi karena banyak anak-anak yang sedang pergi ke kantin.” jawab Lia dengan kasar.
Kemudian mereka kembali bertengkar.
“Bagaimana ini, Mirna?” tanya Asri yang sedang berdiri di samping Mirna.
“Aku rasa ada yang aneh dalam kasus ini.” jawab Mirna.
Mengapa Mirna bisa mengatakan seperti itu?
“Dasar pencuri! Aku tahu kau yang meminumnya!” teriak Lia.
“Tidak, aku tidak meminumnya!” jawab Santi keras.
“Ada apa ini?” tanya Mirna yang baru datang.
“Ini, Mir, si maling ini telah meminum minumanku. Kalau orang lain tidak apa-apa, tapi aku tidak sudi jika dia yang meminumnya. Apa lagi dia meminumnya tanpa seizinku.” Jawab Lia.
“Tidak benar itu, Mir! Aku tidak melakukannya! Dia berbohong!”
“Aku tidak berbohong!”
Sesaat mereka kembali bertengkar. Kemudian Mirna menghentikan pertengkaran mereka. Mirna berpaling kepada Lia.
“Bisakah kau menceritakan kejadiannya kepadaku?”
Kemudian Lia menjelaskan kejadiannya. “Saat bel istirahat berbunyi, aku langsung pergi ke kantin. Minuman botolan itu aku taruh di meja. Kemudian, saat aku kembali, aku melihat Santi sedang berjalan di dekat mejaku. Kemudian saat aku hendak makan, aku hendak meminum minuman itu. Aku sedikit heran karena segelnya sudah terbuka, apalagi dengan gampangnya tutup botol itu terbuka saat aku memutarnya ke kiri. Saat aku melihat isinya, ternyata isinya tinggal setengah! Betapa jahatnya kau ini, Santi!”
“Aku tidak melakukannya! Aku hanya kebetulan sedang berjalan dekat mejamu saat itu. itu bukan berarti aku meminum minumanmu! Aku saat itu sedang duduk di kelas dan berjalan keluar kelas karena hendak pergi ke kantin ketika kau melihatku berjalan di dekat mejamu. Memangnya kau punya bukti bahwa aku melakukannya?!” bentak Santi.
“Aku memang tidak punya bukti, tapi aku yakin kau yang melakukannya. Hanya kau yang jahat di kelas ini. Apa lagi kau duduk dua meja di belakangku, jadi sangat mungkin kau melakukannya apalagi kelas sedang sepi karena banyak anak-anak yang sedang pergi ke kantin.” jawab Lia dengan kasar.
Kemudian mereka kembali bertengkar.
“Bagaimana ini, Mirna?” tanya Asri yang sedang berdiri di samping Mirna.
“Aku rasa ada yang aneh dalam kasus ini.” jawab Mirna.
Mengapa Mirna bisa mengatakan seperti itu?
Spoiler for jawaban easy:
Level: Medium (SOLVED)
Spoiler for Medium:
Spoiler for Dua Kurcaci dan Klub Sirkus (SOLVED ole AyzulDonny:
Di suatu tempat, terdapat sebuah klub sirkus yang memiliki pertunjukan unggulan yaitu pertunjukan kurcaci. Terdapat beberapa orang kurcaci di klub sirkus itu, termasuk Micah dan Albert. Micah memiliki tubuh terpendek diantara semua kurcaci. Hal itu membuatnya menjadi lebih terkenal dari Albert. Micah juga baik hati. Setiap pertunjukkannya ia selalu memberikan hadiah seperti permen dan cokelat kepada anak-anak yang menonton sehingga penonton pun makin menyukainya. Tidak seperti Micah, Albert bersifat serakah, egois dan dengki. Walau pun ia menghasilkan uang yang lebih sedikit dari Micah, ia selalu mengeluhkan bayaran yang dibayarkan ketua sirkus, George, kepadanya padahal bayaran Albert dengan Micah sama besar. Ia bahkan pernah membentak George karena bayarannya dirasa kurang. Tidak seperti Albert, Micah selalu bersyukur terhadap uang yang diterimanya berapa pun jumlahnya. Hal ini membuat George lebih menyukai Micah ketimbang Albert. Diantara para kurcaci, Albert dan Micah adalah satu-satunya yang mengenakan tudung hijau karena berperan sebagai peran utama sementara kurcaci lain bertudung merah.
Micah adalah orang paling ceria di sirkus. Dia adalah orang yang selalu berpikir positif dan selalu tersenyum. Walau pun ada sesuatu yang membuatnya resah, ia selalu berusaha menyingkirkannya dan tersenyum. Micah juga orang paling bersemangat di sirkus.
Micah memiliki sebuah kebiasaan. Sebelum tidur, ia selalu mengukur tinggi badannya dengan sebuah tongkat yang diberikan George kepadanya untuk mengetahui bahwa ia masih kurcaci terpendek di sirkus itu. Tongkat itu memiliki panjang yang sama dengan tinggi Micah. Setiap hari ia mengukurnya, dan setiap hari pula ia mendapati tingginya sama dengan tongkat.
Para pemain sirkus tinggal di sebuah karavan. Terdapat empat buah karavan. Satu untuk George beserta Alfred si Penelan Api, Jo si Penunggang Banteng, dan kelompok yang menaiki sepeda roda satu di seutas tali yang tergantung di udara. Karavan kedua berisi para kurcaci, para badut dan sebagian pemain yang memecahkan batu bata dengan tangannya dan semacam itu. Sisanya berisi para pemain sirkus lain dan pemain pengiring serta hiburan.
Paginya, pukul 5 pagi, Alfred si Penelan api berniat untuk mengambil obat penghilang luka untuk luka di mulutnya bekas semalam di karavan para kurcaci karena salah satu kurcaci memilikinya. Ditemani sinar bulan yang sangat samar, ia pergi ke karavan.Saat Alfred tiba di karavan itu, semuanya masih tidur karena pagi belum menjelang. Saat itu gelap sekali, karena para kurcaci terlihat mirip, Alfred pun menyalakan lampu. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan Micah tergeletak sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Di lehernya terikat sebuah tali. Di sebelahnya terdapat sebuah bangku yang salah satu kakinya sudah patah. Di sekitarnya juga terdapat serbuk-serbuk kayu. Tidak ada darah, hanya luka lebam di kepalanya. Di sampingnya tergeletak tongkat kayu yang diberikan George kepada Micah.
Alfred pun berlari keluar dan membangunkan George yang masih tertidur. Setelah itu mereka langsung mengecek ke karavan para kurcaci. Dan ternyata benar. Micah telah tewas.
Apa penyebab kematian Micah? Bunuh diri atau dibunuh? Kalau dibunuh, siapa pelakunya dan apa motif serta bagaimana caranya? Kalau bunuh diri, apa alasannya dan bagaimana?
Micah adalah orang paling ceria di sirkus. Dia adalah orang yang selalu berpikir positif dan selalu tersenyum. Walau pun ada sesuatu yang membuatnya resah, ia selalu berusaha menyingkirkannya dan tersenyum. Micah juga orang paling bersemangat di sirkus.
Micah memiliki sebuah kebiasaan. Sebelum tidur, ia selalu mengukur tinggi badannya dengan sebuah tongkat yang diberikan George kepadanya untuk mengetahui bahwa ia masih kurcaci terpendek di sirkus itu. Tongkat itu memiliki panjang yang sama dengan tinggi Micah. Setiap hari ia mengukurnya, dan setiap hari pula ia mendapati tingginya sama dengan tongkat.
Para pemain sirkus tinggal di sebuah karavan. Terdapat empat buah karavan. Satu untuk George beserta Alfred si Penelan Api, Jo si Penunggang Banteng, dan kelompok yang menaiki sepeda roda satu di seutas tali yang tergantung di udara. Karavan kedua berisi para kurcaci, para badut dan sebagian pemain yang memecahkan batu bata dengan tangannya dan semacam itu. Sisanya berisi para pemain sirkus lain dan pemain pengiring serta hiburan.
Paginya, pukul 5 pagi, Alfred si Penelan api berniat untuk mengambil obat penghilang luka untuk luka di mulutnya bekas semalam di karavan para kurcaci karena salah satu kurcaci memilikinya. Ditemani sinar bulan yang sangat samar, ia pergi ke karavan.Saat Alfred tiba di karavan itu, semuanya masih tidur karena pagi belum menjelang. Saat itu gelap sekali, karena para kurcaci terlihat mirip, Alfred pun menyalakan lampu. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan Micah tergeletak sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Di lehernya terikat sebuah tali. Di sebelahnya terdapat sebuah bangku yang salah satu kakinya sudah patah. Di sekitarnya juga terdapat serbuk-serbuk kayu. Tidak ada darah, hanya luka lebam di kepalanya. Di sampingnya tergeletak tongkat kayu yang diberikan George kepada Micah.
Alfred pun berlari keluar dan membangunkan George yang masih tertidur. Setelah itu mereka langsung mengecek ke karavan para kurcaci. Dan ternyata benar. Micah telah tewas.
Apa penyebab kematian Micah? Bunuh diri atau dibunuh? Kalau dibunuh, siapa pelakunya dan apa motif serta bagaimana caranya? Kalau bunuh diri, apa alasannya dan bagaimana?
Spoiler for jawaban medium:
Level: Hard
Spoiler for Hard:
Spoiler for Pembunuhan Tuan Rumah Yang Tidak Ramah:
Suatu malam, David diundang ke rumah bosnya yang sedang merayakan kesuksesannya dalam menaikkan keuntungan perusahaan. Tidak hanya David, beberapa teman kerjanya juga diundang.
Acara dimulai pukul 20.00. Semua datang tepat waktu, tak terkecuali David. Acara dimulai dengan sambutan dari bosnya itu. Sesaat sebelum acara dimulai, David sempat mendengar bosnya memarahi asisten pribadinya, Roger.
“Bagaimana kau bisa melupakan tuxedo yang hendak aku pakai malam ini? itu tuxedo mahal yang aku beli di Paris! Aku ingin terlihat mewah malam ini dan kau mengacaukannya! Dasar asisten tidak berguna! Jangan pernah kau menunjukkan wajahmu kepadaku jika kau belum menyiapkan pakaianku untuk besok! Sekali lagi, kau akan aku pecat!” bentak bosnya.
“Ma, maafkan aku, Tuan. Aku benar-benar lupa. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.” Roger memohon maaf.
“Huh!” Bosnya mendengus kesal. Memang, sejauh yang diketahui David bosnya itu sangat menyebalkan. Dia selalu ingin yang terbaik, bagaimana pun caranya. Dia sering meminta hal-hal yang tidak mungkin kepada Roger. Akibatnya, Roger selalu kewalahan memenuhi permintaan bosnya itu. Ujung-ujungnya Roger selalu dimarahi bosnya karena tidak bisa memenuhi permintaan bosnya.
Akhirnya acara dimulai. David melihat bosnya hanya memakai kemeja putih garis-garis tanpa tuxedo. Acara dimulai dengan sambutan.
“Pertama-tama aku mau berterima kasih kepada semua orang yang telah membawa keuntungan kepada perusahaanku, terutama David yang telah memberikan keuntungan terbesar beberapa bulan terakhir.” Semua bertepuk tangan. David tersipu malu.
“Hei, Jack, cobalah menjadi seperti David. Sejauh yang aku lihat, kau ini tidak berguna. Kau tidak memberikan keuntungan apa pun untuk perusahaanku. Jika seperti ini terus kemungkinan kau akan aku pecat bulan depan. Jujur saja, kau menyedihkan dan tidak berguna. Juga bodoh.” Bosnya tertawa keras sambil mengatakan itu.
Jack yang duduk di samping David terlihat merah padam, entah malu atau geram menahan amarah. Tangannya mengepal-ngepal dibawah meja. David pura-pura tidak melihat. Padahal setahu David, Jack adalah orang yang sangat pintar. Dia adalah kolektor barang antik, jadi ketelitiannya tinggi. Ia hanya sedang kurang beruntung saja. Bahkan pisau belati keberuntungan yang selalu dibawa dan diletakkan di samping pinggang Jack kurang ampuh kali ini.
Kemudian acara dilanjutkan dengan acara makan-makan.
Pembantu bosnya, Mia, datang membawa makanan dan minuman. Saat memberikan segelas minuman berwarna merah kepada bosnya, tanpa sengaja ia menumpahkan minuman itu ke kemeja tuannya itu. sang bos langsung membentaknya.
“Apa yang kau lakukan, pembantu bodoh! Gara-gara kecerobohanmu, kemejaku jadi basah dan kotor! Dasar tidak berguna! Mungkin lebih baik aku menyewa pembantu yang lebih berguna dan lebih pintar daripada kau.”
Mia terus meminta maaf kepada tuannya dan memberikan segelas air putih kepada tuannya. Dan langsung keluar dari ruang makan. Ternyata Mia sangat ceroboh. Sekali lagi, ia menumpahkan minuman yang dibawanya ke baju Jack.
“Maaf, Jack. Aku tidak sengaja, sungguh!” kata Mia memohon maaf sambil berusaha membersihkan minuman yang tumpah di kemeja Jack dengan tangannya.
“Tidak apa-apa. Tapi bagaimana kau tahu namaku Jack?”
“Bos sering membicarakan bawahannya jika di rumah. Tentang Jack, David, Artie, Mark, dan yang lainnya.”
“Apa yang dia bicarakan tentangku?” tanya Jack.
“Dia mengatakan semuanya Jack. Bukan kau saja, tapi tentang semua orang.”
Jack hanya menggangguk-angguk. Ia lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan nodanya sementara Mia keluar dari ruang makan.
Kemudian, bos itu pergi ke kamar untuk mengganti kemejanya. Tak lama setelah itu, Jack kembali dan duduk di samping. Tepat ketika ia duduk terdengar jeritan Roger. David langsung menghampiri sumber suara itu, ternyata dari kamar tidur bosnya.
Di kamarnya, David bisa melihat bosnya tergeletak di lantai bersimbah darah. Sebilah pisau tertancap di punggungnya. Darah menggenangi lantai. Dengan segera para tamu yang hadir riuh melihat keadaan bos mereka.
“Jangan ada yang masuk kesini!” perintah David dengan cepat. Ia tak mau ada orang yang merusak tempat kejadian perkara.
“Ya tuhan, apa yang terjadi?!” tanya Mia dengan cemas ia langsung masuk ke kamar sang bos tanpa mengindahkan perintah David. Roger yang menemukan mayat sang bos sudah berada di dalam kamar sedari tadi.
“Oh tidak!” Jack menjerit ketika melihat keadaan bosnya.
David mengamati kamar bosnya. Tidak ada tanda-tanda perkelahian. Semua ada di tempatnya.
Pelakunya adalah orang yang dikenal bos, pikir David.
“Siapa yang melakukan ini?” tanya Roger.
Saat itu semua orang ada di ruang makan, sementara bos pergi ke kamarnya. Semuanya, kecuali Jack, Mia, dan Roger.
“Jack, Mia, Roger, aku minta kalian menjelaskan apa yang kalian lakukan saat kalian tidak ada di ruang makan?” tanya David.
“Maksudmu, kau menuduh kami?!” Jack terperangah.
“Aku tidak menuduh. Hanya kalian yang tidak ada di ruang makan saat bos pergi ke kamarnya. Jadi kemungkinan pelakunya ada di antara kalian.”
“Bagaimana jika pelakunya adalah orang luar?” Mia mengelak.
“Itu tidak mungkin. Tidak ada bekas perkelahian di kamarnya. Jika pelakunya orang luar, pasti kamar ini berantakan karena ada perkelahian, kan tidak mungkin bos membiarkan orang asing masuk ke kamarnya begitu saja. Bos pasti akan melawan. Pasti pelakunya ada diantara kalian.” Jelas David.
“Aku bukan pelakunya!” kata Roger.
“Jelaskan saja apa yang kau lakukan saat itu.” kata salah satu tamu.
Roger menarik napas panjang. “Saat itu aku sedang menyetrika pakaian untuk bos untuk besok pagi. Aku harus melakukannya saat itu juga agar besok sudah rapi. Bos akan marah sekali jika pakaiannya belum siap. Itu saja.”
“Kau pasti pelakunya! Hanya kau yang paling bebas keluar masuk kamar bos mengingat kau adalah asistennya!” Jack menunjuk-nunjuk. Semua tamu mengangguk setuju.
“Enak saja! Aku tidak melakukannya! Pelakunya pasti Mia! Lihat!” kata Roger sambil menunjuk ke lantai dekat mayat bosnya. Disana ada tulisan ‘MIA’ yang ditulis dengan darah.
“A, a, aku bukan pelakunya! Aku tidak tahu mengapa namaku bisa ada disitu! Saat kejadian aku sedang berada di dapur untuk menyiapkan makanan penutup! Aku bukan pelakunya!” kilah Mia.
David kemudian mengamati mayat sang bos. Ia tengkurap dengan pisau belati tertancap di punggungnya. Ternyata darah yang ada di TKP semua berasal dari punggungnya yang tertusuk itu, sementara bagian tubuh yang lainnya bersih tak berbekas darah.
Tunggu, pikir David sambil mengamati belati itu. Tampak familiar bagi David. Itu seperti.. belati milik Jack!
“Ehm, Jack.” Kata David. “Bukankah, itu pisau keberuntunganmu? Pisau.. yang menancap di punggung bos.”
Semua orang langsung memandang kepada pisau itu. lalu berpaling menatap Jack.
“Tidak! Tidak mungkin! Bukan aku pelakunya! Aku bersumpah, bukan aku pelakunya!” Jack histeris.
“Nah! Pasti kau pelakunya! Itu pisau milikmu! Ditambah tadi kau pergi keluar ruang makan saat kejadian! Kau pasti keluar bukan untuk ke kamar mandi, tapi untuk membunuh bos!” kata Roger. Semua tamu berbisik-bisik.
“Tapi akan aneh jika aku masuk ke kamarnya! Dia bahkan membenciku! Ia pasti langsung teriak jika mendapati aku yang bukan siapa siapanya ini berada di kamarnya!” Kata Jack. “Pelakunya pasti Roger! Hanya dia yang bebas keluar masuk kamar bos karena dia asistennya!”
“Enak saja! Bukan aku yang melakukannya! Bisa saja Mia yang melakukannya karena ia kesal terhadap bos yang selalu memarahinya! Pasti Mia!” Roger membela diri.
“Hei! Kalian semua juga membencinya, kan? Kalian juga punya motif untuk membunuh bos. Terlebih lagi senjata yang digunakan untuk membunuh bos adalah pisau milik Jack! Pasti dia pelakunya!” bentak Mia.
Lalu suasana menjadi ribut. Saling tuduh-menuduh tak terhindarkan, sementara para tamu juga berisik mengira-ngira siapa pelakunya.
David bingung. Siapakah pelakunya? Sejauh ini meteka bertiga memiliki motif yang kuat, namun alibi mereka juga kuat, meski masih sedikit diragukan.
David berpikir keras. Setelah mencerna semua hal dari awal pesta hingga saat ini, David menyadari ada suatu keganjilan. Kemudian ia tersadar.
“Dasar licik. Kau telah memperdaya dan menipu kami semua!” teriak David kepada salah satu terduga tersangka itu.
Siapakah orangnya? Mengapa? Kapan? Bagaimana? Mengapa dua orang lainnya bukan merupakan pelakunya, mengingat mereka semua memiliki motif, alasan, dan kesempatan yang sama?
Acara dimulai pukul 20.00. Semua datang tepat waktu, tak terkecuali David. Acara dimulai dengan sambutan dari bosnya itu. Sesaat sebelum acara dimulai, David sempat mendengar bosnya memarahi asisten pribadinya, Roger.
“Bagaimana kau bisa melupakan tuxedo yang hendak aku pakai malam ini? itu tuxedo mahal yang aku beli di Paris! Aku ingin terlihat mewah malam ini dan kau mengacaukannya! Dasar asisten tidak berguna! Jangan pernah kau menunjukkan wajahmu kepadaku jika kau belum menyiapkan pakaianku untuk besok! Sekali lagi, kau akan aku pecat!” bentak bosnya.
“Ma, maafkan aku, Tuan. Aku benar-benar lupa. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.” Roger memohon maaf.
“Huh!” Bosnya mendengus kesal. Memang, sejauh yang diketahui David bosnya itu sangat menyebalkan. Dia selalu ingin yang terbaik, bagaimana pun caranya. Dia sering meminta hal-hal yang tidak mungkin kepada Roger. Akibatnya, Roger selalu kewalahan memenuhi permintaan bosnya itu. Ujung-ujungnya Roger selalu dimarahi bosnya karena tidak bisa memenuhi permintaan bosnya.
Akhirnya acara dimulai. David melihat bosnya hanya memakai kemeja putih garis-garis tanpa tuxedo. Acara dimulai dengan sambutan.
“Pertama-tama aku mau berterima kasih kepada semua orang yang telah membawa keuntungan kepada perusahaanku, terutama David yang telah memberikan keuntungan terbesar beberapa bulan terakhir.” Semua bertepuk tangan. David tersipu malu.
“Hei, Jack, cobalah menjadi seperti David. Sejauh yang aku lihat, kau ini tidak berguna. Kau tidak memberikan keuntungan apa pun untuk perusahaanku. Jika seperti ini terus kemungkinan kau akan aku pecat bulan depan. Jujur saja, kau menyedihkan dan tidak berguna. Juga bodoh.” Bosnya tertawa keras sambil mengatakan itu.
Jack yang duduk di samping David terlihat merah padam, entah malu atau geram menahan amarah. Tangannya mengepal-ngepal dibawah meja. David pura-pura tidak melihat. Padahal setahu David, Jack adalah orang yang sangat pintar. Dia adalah kolektor barang antik, jadi ketelitiannya tinggi. Ia hanya sedang kurang beruntung saja. Bahkan pisau belati keberuntungan yang selalu dibawa dan diletakkan di samping pinggang Jack kurang ampuh kali ini.
Kemudian acara dilanjutkan dengan acara makan-makan.
Pembantu bosnya, Mia, datang membawa makanan dan minuman. Saat memberikan segelas minuman berwarna merah kepada bosnya, tanpa sengaja ia menumpahkan minuman itu ke kemeja tuannya itu. sang bos langsung membentaknya.
“Apa yang kau lakukan, pembantu bodoh! Gara-gara kecerobohanmu, kemejaku jadi basah dan kotor! Dasar tidak berguna! Mungkin lebih baik aku menyewa pembantu yang lebih berguna dan lebih pintar daripada kau.”
Mia terus meminta maaf kepada tuannya dan memberikan segelas air putih kepada tuannya. Dan langsung keluar dari ruang makan. Ternyata Mia sangat ceroboh. Sekali lagi, ia menumpahkan minuman yang dibawanya ke baju Jack.
“Maaf, Jack. Aku tidak sengaja, sungguh!” kata Mia memohon maaf sambil berusaha membersihkan minuman yang tumpah di kemeja Jack dengan tangannya.
“Tidak apa-apa. Tapi bagaimana kau tahu namaku Jack?”
“Bos sering membicarakan bawahannya jika di rumah. Tentang Jack, David, Artie, Mark, dan yang lainnya.”
“Apa yang dia bicarakan tentangku?” tanya Jack.
“Dia mengatakan semuanya Jack. Bukan kau saja, tapi tentang semua orang.”
Jack hanya menggangguk-angguk. Ia lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan nodanya sementara Mia keluar dari ruang makan.
Kemudian, bos itu pergi ke kamar untuk mengganti kemejanya. Tak lama setelah itu, Jack kembali dan duduk di samping. Tepat ketika ia duduk terdengar jeritan Roger. David langsung menghampiri sumber suara itu, ternyata dari kamar tidur bosnya.
Di kamarnya, David bisa melihat bosnya tergeletak di lantai bersimbah darah. Sebilah pisau tertancap di punggungnya. Darah menggenangi lantai. Dengan segera para tamu yang hadir riuh melihat keadaan bos mereka.
“Jangan ada yang masuk kesini!” perintah David dengan cepat. Ia tak mau ada orang yang merusak tempat kejadian perkara.
“Ya tuhan, apa yang terjadi?!” tanya Mia dengan cemas ia langsung masuk ke kamar sang bos tanpa mengindahkan perintah David. Roger yang menemukan mayat sang bos sudah berada di dalam kamar sedari tadi.
“Oh tidak!” Jack menjerit ketika melihat keadaan bosnya.
David mengamati kamar bosnya. Tidak ada tanda-tanda perkelahian. Semua ada di tempatnya.
Pelakunya adalah orang yang dikenal bos, pikir David.
“Siapa yang melakukan ini?” tanya Roger.
Saat itu semua orang ada di ruang makan, sementara bos pergi ke kamarnya. Semuanya, kecuali Jack, Mia, dan Roger.
“Jack, Mia, Roger, aku minta kalian menjelaskan apa yang kalian lakukan saat kalian tidak ada di ruang makan?” tanya David.
“Maksudmu, kau menuduh kami?!” Jack terperangah.
“Aku tidak menuduh. Hanya kalian yang tidak ada di ruang makan saat bos pergi ke kamarnya. Jadi kemungkinan pelakunya ada di antara kalian.”
“Bagaimana jika pelakunya adalah orang luar?” Mia mengelak.
“Itu tidak mungkin. Tidak ada bekas perkelahian di kamarnya. Jika pelakunya orang luar, pasti kamar ini berantakan karena ada perkelahian, kan tidak mungkin bos membiarkan orang asing masuk ke kamarnya begitu saja. Bos pasti akan melawan. Pasti pelakunya ada diantara kalian.” Jelas David.
“Aku bukan pelakunya!” kata Roger.
“Jelaskan saja apa yang kau lakukan saat itu.” kata salah satu tamu.
Roger menarik napas panjang. “Saat itu aku sedang menyetrika pakaian untuk bos untuk besok pagi. Aku harus melakukannya saat itu juga agar besok sudah rapi. Bos akan marah sekali jika pakaiannya belum siap. Itu saja.”
“Kau pasti pelakunya! Hanya kau yang paling bebas keluar masuk kamar bos mengingat kau adalah asistennya!” Jack menunjuk-nunjuk. Semua tamu mengangguk setuju.
“Enak saja! Aku tidak melakukannya! Pelakunya pasti Mia! Lihat!” kata Roger sambil menunjuk ke lantai dekat mayat bosnya. Disana ada tulisan ‘MIA’ yang ditulis dengan darah.
“A, a, aku bukan pelakunya! Aku tidak tahu mengapa namaku bisa ada disitu! Saat kejadian aku sedang berada di dapur untuk menyiapkan makanan penutup! Aku bukan pelakunya!” kilah Mia.
David kemudian mengamati mayat sang bos. Ia tengkurap dengan pisau belati tertancap di punggungnya. Ternyata darah yang ada di TKP semua berasal dari punggungnya yang tertusuk itu, sementara bagian tubuh yang lainnya bersih tak berbekas darah.
Tunggu, pikir David sambil mengamati belati itu. Tampak familiar bagi David. Itu seperti.. belati milik Jack!
“Ehm, Jack.” Kata David. “Bukankah, itu pisau keberuntunganmu? Pisau.. yang menancap di punggung bos.”
Semua orang langsung memandang kepada pisau itu. lalu berpaling menatap Jack.
“Tidak! Tidak mungkin! Bukan aku pelakunya! Aku bersumpah, bukan aku pelakunya!” Jack histeris.
“Nah! Pasti kau pelakunya! Itu pisau milikmu! Ditambah tadi kau pergi keluar ruang makan saat kejadian! Kau pasti keluar bukan untuk ke kamar mandi, tapi untuk membunuh bos!” kata Roger. Semua tamu berbisik-bisik.
“Tapi akan aneh jika aku masuk ke kamarnya! Dia bahkan membenciku! Ia pasti langsung teriak jika mendapati aku yang bukan siapa siapanya ini berada di kamarnya!” Kata Jack. “Pelakunya pasti Roger! Hanya dia yang bebas keluar masuk kamar bos karena dia asistennya!”
“Enak saja! Bukan aku yang melakukannya! Bisa saja Mia yang melakukannya karena ia kesal terhadap bos yang selalu memarahinya! Pasti Mia!” Roger membela diri.
“Hei! Kalian semua juga membencinya, kan? Kalian juga punya motif untuk membunuh bos. Terlebih lagi senjata yang digunakan untuk membunuh bos adalah pisau milik Jack! Pasti dia pelakunya!” bentak Mia.
Lalu suasana menjadi ribut. Saling tuduh-menuduh tak terhindarkan, sementara para tamu juga berisik mengira-ngira siapa pelakunya.
David bingung. Siapakah pelakunya? Sejauh ini meteka bertiga memiliki motif yang kuat, namun alibi mereka juga kuat, meski masih sedikit diragukan.
David berpikir keras. Setelah mencerna semua hal dari awal pesta hingga saat ini, David menyadari ada suatu keganjilan. Kemudian ia tersadar.
“Dasar licik. Kau telah memperdaya dan menipu kami semua!” teriak David kepada salah satu terduga tersangka itu.
Siapakah orangnya? Mengapa? Kapan? Bagaimana? Mengapa dua orang lainnya bukan merupakan pelakunya, mengingat mereka semua memiliki motif, alasan, dan kesempatan yang sama?
Spoiler for jawaban yang hard:
sekian gan soal dari ane. kalo banyak kesalahan ane mohon maap ya, namanya juga baru hehe.

Diubah oleh kudooo 09-07-2014 06:09
0
7.6K
Kutip
136
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan