

TS
AceOfTheSilver
[Fanfic]Baka To Test To Shoukanjuu: Another
Permisi gan, nubi nyoba bkin fanfic. 
Fanfic ini terinspirasi dari.. ngelamun pas di kelas. Tiba2 ide buat fanfic dateng dan gw lgsg bkin ceritanya
Please critique and sugest
"Panas.." Keluhku.
Peluhku bercucuran dengan deras. Aku menyapunya dengan sapu tangan berwarna putih dengan corak hati yang berwarna merah.
Mungkin suhunya sekitar 32 derajat celcius..
Kulihat ke atas, tidak ada awan. Yg berarti aku tidak bisa berharap hujan tiba2 turun.
Tetapi aku juga tidak mau hujan turun. Tidak. Tidak hari ini, karena hari ini adalah hari ulang tahun hubungan kami.
Aku hanya bisa berjalan ke tempatnya berada dan berharap matahari memberi keringanan pada insan kecil ini.
Kususuri trotoar sambil menahan panas. ah jalan ini.. "Brings back beautiful memories, huh?", kataku dalam hati.
Jalan di mana kita dan teman2 pergi ke pemandian air panas sehabis membersihkan kolam renang sekolah, jalan di mana kita tertawa bersama, jalan yang memberikan kebahagiaan padaku setiap kali melihatmu..
Ya
Aku tidak akan pernah melupakan itu. Tidak akan pernah. Bahkan jika Matahari terbit dari barat sekalipun.
Aku tidak akan melupakan senyumnya, perbuatan bodohnya, ejekannya, teriakannya sewaktu kabur dari FFF, semuanya.
Terutama..
Gerbang kuilnya mulai terlihat di kejauhan. Ya, di dalam kompleks kuil itu dia tinggal.
Selagi tenggelam dalam pikiranku, kakiku secara otomatis membawaku ke tempatnya berada. Tidak mengherankan, karena aku sudah mengunjungi tempat ini hampir setiap hari. Hujan, cerah, musim semi, panas, gugur, dingin, bahkan badai pun pernah aku lewati demi menemuinya.
Semuanya aku lakukan karena.. Aku mencintainya..
"Hontouni Baka", ucapku sambil tersenyum.
Aku melangkahkan kakiku memasuki komplek kuil.
Telepon genggamku yg sedang dicas di pojok kamar tiba2 bergetar.
Dengan malas aku bangun dari bantal dudukku yg nyaman, lalu mengambil telepon genggamku.
Tertera tulisan di layar telepon genggamku.
Yoshii Akihisa
Receiving Message
"Eh, SMS dari Aki? Tumben sekali, ada apa ya?", tanyaku dalam hati.
"Aku mau bicara sama kamu, bisa datang ke kamar aku ga?", tertera di layar telepon genggamku ketika aku klik pesannya.
"Tidak masalah. Tp kenapa malam2 begini?", jawabku dengan mengetik keypad dengan cepat. Yak, terkirim!
Tidak sampai dua menit menunggu, telepon genggamku bergetar lagi menandakan ada SMS masuk.
"Kenapa? Karena cinta lah!"
Eh?
.
..
...
EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHH????!!!
Tunggu, tunggu dulu! Ini pasti sebuah kesalahan! Aku segera mengecek siapa yg mengirim SMS tersebut.
Tulisan "Yoshii Akihisa" tertera dengan sangat jelas di kolom nama pengirim. Tidak bisa dipungkiri kalau yg mengirim SMS tersebut adalah Aki sendiri.
Tapi kenapa begitu tiba2? Apakah dia mau mempermainkan aku?
Tidak.
Tidak mungkin Aki mempermainkan aku dengan cara seperti itu. Berarti satu2nya kemungkinan cuma..
"Liebe Geständnis?", kataku pelan dalam Bahasa Jerman yang artinya pengakuan cinta.
Jantungku yg tadi berdetak dgn kencang sekarang tambah menjadi2. Aku bisa merasakan mukaku merah merona.
Sial! Aku tidak bisa berpikir dgn lurus! Isi SMS itu, Aki, serta perasaanku padanya berputar2 dgn kencang di dalam kepala sampai aku pusing.
Ya, aku memang menyukainya.
Tapi aku tidak pernah berpikir kalau dia akan menyatakan cinta kepadaku, apalagi menyatakan cintanya di training camp ini..
Kubaca lagi pelan2 SMS dari Aki tersebut. Tanganku bergetar dgn hebat karena gugup sehingga SMS-nya nyaris tidak bisa kubaca.
"Kenapa? Karena cinta lah!"
Tidak salah lagi, ini adalah Love confession
Nafasku menjadi berat. Dadaku sesak.
Tapi.. Ada yg mengganjal di hatiku. Aku benar2 tidak puas hanya dengan SMS saja. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar Aki tengah malam nanti untuk menanyakan kebenarannya. Untuk mendengarkan pengakuan cintanya secara langsung. Untuk.. menemuinya..
Aku melipat kembali telepon genggamku, mencoloknya dgn chargeran, lalu pergi, meninggalkan telepon genggamku yang berwarna jingga.
Aku berjalan melewati jalan setapak melewati batu2 berbentuk aneh yg berjejer dgn rapi, melihat ke kanan dan ke kiri.
Bunyi kumbang minyak yg berisik menandakan musim panas sedang berlangsung. Panas.. Tapi aku harus kuat. Sebentar lagi aku akan bertemu dgn kekasihku yg teramat kucintai.
Sudah 2 tahun berlalu sejak kau mengucapkan "Aku.. mencintaimu, Minami" kepadaku. Sebuah kalimat yang hanya terdiri dari tiga kata, tetapi mempunyai beribu2 perasaan yg terkandung di dalamnya.
Cinta, benci, kebahagiaan, kecemburuan, tertawa, menangis, kesenangan, penderitaan, dll.
tiga kata tersebut bisa menjadi air terjun yg dingin dan segar.
Bisa juga menjadi pisau belati yg sangat panas dan beracun.
Ya
Itu semua benar.
Efek tiga kata itu memang nyata. Bukan hanya isapan jempol belaka yg dicanangkan oleh anak SMU yg sedang dalam masa pubertas.
Apakah aku menyesal telah mencintainya?
Entahlah.
Itu salah satu pertanyaan yg tidak bisa kutemukan jawabannya. Atau lebih tepatnya tidak ingin kujawab.
Aku tahu aku sedang berlari, dan berlari tidak akan menyelesaikan masalah.
Tapi..
Aku takut
Takut jika hatiku terluka.
Takut jika hatinya terluka.
Takut jika hati teman baikku terluka.
Ya
Jika aku tidak mencintainya dari awal, semua ini tidak akan terjadi.
Ya, semuanya.
Kenangan indah, perasaan bahagia, tertawa, menangis, benci, deg2an, takut akan kehilangan dirinya.
Bahkan aku menjadi seperti sekarang berkat dia.
Jika aku tidak ikut Hazuki, adiku tersayang, ke Jepang, apakah aku akan masih seperti ini?
Jika aku tidak dimasukan ke kelas 1-D dan bertemu dengannya, apakah aku akan berada di sini?
Jika nilai Bahasa Jepang Modernku tinggi, apakah aku akan melewati setiap hari bersamanya?
Tidak
Aku bersyukur bisa bertemu dengannya.
Aku bersyukur menjadi temannya.
Dan aku bersyukur.. menyukainya.
Sekali lagi, kakiku melangkah ke tempatnya tanpa aku komando.
"Apa yang ingin kau katakan?", kataku membuka percakapan.
Di hadapanku, Aki sedang berdiri dengan gugupnya. Himeji jg berdiri di sampingku, kelihatan bingung.
Ketika bel istirahat pertama berbunyi, Aki mendatangi mejaku dan mengajakku ke atap sekolah. Dari raut mukanya terlihat kalau dia sedang bingung.
Tapi yang tidak aku sangka ternyata Himeji juga ikut.
Ada apa ini?
"Sebenarnya SMS yang aku kirim ke kamu sewaktu training camp itu.."
Aku kaget.
Entah kenapa, tiba2 aku tidak ingin mendengar kelanjutannya.
Tidak.
Aku benar2 tidak ingin mendengar kelanjutannya.
Aku berharap apa yang aku takutkan tidak terjadi. Tidak menjadi kenyataan.
"Sebenarnya itu.. Itu cuma salah paham"
Tidak
Tidak
Kau bercanda kan?
Kau betul2 bercanda kan?
Apa yang kau katakan tadi hanya bohong belaka kan?
Tidak
Dia tidak bercanda.
Ya
Ketakutanku
berubah menjadi kenyataan.
Kenyataan yang sangat beracun.
Kenyataan yang lebih sakit daripada pecut pari atau tentakel ubur2.
Semua impian
Harapan
Kebahagiaan
Semuanya
Runtuh total
Menjadi debu
Sia-sia belaka
Rasanya aku ingin meletakan pistol di dalam mulut lalu menekan pelatuknya.
Jatuh dari puncak Menara Tokyo.
Mengiris urat nadiku.
Apapun,
Aku
Hanya ingin mati
Percumakah
Ciuman pertamaku?
Perasaan bahagiaku ketika aku menerima SMS pengakuan cinta darimu?
Percumakah
Semuanya?
"Tidak.."
"Ap-"
"AKU BILANG TIDAK!!"
Aku berteriak sekuat tenaga. Akihisa langsung mundur tiga langkah. Raut mukanya yang gugup telah berubah.
Kaget, takut, bingung, tidak percaya tergambar dengan jelas di matanya yang berwarna coklat.
Himeji juga sangat kaget. Secara refleks dia langsung memegang pundakku.
"Minami, ada apa?", suara Himeji mencoba menenangkanku. Seluruh tubuhku masih bergetar karena kemarahan yang begitu hebat.
"IDIOT! BODOH! Kenapa.. Kenapa kau begitu bodoh?!" raungku dengan suara serak.
Aku tersungkur jatuh
Pandanganku berair.
Air mataku menetes ke lantai tidak terkontrol.
Aku.. menangis?
Ya
Aku menangisi nasibku
Hidupku
Cintaku yang bertepuk sebelah tangan
Semuanya
Tidak
Aku tidak mau
Aku tidak rela
Tidak rela rasa cintaku kepadanya berakhir
Mengenaskan
Menyedihkan
Tercabik2
Hancur total menjadi pasir
Sambil mengusap air mataku dari pipi dengan tangan, aku berusaha berdiri dengan sempoyongan.
Dibantu oleh Himeji, akhirnya aku bisa berdiri dengan mantap.
Mataku masih berair, tetapi air mataku sudah berhenti keluar.
Sekitar 4 meter di hadapan ku berdiri seorang anak SMU Fumizuki. Berambut coklat muda. Jago masak. Benar2 Bodoh dalam segala hal. Baik. Orang yang dengan tulus menjadi teman pertamaku di Jepang.
Dan yang paling penting, Orang yang benar2 kucintai.
Seluruh keraguan
Ketakutan
Penolakan
Emosi
Kesedihan
Dan perasaan2 negatif lainnya
Hilang total ketika kulihat wajahnya yang lugu
Aku menguatkan tekad, tahu bahwa jika gagal, aku tidak akan bisa kembali lagi, berapapun usaha yang akan kulakukan.
Aku tidak mau lari lagi. Aku sudah capek berlari.
Aku menarik nafas yang dalam, lalu menghembuskannya.
Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, aku mengucapkan tiga kata.
Tiga kata yang mengubah takdirku selamanya.

Fanfic ini terinspirasi dari.. ngelamun pas di kelas. Tiba2 ide buat fanfic dateng dan gw lgsg bkin ceritanya

Please critique and sugest

PART I
The Begining
The Begining
Spoiler for "Part I":
Quote:
"Panas.." Keluhku.
Peluhku bercucuran dengan deras. Aku menyapunya dengan sapu tangan berwarna putih dengan corak hati yang berwarna merah.
Mungkin suhunya sekitar 32 derajat celcius..
Kulihat ke atas, tidak ada awan. Yg berarti aku tidak bisa berharap hujan tiba2 turun.
Tetapi aku juga tidak mau hujan turun. Tidak. Tidak hari ini, karena hari ini adalah hari ulang tahun hubungan kami.
Aku hanya bisa berjalan ke tempatnya berada dan berharap matahari memberi keringanan pada insan kecil ini.
Kususuri trotoar sambil menahan panas. ah jalan ini.. "Brings back beautiful memories, huh?", kataku dalam hati.
Jalan di mana kita dan teman2 pergi ke pemandian air panas sehabis membersihkan kolam renang sekolah, jalan di mana kita tertawa bersama, jalan yang memberikan kebahagiaan padaku setiap kali melihatmu..
Ya
Aku tidak akan pernah melupakan itu. Tidak akan pernah. Bahkan jika Matahari terbit dari barat sekalipun.
Aku tidak akan melupakan senyumnya, perbuatan bodohnya, ejekannya, teriakannya sewaktu kabur dari FFF, semuanya.
Terutama..
Gerbang kuilnya mulai terlihat di kejauhan. Ya, di dalam kompleks kuil itu dia tinggal.
Selagi tenggelam dalam pikiranku, kakiku secara otomatis membawaku ke tempatnya berada. Tidak mengherankan, karena aku sudah mengunjungi tempat ini hampir setiap hari. Hujan, cerah, musim semi, panas, gugur, dingin, bahkan badai pun pernah aku lewati demi menemuinya.
Semuanya aku lakukan karena.. Aku mencintainya..
"Hontouni Baka", ucapku sambil tersenyum.
Aku melangkahkan kakiku memasuki komplek kuil.
========================================
Telepon genggamku yg sedang dicas di pojok kamar tiba2 bergetar.
Dengan malas aku bangun dari bantal dudukku yg nyaman, lalu mengambil telepon genggamku.
Tertera tulisan di layar telepon genggamku.
Yoshii Akihisa
Receiving Message
"Eh, SMS dari Aki? Tumben sekali, ada apa ya?", tanyaku dalam hati.
"Aku mau bicara sama kamu, bisa datang ke kamar aku ga?", tertera di layar telepon genggamku ketika aku klik pesannya.
"Tidak masalah. Tp kenapa malam2 begini?", jawabku dengan mengetik keypad dengan cepat. Yak, terkirim!
Tidak sampai dua menit menunggu, telepon genggamku bergetar lagi menandakan ada SMS masuk.
"Kenapa? Karena cinta lah!"
Eh?
.
..
...
EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHH????!!!
Tunggu, tunggu dulu! Ini pasti sebuah kesalahan! Aku segera mengecek siapa yg mengirim SMS tersebut.
Tulisan "Yoshii Akihisa" tertera dengan sangat jelas di kolom nama pengirim. Tidak bisa dipungkiri kalau yg mengirim SMS tersebut adalah Aki sendiri.
Tapi kenapa begitu tiba2? Apakah dia mau mempermainkan aku?
Tidak.
Tidak mungkin Aki mempermainkan aku dengan cara seperti itu. Berarti satu2nya kemungkinan cuma..
"Liebe Geständnis?", kataku pelan dalam Bahasa Jerman yang artinya pengakuan cinta.
Jantungku yg tadi berdetak dgn kencang sekarang tambah menjadi2. Aku bisa merasakan mukaku merah merona.
Sial! Aku tidak bisa berpikir dgn lurus! Isi SMS itu, Aki, serta perasaanku padanya berputar2 dgn kencang di dalam kepala sampai aku pusing.
Ya, aku memang menyukainya.
Tapi aku tidak pernah berpikir kalau dia akan menyatakan cinta kepadaku, apalagi menyatakan cintanya di training camp ini..
Kubaca lagi pelan2 SMS dari Aki tersebut. Tanganku bergetar dgn hebat karena gugup sehingga SMS-nya nyaris tidak bisa kubaca.
"Kenapa? Karena cinta lah!"
Tidak salah lagi, ini adalah Love confession
Nafasku menjadi berat. Dadaku sesak.
Tapi.. Ada yg mengganjal di hatiku. Aku benar2 tidak puas hanya dengan SMS saja. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar Aki tengah malam nanti untuk menanyakan kebenarannya. Untuk mendengarkan pengakuan cintanya secara langsung. Untuk.. menemuinya..
Aku melipat kembali telepon genggamku, mencoloknya dgn chargeran, lalu pergi, meninggalkan telepon genggamku yang berwarna jingga.
========================================
Aku berjalan melewati jalan setapak melewati batu2 berbentuk aneh yg berjejer dgn rapi, melihat ke kanan dan ke kiri.
Bunyi kumbang minyak yg berisik menandakan musim panas sedang berlangsung. Panas.. Tapi aku harus kuat. Sebentar lagi aku akan bertemu dgn kekasihku yg teramat kucintai.
Sudah 2 tahun berlalu sejak kau mengucapkan "Aku.. mencintaimu, Minami" kepadaku. Sebuah kalimat yang hanya terdiri dari tiga kata, tetapi mempunyai beribu2 perasaan yg terkandung di dalamnya.
Cinta, benci, kebahagiaan, kecemburuan, tertawa, menangis, kesenangan, penderitaan, dll.
tiga kata tersebut bisa menjadi air terjun yg dingin dan segar.
Bisa juga menjadi pisau belati yg sangat panas dan beracun.
Ya
Itu semua benar.
Efek tiga kata itu memang nyata. Bukan hanya isapan jempol belaka yg dicanangkan oleh anak SMU yg sedang dalam masa pubertas.
Apakah aku menyesal telah mencintainya?
Entahlah.
Itu salah satu pertanyaan yg tidak bisa kutemukan jawabannya. Atau lebih tepatnya tidak ingin kujawab.
Aku tahu aku sedang berlari, dan berlari tidak akan menyelesaikan masalah.
Tapi..
Aku takut
Takut jika hatiku terluka.
Takut jika hatinya terluka.
Takut jika hati teman baikku terluka.
Ya
Jika aku tidak mencintainya dari awal, semua ini tidak akan terjadi.
Ya, semuanya.
Kenangan indah, perasaan bahagia, tertawa, menangis, benci, deg2an, takut akan kehilangan dirinya.
Bahkan aku menjadi seperti sekarang berkat dia.
Jika aku tidak ikut Hazuki, adiku tersayang, ke Jepang, apakah aku akan masih seperti ini?
Jika aku tidak dimasukan ke kelas 1-D dan bertemu dengannya, apakah aku akan berada di sini?
Jika nilai Bahasa Jepang Modernku tinggi, apakah aku akan melewati setiap hari bersamanya?
Tidak
Aku bersyukur bisa bertemu dengannya.
Aku bersyukur menjadi temannya.
Dan aku bersyukur.. menyukainya.
Sekali lagi, kakiku melangkah ke tempatnya tanpa aku komando.
========================================
"Apa yang ingin kau katakan?", kataku membuka percakapan.
Di hadapanku, Aki sedang berdiri dengan gugupnya. Himeji jg berdiri di sampingku, kelihatan bingung.
Ketika bel istirahat pertama berbunyi, Aki mendatangi mejaku dan mengajakku ke atap sekolah. Dari raut mukanya terlihat kalau dia sedang bingung.
Tapi yang tidak aku sangka ternyata Himeji juga ikut.
Ada apa ini?
"Sebenarnya SMS yang aku kirim ke kamu sewaktu training camp itu.."
Aku kaget.
Entah kenapa, tiba2 aku tidak ingin mendengar kelanjutannya.
Tidak.
Aku benar2 tidak ingin mendengar kelanjutannya.
Aku berharap apa yang aku takutkan tidak terjadi. Tidak menjadi kenyataan.
"Sebenarnya itu.. Itu cuma salah paham"
Tidak
Tidak
Kau bercanda kan?
Kau betul2 bercanda kan?
Apa yang kau katakan tadi hanya bohong belaka kan?
Tidak
Dia tidak bercanda.
Ya
Ketakutanku
berubah menjadi kenyataan.
Kenyataan yang sangat beracun.
Kenyataan yang lebih sakit daripada pecut pari atau tentakel ubur2.
Semua impian
Harapan
Kebahagiaan
Semuanya
Runtuh total
Menjadi debu
Sia-sia belaka
Rasanya aku ingin meletakan pistol di dalam mulut lalu menekan pelatuknya.
Jatuh dari puncak Menara Tokyo.
Mengiris urat nadiku.
Apapun,
Aku
Hanya ingin mati
Percumakah
Ciuman pertamaku?
Perasaan bahagiaku ketika aku menerima SMS pengakuan cinta darimu?
Percumakah
Semuanya?
"Tidak.."
"Ap-"
"AKU BILANG TIDAK!!"
Aku berteriak sekuat tenaga. Akihisa langsung mundur tiga langkah. Raut mukanya yang gugup telah berubah.
Kaget, takut, bingung, tidak percaya tergambar dengan jelas di matanya yang berwarna coklat.
Himeji juga sangat kaget. Secara refleks dia langsung memegang pundakku.
"Minami, ada apa?", suara Himeji mencoba menenangkanku. Seluruh tubuhku masih bergetar karena kemarahan yang begitu hebat.
"IDIOT! BODOH! Kenapa.. Kenapa kau begitu bodoh?!" raungku dengan suara serak.
Aku tersungkur jatuh
Pandanganku berair.
Air mataku menetes ke lantai tidak terkontrol.
Aku.. menangis?
Ya
Aku menangisi nasibku
Hidupku
Cintaku yang bertepuk sebelah tangan
Semuanya
Tidak
Aku tidak mau
Aku tidak rela
Tidak rela rasa cintaku kepadanya berakhir
Mengenaskan
Menyedihkan
Tercabik2
Hancur total menjadi pasir
Sambil mengusap air mataku dari pipi dengan tangan, aku berusaha berdiri dengan sempoyongan.
Dibantu oleh Himeji, akhirnya aku bisa berdiri dengan mantap.
Mataku masih berair, tetapi air mataku sudah berhenti keluar.
Sekitar 4 meter di hadapan ku berdiri seorang anak SMU Fumizuki. Berambut coklat muda. Jago masak. Benar2 Bodoh dalam segala hal. Baik. Orang yang dengan tulus menjadi teman pertamaku di Jepang.
Dan yang paling penting, Orang yang benar2 kucintai.
Seluruh keraguan
Ketakutan
Penolakan
Emosi
Kesedihan
Dan perasaan2 negatif lainnya
Hilang total ketika kulihat wajahnya yang lugu
Aku menguatkan tekad, tahu bahwa jika gagal, aku tidak akan bisa kembali lagi, berapapun usaha yang akan kulakukan.
Aku tidak mau lari lagi. Aku sudah capek berlari.
Aku menarik nafas yang dalam, lalu menghembuskannya.
Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, aku mengucapkan tiga kata.
Tiga kata yang mengubah takdirku selamanya.
0
7.9K
Kutip
35
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan