- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jangan Main-Main dengan Jempol [kekuatan sosial media]


TS
kang507
Jangan Main-Main dengan Jempol [kekuatan sosial media]
lagi iseng buka fb, malah nemu artikel unik bin kocak soal "jempol" di facebook,,
rada panjang tapi baca aja ampe abis, ga nyesel dah
Beberapa waktu lalu, anak saya genap berusia 4 tahun. Sebenarnya sejak kecil saya sudah dididik oleh orang tua untuk tidak menganggap ulang tahun sebagai sesuatu yang sakral dan perlu dirayakan besar-besaran, mengingat waktu saya kecil dulu keluarga kami memang bukan tergolong keluarga yang mengalami keberuntungan dalam hal finansial *buset, mau bilang kere aja susah banget*
Atas dasar itu, maka saya juga ingin menanamkan pada anak saya hasil didikan kakek-neneknya. Ini bukan masalah pelit, tapi masalah prinsip. Beda loh yah? *ngeles.com*
Pada tahun-tahun sebelumnya, rasanya cukup bagi saya mengajak anak saya makan-makan di luar atau rekreasi ke tempat wisata. Gak ada perayaan yang mengharuskan mengundang teman ataupun kewajiban memberi hadiah spesial. Tapi dasar anak-anak, akibat pergaulan dan mungkin keseringan mendapat undangan ulang tahun dari teman-teman sepermainannya, maka proteslah ia pada hari jadinya yang sekarang. Karena gak ingin dicap sebagai orang tua yang egois, ya pikir saya gak apa-apalah sekali ini saja memanjakan anak dengan tawaran hadiah.
Saat iseng-iseng basa-basi bertanya apa hadiah spesial yang kira-kira ia inginkan? “RANJANG HELLO KITTY..!” pekiknya langsung tanpa kompromi. Mampus dah, terbersit rasa sesal sudah berbasa-basi dengan anak-anak. Padahal saya berharap ia menjawab sepeda, baju, atau apalah kira-kira yang masih sepadan dengan pendapatan karyawan kelas sudra.
Gak kehabisan akal, saya coba tawar-tawaran dulu, mengajaknya bermain dalam sebuah permainan iseng, di mana saya akan menyanggupi permintaannya dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Dengan berlagak Roro Jonggrang pada Bandung Bondowoso, saya memberi syarat padanya, harus mengumpulkan 500 jempol Facebook untuk menukarnya dengan hadiah tertinggi yang ia inginkan. Apakah saya tega? Ah, nggak juga. Saya pikir ini masih dalam batas wajar. Untuk mendapatkan sesuatu, ya harus ada usaha dulu dong. Saya memang menyayangi anak saya dengan cara yang gak mainstream. Lagi pula ia menyanggupi tantangan yang saya tawarkan.
Sebenarnya saya sengaja mengambil standar 500 jempol, mengingat dalam sejarah saya Facebook-an belum pernah sekalipun mendapat 500 jempol dalam sebuah postingan. Paling banyak ya 200-an lah. Jadi saya pun santai-santai saja. Hihihi… *ketawa licik*
Hingga akhirnya terposting-lah foto berikut ini di laman Facebook saya, sehari sebelum ulang tahunnya.
![Jangan Main-Main dengan Jempol [kekuatan sosial media]](https://dl.kaskus.id/assets.kompasiana.com/statics/files/2014/02/1393320642748744230.jpg)
Di luar dugaan, postingan ini jadi viral dan membentuk jaringan yang luar biasa cepat persebarannya. Bahkan ada seorang kawan yang iseng membagikan foto ini ke grup facebook Room For Children. Saya menduga andil member di grup inilah hingga postingan itu mendapatkan donasi jempol yang terus beranak-pinak.
Hingga postingan ini saya tulis, jumlah jempol terus mengalir hingga mencapai 1.315, hampir tiga kali lipat dari standar tinggi yang saya tawarkan, padahal hari ulang tahunnya sudah lewat. Saat foto itu saya perlihatkan, anak saya tersenyum puas, dan saya juga ikut tersenyum, tapi lemas.
![Jangan Main-Main dengan Jempol [kekuatan sosial media]](https://dl.kaskus.id/assets.kompasiana.com/statics/files/2014/02/13933207321272122060.jpg)
Esok harinya, demi menjaga pencitraan sebagai bapak yang keren, saya menguras isi ATM dengan tangan yang gemetar, dan mengajaknya ziarah ke toko furniture. Hiks..
Dan seperti di foto bawah inilah endingnya.
![Jangan Main-Main dengan Jempol [kekuatan sosial media]](https://dl.kaskus.id/assets.kompasiana.com/statics/files/2014/02/1393320799677088152.jpg)
hikmah kisah di atas :
- jangan pernah ngeremehin anak jaman sekarang
- ati2 ngasih tantangan soal banyak2an jempol di sosial media kalo ente ga mau ketiban pulung
- yang terpenting --> Hati-hati dengan kekuatan sosial media
Updateane baru tau ternyata Arham Kendari sesepuh kaskuser juga

ada yang punya pengalaman hampir sama juga di fb :
ada lanjutannya lagi gan,,
rada panjang tapi baca aja ampe abis, ga nyesel dah

Spoiler for kekuatan sosmed:
Beberapa waktu lalu, anak saya genap berusia 4 tahun. Sebenarnya sejak kecil saya sudah dididik oleh orang tua untuk tidak menganggap ulang tahun sebagai sesuatu yang sakral dan perlu dirayakan besar-besaran, mengingat waktu saya kecil dulu keluarga kami memang bukan tergolong keluarga yang mengalami keberuntungan dalam hal finansial *buset, mau bilang kere aja susah banget*
Atas dasar itu, maka saya juga ingin menanamkan pada anak saya hasil didikan kakek-neneknya. Ini bukan masalah pelit, tapi masalah prinsip. Beda loh yah? *ngeles.com*
Pada tahun-tahun sebelumnya, rasanya cukup bagi saya mengajak anak saya makan-makan di luar atau rekreasi ke tempat wisata. Gak ada perayaan yang mengharuskan mengundang teman ataupun kewajiban memberi hadiah spesial. Tapi dasar anak-anak, akibat pergaulan dan mungkin keseringan mendapat undangan ulang tahun dari teman-teman sepermainannya, maka proteslah ia pada hari jadinya yang sekarang. Karena gak ingin dicap sebagai orang tua yang egois, ya pikir saya gak apa-apalah sekali ini saja memanjakan anak dengan tawaran hadiah.
Saat iseng-iseng basa-basi bertanya apa hadiah spesial yang kira-kira ia inginkan? “RANJANG HELLO KITTY..!” pekiknya langsung tanpa kompromi. Mampus dah, terbersit rasa sesal sudah berbasa-basi dengan anak-anak. Padahal saya berharap ia menjawab sepeda, baju, atau apalah kira-kira yang masih sepadan dengan pendapatan karyawan kelas sudra.
Gak kehabisan akal, saya coba tawar-tawaran dulu, mengajaknya bermain dalam sebuah permainan iseng, di mana saya akan menyanggupi permintaannya dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Dengan berlagak Roro Jonggrang pada Bandung Bondowoso, saya memberi syarat padanya, harus mengumpulkan 500 jempol Facebook untuk menukarnya dengan hadiah tertinggi yang ia inginkan. Apakah saya tega? Ah, nggak juga. Saya pikir ini masih dalam batas wajar. Untuk mendapatkan sesuatu, ya harus ada usaha dulu dong. Saya memang menyayangi anak saya dengan cara yang gak mainstream. Lagi pula ia menyanggupi tantangan yang saya tawarkan.
Sebenarnya saya sengaja mengambil standar 500 jempol, mengingat dalam sejarah saya Facebook-an belum pernah sekalipun mendapat 500 jempol dalam sebuah postingan. Paling banyak ya 200-an lah. Jadi saya pun santai-santai saja. Hihihi… *ketawa licik*
Hingga akhirnya terposting-lah foto berikut ini di laman Facebook saya, sehari sebelum ulang tahunnya.
![Jangan Main-Main dengan Jempol [kekuatan sosial media]](https://dl.kaskus.id/assets.kompasiana.com/statics/files/2014/02/1393320642748744230.jpg)
Di luar dugaan, postingan ini jadi viral dan membentuk jaringan yang luar biasa cepat persebarannya. Bahkan ada seorang kawan yang iseng membagikan foto ini ke grup facebook Room For Children. Saya menduga andil member di grup inilah hingga postingan itu mendapatkan donasi jempol yang terus beranak-pinak.
Hingga postingan ini saya tulis, jumlah jempol terus mengalir hingga mencapai 1.315, hampir tiga kali lipat dari standar tinggi yang saya tawarkan, padahal hari ulang tahunnya sudah lewat. Saat foto itu saya perlihatkan, anak saya tersenyum puas, dan saya juga ikut tersenyum, tapi lemas.
![Jangan Main-Main dengan Jempol [kekuatan sosial media]](https://dl.kaskus.id/assets.kompasiana.com/statics/files/2014/02/13933207321272122060.jpg)
Esok harinya, demi menjaga pencitraan sebagai bapak yang keren, saya menguras isi ATM dengan tangan yang gemetar, dan mengajaknya ziarah ke toko furniture. Hiks..
Dan seperti di foto bawah inilah endingnya.
![Jangan Main-Main dengan Jempol [kekuatan sosial media]](https://dl.kaskus.id/assets.kompasiana.com/statics/files/2014/02/1393320799677088152.jpg)
hikmah kisah di atas :
Spoiler for hikmah:
- jangan pernah ngeremehin anak jaman sekarang

- ati2 ngasih tantangan soal banyak2an jempol di sosial media kalo ente ga mau ketiban pulung

- yang terpenting --> Hati-hati dengan kekuatan sosial media

Updateane baru tau ternyata Arham Kendari sesepuh kaskuser juga


Spoiler for AK:
Spoiler for semur:
ada yang punya pengalaman hampir sama juga di fb :
Spoiler for buka:
Quote:
Original Posted By kuroisu99►adeknya unyu gan 
sama kek pengalaman ane nih, tapi ga serius sih punya ane.
berawal dari keisengan ane update status yg menceritakan kegalauan diri saat membayangkan wajahnya (ebuset ikut2an gaje ane
).
banyak temen2 ane yg komen status ane, soalnya uda pada tau cewek inceran ane. di tengah perjalanan komen nih status, ane berkoar "yg komen ke 100 bakal ane tembak langsung cium." pikir ane yah boro2 ke 100, ada yg komen apdet ane aja ane uda seneng.
waktu semakin berlalu dan ane liat cewek inceran ane ga komen nih status, jadinya ya ane pikir cuman buat iseng2an ane ama temen ane. tiap ada yg komen ane bales dan ane ga pernah sengaja dopost komen biar cepet 100, tapi nyatanya ane liat uda komeng ke 95. ane mikir diit lagi nih, siapa ya kira2? ya tujuannya sih buat seru2an. kl cewek ya tar ane rayu2 dan gombal2in, kl cowok ya apes bakal ane bully2.
disini komen dah mulai seret (tau kali itu komen mau ke 100 pada ngabur gamau ane cium
). mungkin berhenti cuman ampe sini aja pikir ane.
dan ternyata dua hari kemudian di komeng ke 96 itu inceran ane gan tb2 muncul
ane pikir cuman komeng sekali paling. trus ane bales, tb2 dia bales lagi, terus, ampe akhirnya komeng yg ke 100 itu cewek inceran ane gan. seneng+malu+bingung mau digimanain nih. setelah komeng ke 100 temen2 ane bejibun langsung nagih (abis 100 aja langsung pada komen wkwk).
ane langsung minta maaf ama orangnya, soalnya ane cuman gokil2an ama temen2 ane. dianya bilang "gpp, udah tau kok aku". mamposs jadi selama ini dia ngikutin perjalanan status ane? terus obrolan ane ama temen2 tentang dia juga dia tau? rasanya dah pengen jatuhin diri ke kolam renang gan
cerita selanjutnya rahasia ah

sama kek pengalaman ane nih, tapi ga serius sih punya ane.

berawal dari keisengan ane update status yg menceritakan kegalauan diri saat membayangkan wajahnya (ebuset ikut2an gaje ane

banyak temen2 ane yg komen status ane, soalnya uda pada tau cewek inceran ane. di tengah perjalanan komen nih status, ane berkoar "yg komen ke 100 bakal ane tembak langsung cium." pikir ane yah boro2 ke 100, ada yg komen apdet ane aja ane uda seneng.
waktu semakin berlalu dan ane liat cewek inceran ane ga komen nih status, jadinya ya ane pikir cuman buat iseng2an ane ama temen ane. tiap ada yg komen ane bales dan ane ga pernah sengaja dopost komen biar cepet 100, tapi nyatanya ane liat uda komeng ke 95. ane mikir diit lagi nih, siapa ya kira2? ya tujuannya sih buat seru2an. kl cewek ya tar ane rayu2 dan gombal2in, kl cowok ya apes bakal ane bully2.


dan ternyata dua hari kemudian di komeng ke 96 itu inceran ane gan tb2 muncul

ane langsung minta maaf ama orangnya, soalnya ane cuman gokil2an ama temen2 ane. dianya bilang "gpp, udah tau kok aku". mamposs jadi selama ini dia ngikutin perjalanan status ane? terus obrolan ane ama temen2 tentang dia juga dia tau? rasanya dah pengen jatuhin diri ke kolam renang gan

cerita selanjutnya rahasia ah

ada lanjutannya lagi gan,,
Quote:
Original Posted By kuroisu99►
ok gan, btw dispoiler aja gan, panjang soalnya.
haha ane malu gan mau lanjutin lagi, soalnya kek ngisi diary gini. uda lama kok cerita ini sekitar 2 taunan
PERHATIAN: cerita ini berdasarkan kisah nyata saya. kemiripan tokoh atau kejadian hanya merupakan ilusi semata
flashback dikit. dah, setelah komen ke 102 dia ga komen lagi. dalem hati apa sengaja ya, jangan2 dia juga naruh hati ama ane, dan dia senyum2 waktu komen yg ke 100 (Ge eR mode:ON). rasa khawatir mulai muncul, inget koar2 ane ke temen2 ane. ane liat jam uda pukul 12 malem. ah bodo ah, mending buat tidur aja.
bener dugaan ane. keesokan harinya jam 7 pagi ane cek status langsung 4 orang komen nagih koar2 ane. ada yg bilang "dah siap ane rekam nih", "hayoo, ini komen yg ke 106, itung aja yg ke 100 siapa", "ngakak guling2. ayo cium sana". sial. yg bisa ane lakukan cuman ngeles aja ke temen2, bilang ane cuman bercanda. ga nyangka komen bisa ampe 100an lebih.
malemnya liat status lagi eh inceran ane komen lagi. ane langsung buru2 minta maaf bener, tp ga dibales komen ane di fesbuk. langsung ane sms aja dia. dia cuman bilang "gapapa, ak udah tau kok". berarti? ah yaudah lah. tapi ane tetep pengen ganti janji yg ane koar2in itu dengan sesuatu yg real, tp ga malu2in. masih dalam mode mikir keras.
oiya bentar lagi kan ultahnya dia, sebagai permintaan maaf ane, ane mau kasih hadiah aja. cincin, kue, boneka, pernak pernik? uda terlalu mainstream. ane kasih boneka kertas yg ane bikin sendiri, mukanya ane ganti pake mukanya dia. perfect. jelek? biarin yg penting unik.
bener deh pas ultahnya ane kasih, dianya cuman ngakak, kocak katanya. gile kek gitu aja dah bikin jantung ane berdebar2
singkat cerita ane dah ga kontak2an lagi ama dia. dia juga uda punya pacar ga lama setelah kejadian itu. bukan karena ane ga berani atau dah ga suka lagi ama dia, tapi ane takut pacaran. soalnya rawan perzinaan (ane memproteksi diri gan, serius ini).
-THE END-
kl ada temen ane yg baca malu banget ane
ok gan, btw dispoiler aja gan, panjang soalnya.
haha ane malu gan mau lanjutin lagi, soalnya kek ngisi diary gini. uda lama kok cerita ini sekitar 2 taunan

PERHATIAN: cerita ini berdasarkan kisah nyata saya. kemiripan tokoh atau kejadian hanya merupakan ilusi semata

flashback dikit. dah, setelah komen ke 102 dia ga komen lagi. dalem hati apa sengaja ya, jangan2 dia juga naruh hati ama ane, dan dia senyum2 waktu komen yg ke 100 (Ge eR mode:ON). rasa khawatir mulai muncul, inget koar2 ane ke temen2 ane. ane liat jam uda pukul 12 malem. ah bodo ah, mending buat tidur aja.
bener dugaan ane. keesokan harinya jam 7 pagi ane cek status langsung 4 orang komen nagih koar2 ane. ada yg bilang "dah siap ane rekam nih", "hayoo, ini komen yg ke 106, itung aja yg ke 100 siapa", "ngakak guling2. ayo cium sana". sial. yg bisa ane lakukan cuman ngeles aja ke temen2, bilang ane cuman bercanda. ga nyangka komen bisa ampe 100an lebih.
malemnya liat status lagi eh inceran ane komen lagi. ane langsung buru2 minta maaf bener, tp ga dibales komen ane di fesbuk. langsung ane sms aja dia. dia cuman bilang "gapapa, ak udah tau kok". berarti? ah yaudah lah. tapi ane tetep pengen ganti janji yg ane koar2in itu dengan sesuatu yg real, tp ga malu2in. masih dalam mode mikir keras.
oiya bentar lagi kan ultahnya dia, sebagai permintaan maaf ane, ane mau kasih hadiah aja. cincin, kue, boneka, pernak pernik? uda terlalu mainstream. ane kasih boneka kertas yg ane bikin sendiri, mukanya ane ganti pake mukanya dia. perfect. jelek? biarin yg penting unik.
bener deh pas ultahnya ane kasih, dianya cuman ngakak, kocak katanya. gile kek gitu aja dah bikin jantung ane berdebar2

singkat cerita ane dah ga kontak2an lagi ama dia. dia juga uda punya pacar ga lama setelah kejadian itu. bukan karena ane ga berani atau dah ga suka lagi ama dia, tapi ane takut pacaran. soalnya rawan perzinaan (ane memproteksi diri gan, serius ini).
-THE END-
kl ada temen ane yg baca malu banget ane

Diubah oleh kang507 02-03-2014 16:41
0
7.8K
Kutip
97
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan