Jaringnews.com- Gedung Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Jepara dari pagi hingga menjelang petang mengepulkan asap. Belasan ibu-ibu nampak riuh. Pemandangan ini tidak seperti biasanya yang nampak lengang.

Ya, ibu-ibu muslimah kaum NU dan jemaat Gereja Injil Tanah Jawa (GITJ) Jepara sedang memasak untuk para korban bencana banjir di wilayah Kabupaten Jepara yang masih bertahan di pengungsian. Di sela-sela kesibukan memasak dan membungkus 3.000 nasi, perbincangan hangat terjadi antara dua pemeluk agama berbeda itu.

Pendeta Muda GITJ Jepara Danang Kristiawan menyampaikan, musibah bencan yang melanda Kabupaten Jepara sejak pekan lalu hingga saat ini dapat dijadikan sebagai momentum pertaubatan sosial. Yaitu taubat kepada sesama makhluk. Tak perlu lagi ada sekat-sekat sosial dan terkotak-kotakan oleh keyakinan.

“Bencana memanggil orang untuk tobat sosial. Yaitu tobat pada sesama, membangun kerukunan dan persaudaraan sebagai bangsa manusia. Dan tobat pada lingkungan dengan memelihara alam, bukan mengeksploitasinya,” ujar Danang, Kamis (30/1/2014) di gedung PC NU Jepara.

“Bencana seharusnya jadi titik balik untuk menumbuhkan keramahan kepada sesama dan kepada alam,” tandas Danang kepada Jaringnews.com.

Keterlibatan ibu-ibu jemaat GITJ di dapur umum PC NU Jepara sudah sejak kemarin, Rabu (29/1/2014). Itu karena Danang melihat ibu-ibu yang memasak dan membungkus nasi untuk korban banjir kewalahan. Pasalnya nasi bukungkus yang haris disiapkan cukup banyak. Masing-masing untuk Desa Dorang 700 porsi, Desa Mayong 750 porsi, Desa Wealahan 1.000 porsi, dan Desa Sowan 500 porsi.

“Dalam berbagai kesempatan NU juga menegaskan membntu semua golongan, tidak hanya kelompok NU saja, jadi kami sambut ini dengan bersama mendukungnya,” pungkas Danang.
(Rhs / Mys)


--------------------------------


damailah negeriku, jayalah indonesiaku