RAHASIA SUKSES INDRA SJAFRI MENANGANI TIMNAS U-19 INDONESIA
TS
zieahmad
RAHASIA SUKSES INDRA SJAFRI MENANGANI TIMNAS U-19 INDONESIA
Indra Sjafri merupakan sosok yang pas untuk menjelaskan bagaimana mantra Man Jadda Wa Jadda, barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka pasti akan berhasil. Petuah Islam yang biasa diajarkan di pesantren dan begitu populer setelah novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi menjadi novel laris. Sama seperti sang penulis novel, Indra Sjafri juga berasal dari tanah Minang. Tepatnya, di Lubuk Nyiur, Batang Kapas, Sumatera Barat.
Spoiler for Kesungguhan Hati yang Membuahkan Nikmat Tak Terkira:
Pria berusia 50 tahun yang lahir pada 2 Februari 1963 ini tidak meraih kesuksesan dengan mudah. Ada banyak rintangan yang menghambat. Dirinya sendiri mungkin tidak akan menyangka kini menjadi sosok yang paling dihormati di sepak bola Indonesia.
Sebagai orang yang mencintai sepak bola sedari anak-anak, Indra Sjafri mencoba peruntungan sebagai pemain sepak bola. Pada medio 1980-an dia bermain untuk PSP Padang. Antara 1983-1991 dia bermain untuk klub kebanggaan orang Padang tersebut.
Berposisi sebagai gelandang, Indra Sjafri tidak terlalu bersinar sebagai pemain. PSP Padang menjadi satu-satunya klub yang dibela. Tidak pernah dipanggil membela tim nasional. Dia hanya pernah masuk membela tim pra PON Sumatera Barat di tahun 1985. Sederhananya, sebagai pesepakbola, Indra Sjafri kurang memiliki karir yang hebat untuk ukuran nasional. Indra Sjafri lantas bekerja di PT Pos Indonesia setelah gantung sepatu.
Merasa tidak bisa jauh dari sepak bola, Indra Sjafri kemudian mengambil kursus kepelatihan. Ketekunannya untuk menambah ilmu membuatnya memiliki lisensi kepelatihan dari AFC. Dia pun kemudian diangkat sebagai instruktur dan pemandu bakat PSSI sejak Mei 2009.
Kesibukan barunya di PSSI jelas membuatnya jauh dari keluarga. Tetapi, menurut penuturan Indra Sjafri, istrinya, Temi Indrayani dan kedua anaknya, Aryandra Andaru dan Diandra Aryandari terus memberi dukungan untuk mengembangkan karir kepelatihannya. Bahkan menurut Indra, kedua anaknya, lebih bangga dirinya menjadi pelatih timnas dibanding sebagai kepala kantor Pos. Dukungan keluarga inilah yang kemudian memantapkan hati Indra Sjafri untuk serius mengembangkan karir kepelatihannya, termasuk kemudian pindah tempat tinggal ke Yogyakarta.
Spoiler for Menolak Pemain Titipan, Mencari Pemain ke Pelosok Negeri:
Tidak ada jalan lapang menuju kesuksesan. Jalanan yang ditempuh oleh Indra Sjafri begitu terjal. Menjadi instruktur dan pemandu bakat di PSSI yang belum punya program jelas menyulitkan kerjanya. Idealismenya untuk mengembangkan bakat pemain muda juga pelatih muda sering terhambat dengan ketidakjelasan program pembinaan di tubuh PSSI sendiri.
Inilah yang kemudian membuatnya mengambil langkah berani untuk berkeliling Indonesia dengan merogoh uang pribadi dan membuat program sendiri. Hal seperti ini bukan tanpa risiko, Indra bisa saja dituduh tidak menghormati PSSI dan lain sebagainya. Dan memang begitulah yang lantas terjadi. Dia pun sempat diberhentikan sementara sebagai pelatih meskipun kemudian PSSI kembali mempercayainya untuk melatih timnas U-19.
Indra merupakan sosok pelatih ideal yang memang ingin mencari pemain yang akan diasuhnya sendiri. Dia menolak dengan keras pemain titipan atau pemain yang dipilih bukan oleh dirinya. Dia memang memakai lima pemain dari SAD, tetapi pemain SAD tersebut tetap diseleksi oleh Indra Sjafri, tidak diambil begitu saja. Dia tidak mau mengulangi kegagalannya di Piala AFC 2010 lantaran pemain yang ada di skuatnya kala itu bukan pemain pilihannya. Dia lebih memilih mengeluarkan lebih banyak energi untuk mencari pemain dibanding hanya menerima pemain yang dipilih oleh orang lain.
Bersama dengan Rudy Priyambada, asistennya di timnas U-19 yang membantu di bidang analisis statistik dan strategi, Indra pergi ke Alor di Nusa Tenggara Timur Di Alor ini kemudian dia menemukan bakat Yabes Malafani, putra asli Alor yang menjadi salah satu penyerang sayap berbakat di tubuh timnas U-19.
Dia juga ke Muara Teweh. Kota kecil yang menjadi ibukota Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Untuk mencapai kota ini sangat sulit dan butuh perjalanan panjang. Dari Jakarta menempuh perjalanan udara ke Banjarmasin. Dari Banjarmasin masih perlu waktu sekitar 10 jam perjalanan darat.
Indra juga masih berkunjung ke tempat lainnya yang tersebar di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lainnya. Secara keseluruhan dia sudah mengunjungi 43 Kabupaten/Kota Madya di negeri yang luas ini.
Selain mencari pemain muda berbakat, Indra Sjafri juga membantu mengembangkan kualitas pelatih lokal di daerah yang ia kunjungi. Di daerah-daerah kecil biasanya sulit didapati kursus kepelatihan. Kedatangan Indra Sjafri tentu dimanfaatkan untuk juga menggelar kursus kepelatihan. Program yang kemudian disambut dengan antusias oleh banyak pelatih lokal. Di Muara Teweh selepas Indra Sjafri berkunjung, kini sudah ada sekolah sepak bola.
Jadi, walaupun berstatus sebagai pelatih timnas, Indra Sjafri tidak serta merta meninggalkan amanah sebagai instruktur kepelatihan PSSI. Sembari mencari pemain, Indra juga memberikan pelatihan layaknya instruktur. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampau, begitu peribahasa yang nampaknya pas dengan apa yang dilakukan oleh Indra Sjafri.
Spoiler for Lebih dari Sekadar Juara:
Sejauh Indra Sjafri diberi kepercayaan melatih timnas kelompok umur (pernah melatih timnas U-12, U-16, U-17 dan U-19) Indonesia sudah menjuarai The HKFA (Hongkong Football Association) International Youth Tournament U-17, The HKFA U-19, Piala AFF U-19, serta berhasil lolos ke Piala Asia U-19.
Indonesia juara, tetapi apa yang sudah dilakukan oleh Indra Sjafri lebih dari sekadar memberi gelar juara bagi Indonesia. Dia memberi banyak hal. Memberi pembelajaran bagi kita semua bagaimana menerjemahkan kata Indonesia itu sendiri. Dia berkeliling nusantara dan bagaimana membangun timnas Indonesia yang sesungguhnya. Indonesia bukan hanya terdiri dari Jakarta dan kota besar lainnya. Indonesia juga melingkupi daerah kecil seperti Alor dan Muara Teweh. Mungkin banyak dari kita yang tidak kenal dengan Muara Teweh hingga akhirnya kota ini menjadi salah satu bahasan ketika membicarakan Indra Sjafri dan timnas U-19.
Indra Sjafri juga memberi kita semua teladan bagaimana untuk mencapai mimpi. Mimpinya memberi gelar juara Indonesia ditempuh dengan jalan yang begitu terjal. Namun, berkat kesungguhan hati dan tindakan, dia berhasil mewujudkannya. Dia memberi kita asa bahwa Indonesia memang benar-benar bisa menorehkan prestasi cemerlang. Terima kasih Indra Sjafri, semoga semangatmu menular ke setiap elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun bangsa ini.
Sumber : [url]http://id.olahraga.yahoo.comS E N S O Rarena/indra-sjafri--jika-ada-kesungguhan-di-situ-ada-jalan-115832749.html[/url]
Semoga aja Timnas U-19 ini tidak mengikuti jejak seniornya yang jadi bintang iklan Sosis N kacang
Kalo agan2 berkenan timpuk ane Coz Ane Aus bgt Gan...