Seorang bocah perempuan berinisial RR (11), memilih mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di rumahnya, Jalan Kharuddin Nasution, RT01/RW03, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru, Provinsi Riau.
Ibu kandungnya, Murniati (40), seorang pembantu rumah tangga ini mengatakan, penyebab korban bunuh diri karena permintaannya untuk dibelikan sepeda baru tidak dipenuhi. Padahal, janda empat anak itu baru saja membelikan sepeda baru.
"Beberapa hari yang lalu. Dia (korban) minta dibelikan sepeda. Saya belikan sepeda bekas. Namun, tidak cocok karena ketinggian. Dia minta belikan yang baru. Saya belikan. Namun, belum saya bilang. Rencananya, hari ini saya mau kasih sepeda itu. Sudah saya pesan tadi saat saya mau pergi kerja. Tapi, dia sudah meninggal," ungkap Ibunda sembari menghapus air mata kepada wartawan di lokasi kejadian, Senin (23/9) kemarin.
Kejadian tersebut pertama kali diketahui oleh adik kandung korban sekitar pukul 10.00 WIB. Melihat hal itu, adik kandung korban lalu memberitahu kakak korban Vika. "Kemudian saya langsung ke rumah. Awalnya saya tak percaya, ternyata benar. Kemudian saya panggil pekerja bangunan. Sempat dilarikan ke RS Mesra," ujarnya.
Quote:
TEMPO.CO , Pekanbaru:Seorang murid kelas 3 Sekolah Dasar, Ramona Ratuliu tewas tergantung di seutas tali ayunan di rumahnya di Jalan Kaharudin Nasution, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru, Riau, Senin 23 September 2013. Vika, 20 tahun, yang pertama kali menemukan tubuh Mona, 11 tahun yang tergantung itu pun kaget bukan kepalang.
"Tidak ada firasat apa pun yang aneh-aneh, dia biasa saja, orangnya ceria," ujarnya, kepada Tempo, Selasa, 24 September 2013.
Kata Vika, saat ditemukan, jasad Mona sudah terkulai dengan leher terlilit tali ayunan. Mona sempat dilarikan ke rumah sakit, namun sayang ternyata korban sudah tak bernyawa.
Orang tua korban Sumiyati (43) menuturkan, dirinya tidak merasakan firasat apapun sebelum anaknya meninggal. Sumiyanti mengenal anaknya itu sebagai sosok yang manja, lemah lembut dan penyayang.
"Namun Mona meliliki sifat gampang tersinggung. Apa yang dimintanya harus dipenuhi," katanya, kepada Tempo, saat ditemui di rumah duka, Selasa, 24 September 2013.
Hanya saja kata Sumiyati, sebelumnya korban sempat meminta dibelikan sepeda baru. Namun Sumiyati tidak menyanggupi permintaan korban, kendati demikian, Sumiyati tetap membelikan sepeda bekas untuk anaknya tersebut dengan harga Rp 300 ribu.
"Saya bilang ke dia (korban), tidak ada uang untuk beli sepeda baru, gaji yang setiap bulan hanya cukup untuk makan," ujarnya.
Sang Ibu Sumiati adalah seorang janda, suaminya meninggal 9 tahun silam. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dia bekerja sebagai tukang cuci dan menyetrika pakaian.
Meski dibelikan sepeda bekas kata Sumiyati, Mona terlihat senang, dia menerima saja pemberian orang tua--nya itu. Ia bermain sepeda seharian dari pagi hingga siang hari.
"Saking senangnya, dia bergaya pakai baju baru warna pink saat main sepeda," ujarnya.
Seusai main sepeda, Mona mengeluhkan kesulitan memakai sepeda, sebab sepeda yang dibeli itu terlalu besar untuknya. Saat itu Mona lagi-lagi meminta belikan sepeda baru, namun Sumiyanti menyuruh agar sepeda itu ditukar saja, diganti dengan sepeda yang lebih kecil.
Selain soal sepeda kata Sumiyanti, pihak sekolah tempat Mona menimba ilmu meminta akte kelahiran dan kartu keluarga. Lalu Mona meminta kepada ibunya untuk dibuatkan akte kelahiran dan kartu keluarga itu. Lagi-lagi Sumiyanti tidak menyanggupi, karena tidak memiliki uang untuk mengurus surat-surat itu.
"Bukannya tidak mau buatkan akte dan KK, tapi kita tidak punya uang, disini mengurus akte dan kartu keluarga bisa satu jutaan," ujarnya.
Namun Sumiyanti meyakini anaknya sengaja gantung diri bukan karena permintaan yang tidak dipenuhi. Ia menduga, Mona tewas karena kecelakaan saat bermain ayunan dengan dua orang adiknya, Nabila (4) dan Viky (9). Dalam kesehariannya saat bermain, Mona selalu menakut-nakuti adiknya dengan berlagak pura-pura mati.
"Bisa saja dia (korban), bercanda-canda seperti ingin gantung diri untuk menakut-nakuti adiknya, namun naas kursi yang ia gunakan itu terjatuh," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Bukit Raya, AKP Dedi Gusryadi mengatakan, saat ini polisi masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi, dugaan sementara, korban memang murni tewas karena gantung diri. "Hasil visum yang dilakukan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban," ujarnya, saat ditemui Tempo di ruang kerjanya.