Mobil murah ramah lingkungan yang biasa disebut LCGC (Low Cost Green Car) resmi beredar di pasaran. Harga termurah mobil ini ialah Rp 78 juta dari pabrikan Daihatsu.

Mobil ini digadang-gadang merupakan mobil hemat bahan bakar. Keunggulan ini menjadi jawaban atas masalah subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) negara. Pasalnya, mobil ini akan diharamkan menggunakan premium atau BBM subsidi.

"Mobil itu nanti akan diwajibkan pakai non subsidi. Sedang kami bicarakan nanti siapa yang buat peraturannya," kata Menteri Perindustrian, M.S Hidayat di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (12/9).

Keharusan menggunakan BBM non subsidi juga merangsang mesin mobil agar tidak cepat rusak. Bahkan Hidayat menyebut jika mobil baru ini menggunakan premium akan cepat rusak.

"Sebagai mobil baru kalau kamu pakai premium dua tahun juga rusak. (Harus pakai Pertamax)," tutupnya singkat.

Sebelumnya, pengguna mobil murah ramah lingkungan akan diwajibkan menggunakan bahan bakar dengan oktan 92 ke atas atau dalam hal ini Pertamax. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Industri Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi.

"Peraturannya (LCGC) akan segera terbit. Pemerintah akan mengatur bahwa spesifikasi mesin standar untuk konsumsi bensin RON 92. Dalam hal ini, Agen pemegang merek harus ikut aturan tersebut jika terlibat di proyek LCGC," ujarnya di Jakarta.

Tidak disebutkan apakah hal ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan mesin yang akan diproduksi pada merek-merek yang sudah siap dengan produk mobil murahnya. Pasalnya, sejumlah produsen sudah mulai menunjukkan produk mereka, seperti halnya Astra-Toyota-Daihatsu dengan Agya dan Ayla.

Yang menjadi pertimbangan, mobil murah ramah lingkungan tetap akan hemat walau mengonsumsi BBM RON 92 atau non-subsidi. Karena perbandingan bahan bakar dan jarak tempuhnya di kisaran satu liter untuk 22 km.