- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
St.Pauli, klub yang didanai oleh supporter


TS
azooba
St.Pauli, klub yang didanai oleh supporter
kali ini saya akan membahas tentang sebuah klub yang dananya dikucurkan juga melalui tifosi atau pendukungnya



[/QUOTE]
Spoiler for St.Pauli:

Spoiler for profil singkat:
Nama lengkap FC St. Pauli von 1910 e. V.
Julukan The Pirates of the League, Kiezkicker
Didirikan 1910
Stadion Millerntor-Stadion
(Kapasitas: 23,201 (dalam perbaikan))
Ketua Corny Littmann
Manajer Holger Stanislawski
Pelatih Holger Stanislawski
Liga Bundesliga
Posisi 2009/10 Divisi 2 Liga Jerman, 2 (promosi)
Julukan The Pirates of the League, Kiezkicker
Didirikan 1910
Stadion Millerntor-Stadion
(Kapasitas: 23,201 (dalam perbaikan))
Ketua Corny Littmann
Manajer Holger Stanislawski
Pelatih Holger Stanislawski
Liga Bundesliga
Posisi 2009/10 Divisi 2 Liga Jerman, 2 (promosi)
Spoiler for wikipedia:
FC St. Pauli adalah klub sepak bola Jerman yang berbasis di kota Saint Pauli. Cabang sepak bola adalah salah satu cabang olah raga yang dinaungi oleh klub ini selain beberapa cabang olah raga lain, seperti catur atau tenis meja. Selama berkompetisi di liga sepak bola profesional Jerman, klub ini belum sekalipun meraih prestasi yang bergengsi.
Spoiler for jersey:

Spoiler for menurut Goal.com:
Berdiri: 1910
Alamat: Auf dem Heiligengeistfeld Germany
Telepon: +49 (0) 40 / 31 78 74 -21
Faksimile: +49 (0)40 / 31 78 74 -29
Surat Elektronik: info@fcstpauli.de
Laman Resmi: http://www.fcstpauli.de
Ketua: Stefan Orth
Stadion: Millerntor-Stadion
Sejarah Singkat
Fussball Club St. Pauli adalah klub sepakbola Jerman yang berbasis di St. Pauli, salah satu wilayah administratif di kota Hamburg. Selain sepakbola, klub ini juga menaungi cabang-cabang olahraga lainnya seperti bola tangan, tinju, catur, dan tenis meja.
Setelah terakhir kali tampil pada musim 2001/02, St. Pauli akhirnya kembali naik ke panggung terelite sepakbola Jerman, Bundesliga, di musim 2010/11 ini.
Meski hanya berstatus semenjana, klub yang didirikan pada tahun 1910 ini dikenal luas sebagai salah satu klub cult -- pelawan arus -- di Jerman karena kulturnya yang unik. St. Pauli merupakan klub Jerman pertama yang secara resmi melarang aktivitas politik berhaluan sayap kanan dalam stadionnya. Ini terjadi ketika holiganisme sepakbola yang terinspirasi gerakan fasis mengancam keamanan pertandingan sepakbola di seluruh Eropa.
Selain itu, fans klub yang bermarkas di Stadion Millerntor ini juga menggunakan simbol bajak laut sebagai lambang tak resmi mereka. Hal ini sekaligus menjadi ekspresi simbolis dari filosofi klub dan fansnya yang cenderung pemberontak -- terhadap rasisme dan fasisme -- serta agresif.
Alamat: Auf dem Heiligengeistfeld Germany
Telepon: +49 (0) 40 / 31 78 74 -21
Faksimile: +49 (0)40 / 31 78 74 -29
Surat Elektronik: info@fcstpauli.de
Laman Resmi: http://www.fcstpauli.de
Ketua: Stefan Orth
Stadion: Millerntor-Stadion
Sejarah Singkat
Fussball Club St. Pauli adalah klub sepakbola Jerman yang berbasis di St. Pauli, salah satu wilayah administratif di kota Hamburg. Selain sepakbola, klub ini juga menaungi cabang-cabang olahraga lainnya seperti bola tangan, tinju, catur, dan tenis meja.
Setelah terakhir kali tampil pada musim 2001/02, St. Pauli akhirnya kembali naik ke panggung terelite sepakbola Jerman, Bundesliga, di musim 2010/11 ini.
Meski hanya berstatus semenjana, klub yang didirikan pada tahun 1910 ini dikenal luas sebagai salah satu klub cult -- pelawan arus -- di Jerman karena kulturnya yang unik. St. Pauli merupakan klub Jerman pertama yang secara resmi melarang aktivitas politik berhaluan sayap kanan dalam stadionnya. Ini terjadi ketika holiganisme sepakbola yang terinspirasi gerakan fasis mengancam keamanan pertandingan sepakbola di seluruh Eropa.
Selain itu, fans klub yang bermarkas di Stadion Millerntor ini juga menggunakan simbol bajak laut sebagai lambang tak resmi mereka. Hal ini sekaligus menjadi ekspresi simbolis dari filosofi klub dan fansnya yang cenderung pemberontak -- terhadap rasisme dan fasisme -- serta agresif.
Spoiler for menurut Detik.sport:
Hamburg, kota pelabuhan di ujung timur Jeman, menjadi saksi kemunculan klub sepakbola rock 'n roll pertama. Kita tidak akan membicarakan Hamburg SV dengan Rafael Van Der Vart atau bahkan wonderkid Korea Selatan, Son Heung Min, yang sedang ramai dibicarakan itu. Kita akan berbicara tentang Sankt Pauli.
Klub ini telah menjadi kultus bukan hanya di Hamburg, tapi juga di banyak belahan dunia lainnya, tak terkecuali di Indonesia. Mungkin tidak ada klub dengan prestasi amburadul yang "dikultuskan" sedemikian rupa di banyak wilayah melebihi St. Pauli, bahkan tidak juga West Ham United yang di sini jadi kondang karena film populer Green Street Hooligans itu.
Kemasyhuran St. Pauli oleh kekhasan para suporternya yang luar biasa. Kecintaan mereka terhadap St. Pauli melebihi kecintaan mereka terhadap apa itu kemenangan, kesuksesan, atau sekadar permainan hebat. Tidak jarang mereka enggan atau bahkan tak sudi menonton pertandingan sepakbola yang dimainkan oleh kesebelasan lain, betapa pun hebat dan indahnya permainan mereka. Banyak dari mereka yang hanya mau menonton St. Pauli.
Dan fanatisme terhadap St. Pauli itu tentu bukan lahir dari ruang kosong. Fanatisme itu merefleksikan sejumlah nilai dan spirit yang melekat pada St. Pauli. Saya beruntung pernah singgah di sana dan merasakan [walau sepintas] bagaimana nilai dan spirit itu yang menjadi fondasi fanatisme suporter St. Pauli.
****
Sankt Pauli bukan hanya sekedar salah satu tempat di kota Hamburg. Lebih dari itu, lingkungan di kota ini memberi pelajaran hidup bagaimana kebebasan dan toleransi sangat dijunjung tinggi.
Toleransi adalah kenyataan hidup di tempat ini. Hiburan, kesenangan dan suasana Reeperbahn di malam hari menjadikan St Pauli rumah bagi para masyarakat kelas bawah, pengangguran, pramuria, waria, mahasiswa dan imigran sekalipun. Jika warga Hamburg berkata, "Saya di Kiez", itu bukan berarti dia sedang berada di salah satu tempat atau lingkungan, beda halnya ketika anda berada di Berlin. Kiez di Hamburg berarti salah satu tempat prostitusi yang paling terkenal.
You’ll never walk alone, itu yang dirasakan selama berada di Sankt Pauli. Sementara bagi para petualang cinta, tempat ini bagaikan surga dunia. Terpusat di "Sinful Mile" atau Reeperbahn yang dikelilingi ratusan bar, tempat ini sudah lama dikenal sebagai kawasan prostitusi. Hampir tiap malam, tempat ini ramai dikunjungi para pelaut yang sedang libur serta para pelancong yang menghabiskan waktu di klub striptease. Tempat lain yang cukup masyhur adalah Hamburger Berg dan Hans Albers Platz. Merupakan suatu kesenangan berkeliling di tempat ini. Toko penjual alat bantu seks, klub-klub malam yang menyediakan pramuria terbaik yang ada di negeri ini hingga bar-bar yang menjual minuman sangat murah. Suatu kerugian jika anda pergi ke Hamburg tidak menyinggahi daerah ini atau berkunjung ke mari tapi pulang sebelum tengah malam.
Tidak heran jika The Beatles sempat menyebut kota ini sebagai "Sin City". Sebelum menjadi band yang disanjung di mana-mana, The Beatles pernah bermain di sini selama kurang lebih 2,5 tahun lamanya. Menilik latar belakang di atas, jadi masuk akal juga jika Jack Daniel, salah satu merk minuman keras terkenal, juga sempat menjadi sponsor St. Pauli.Simbol tengkorak dan tulang yang bersilang terlihat di mana-mana, di hampir semua toko dan kios, juga sudut-sudut jalan. Simbol itu tak lagi jadi milik para kriminal, tapi mewakili "anak ideologis" wilayah ini yang kini sangat termasyhur: FC Sankt Pauli.
Prinsip "anarko libertarian" klub ini banyak menginspirasi orang lain. St. Pauli memiliki lebih dari ratusan atau bahkan ribuan fans di seluruh dunia. Di Inggris biasanya fans St. Pauli berkumpul di London Zeitgeist's Pub atau di Edinburgh's Murrayfield Bar setiap akhir pekannya. Mereka bertemu di sana untuk menonton pertandingan melalui televisi. Di Birmingham sekumpulan penggemar yang menamakan Birmingham Boys in Brown menggelar konser amal yang bernama Brownstock dan mengumpulkan uang sebesar 1.370 pounds ketika tim ini dirundung masalah finansial.
Dan bukanlah hal yang aneh beberapa band dan musisi sering mengenakan baju tim ini: A Day To Remember, The Gaslight Anthem sampai Sigur Ros. Salah satu hal yang unik jiga menonton pertandingan Sankt Pauli adalah ketika pertandingan akan dimulai, anda akan mendengar dentungan lagu dari AC/DC yang berjudul Hell's Bells dan lagu Song 2 yang dibawakan oleh Blur ketika tim tuan rumah mencetak gol.
Simbol tengkorak itu mewakili semangat St. Pauli. "Ini adalah simbol (tengkorak) kita sebagai orang miskin kelas pekerja yang menentang tim sepakbola seperti Bayern (kaya) dan kita memposisikan sebagai bajak laut yang berjuang untuk rakyat miskin melawan yang kaya," ucap seorang petugas keamanan Stadion Millerntor, kandang Sankt Pauli. Stadion Millerntor ini unik, di mana ada beberapa tempat duduk khusus yang dilengkapi pompa bir dan kereta berisikan hot dog yang bisa diakses dari dapur stadion menuju VIP.Kultur sepakbola di Hamburg tidak terlepas dari para pelaut Britania, di mana para Glaswegian atau orang-orang dari Glasgow, Skotlandia, yang telah lama bermukim di sini yang mengajarkan bagaimana mendukung tim sepakbola mereka.
Fans FC Sankt Pauli didominasi oleh para anak muda yang berlatar belakang punk, maka bukanlah suatu hal yang aneh jika mereka dan kesebelasan kesayangannya jauh dari hingar bingar Bundesliga yang didominasi oleh tim-tim raksasa seperti Bayern Muenchen, Dortmund dan rival sekota mereka, Hamburg SV.
Di era 80an, St.Pauli berkembang pesat, di mana para pendukung lokal mulai mendatangi Millerntor dan mengisinya dengan nilai-nilai baru. Sebelum era 1980-an, St. Pauli seperti berada di bawah bayang-bayang klub tetangga mereka yang lebih besar, Hamburg SV. Akan tetapi, sejak 1980-an itu, St. Pauli muncul menjadi kekuatan penting yang menandingi Hamburg SV mula-mula bukan lewat jalur prestasi, tapi melalui penyebaran nilai-nilai progresif yang saat itu belum ada presedennya di Jerman atau mungkin di Eropa. Watak progresif itu dipicu oleh para bajingan lokal, pramuria, kaum anarkis, para bohemian, mahasiswa dan pelajar, dan para punkers yang pelan tapi pasti mulai memenuhi Stadion Millerntor.
Akar-akar radikalisme suporter St. Pauli dimulai ketika salah satu kawasan yang banyak dihuni oleh para mahasiswa, punker, dan masyarakat kelas bawah lainnya di Hafenstrasse (Harbour Street) akan digusur.
Segera mereka melakukan perlawanan terhadap rencana itu. Terjadi bentrokan antara petugas keamanan dengan para penghuni Hafenstrasse. Dalam perlawanan itu, simbol tengkorak dan tulang bersilang sudah jadi simbol perlawanan. Gerakan perlawanan ini mencapai puncaknya saat penjaga gawang St. Pauli saat itu, Volker Ippig, memutuskan untuk pindah ke salah satu rumah di Hafenstrasse untuk menunjukan rasa kesetiakawanan dengan massa perlawanan.
Atas dasar itu pula St. Pauli mulai identik dengan simbol tengkorak dan tulang bersilang dan dunia tampaknya lebih mengenal itu sebagai logo klub padahal bukan. Simbol itu milik para fans St. Pauli, terutama "dipatenkan" oleh Fanladen, basis suporter St. Pauli yang terbesar. Mereka lantas membuat merchandise dengan simbol itu sebagai logo. Belakangan, merchandise itu terutama dikelola oleh sebuah perusahaan komersial bernama Upsolut yang makin ke mari makin mahir "mengeksploitasi" logo itu.
Booklet dan katalog produk-produk merchandise St. Pauli, lengkap dengan harga dan cara membelinya, beredar dari tangan ke tangan sampai ke negeri-negeri yang jauh. Bukan sekali dua kali saya melihat katalog produk merchandise St. Pauli ini dibawa oleh para fans sepakbola di Indonesia.
Persinggungan fans St. Pauli dengan komersialisasi sepakbola pun dimulai.
***
Sempat mencicipi Bundesliga pada musim 2001/2002, St. Pauli akhirnya terjerembab pada kebangkrutan. Di musim 2003-2004, St. Pauli sudah berada di kasta ketiga sepakbola Jerman. Krisis melanda St. Paulis secara serius, terutama setelah Presiden klub St. Pauli, Heniz Weisener yang notabene adalah gay, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan Hamburg.
Para fans dengan cepat menggalang dana dengan aksi mereka yang dinamakan 'Saufen fur St Pauli' atau 'Save St. Pauli', di mana para pemilik bar dan prostitusi menaikan harga 50% dan keuntungannya diberikan untuk membiayai klub mereka. Aksi ini menghasilkan kurang lebih 100.000 euro ditambah bantuan dari produsen apparel terkemuka yang enggan menyebutkan brand-nya di jersey St. Pauli ikut mencairkan dana sekitar 7 juta euro. Pada akhirnya St. Pauli dinyatakan bebas dari pailit oleh pengadilan Hamburg dan DFB.Dari situ kebangkitan St. Pauli dimulai kembali dan memuncak saat mereka berhasil kembali ke Bundesliga pada musim 2010/2011. Justru saat itulah perlawanan fans St. Pauli kembali muncul, kali ini melawan manajemen klub mereka sendiri, yang mulai memperkenalkan komersialisasi sepakbola untuk menghidupi St. Pauli.
Satu musim sebelum promosi ke Bundesliga, klub sempat melarang fans untuk mendukung St. Pauli yang akan away ke kandang Hansa Rostock untuk menghidari potensi kerusuhan. Tentu saja itu menyakitkan para fans. Mereka akhirnya memboikot pertandingan karena bagi mereka tidak sepantasnya fans dilarang menonton klub kesayangannya.
Saat di Bundesliga, perlawanan itu kian kencang. Saat klub memperkenalkan para penari perempuan di tribun untuk mengenalkan sponsor, para suporter juga menentangnya karena menganggap itu sebagai tindakan yang seksis. Mereka juga menolak pengenalan "mata uang stadion" -- koin untuk semua transaksi di stadion --, yang harus mereka tukar lebih dulu, sehingga memunculkan sistem ekonomi pra-bayar. Belum lagi soal meningkatnya harga tiket.
Perlawanan-perlawanan itu adalah ekspresi suporter yang tidak ingin kehilangan akar sepakbolanya yang telah berhasil menginspirasi banyak orang. Mereka tahu, bahwa jika ingin menambah trofi, mereka harus membiarkan klub mencari uang agar bisa membeli pemain yang bagus, membayar pemain dengan layak, menggaji staf yang berkualitas. Tapi akar suporter St. Pauli yang progresif menentang kemungkinan itu.
Tidak sedikit suporter yang memilih untuk tetap mempertahankan nilai-nilai St. Pauli yang sudah tertanam sejak era 1980-an. Tipikal suporter ini tak sudi menukar nilai-nilai itu dengan trofi dan glamorisme sepakbola modern. Bukan hal aneh jika banyak suporter St. Pauli hanya sudi menonton klubnya saja dan enggan menonton pertandingan sepakbola klub lain, betapa pun canggih dan menariknya pertandingan tersebut.
Against Mondern Football. Sankt Pauli gegen den modernen fußball!
Klub ini telah menjadi kultus bukan hanya di Hamburg, tapi juga di banyak belahan dunia lainnya, tak terkecuali di Indonesia. Mungkin tidak ada klub dengan prestasi amburadul yang "dikultuskan" sedemikian rupa di banyak wilayah melebihi St. Pauli, bahkan tidak juga West Ham United yang di sini jadi kondang karena film populer Green Street Hooligans itu.
Kemasyhuran St. Pauli oleh kekhasan para suporternya yang luar biasa. Kecintaan mereka terhadap St. Pauli melebihi kecintaan mereka terhadap apa itu kemenangan, kesuksesan, atau sekadar permainan hebat. Tidak jarang mereka enggan atau bahkan tak sudi menonton pertandingan sepakbola yang dimainkan oleh kesebelasan lain, betapa pun hebat dan indahnya permainan mereka. Banyak dari mereka yang hanya mau menonton St. Pauli.
Dan fanatisme terhadap St. Pauli itu tentu bukan lahir dari ruang kosong. Fanatisme itu merefleksikan sejumlah nilai dan spirit yang melekat pada St. Pauli. Saya beruntung pernah singgah di sana dan merasakan [walau sepintas] bagaimana nilai dan spirit itu yang menjadi fondasi fanatisme suporter St. Pauli.
****
Sankt Pauli bukan hanya sekedar salah satu tempat di kota Hamburg. Lebih dari itu, lingkungan di kota ini memberi pelajaran hidup bagaimana kebebasan dan toleransi sangat dijunjung tinggi.
Toleransi adalah kenyataan hidup di tempat ini. Hiburan, kesenangan dan suasana Reeperbahn di malam hari menjadikan St Pauli rumah bagi para masyarakat kelas bawah, pengangguran, pramuria, waria, mahasiswa dan imigran sekalipun. Jika warga Hamburg berkata, "Saya di Kiez", itu bukan berarti dia sedang berada di salah satu tempat atau lingkungan, beda halnya ketika anda berada di Berlin. Kiez di Hamburg berarti salah satu tempat prostitusi yang paling terkenal.
You’ll never walk alone, itu yang dirasakan selama berada di Sankt Pauli. Sementara bagi para petualang cinta, tempat ini bagaikan surga dunia. Terpusat di "Sinful Mile" atau Reeperbahn yang dikelilingi ratusan bar, tempat ini sudah lama dikenal sebagai kawasan prostitusi. Hampir tiap malam, tempat ini ramai dikunjungi para pelaut yang sedang libur serta para pelancong yang menghabiskan waktu di klub striptease. Tempat lain yang cukup masyhur adalah Hamburger Berg dan Hans Albers Platz. Merupakan suatu kesenangan berkeliling di tempat ini. Toko penjual alat bantu seks, klub-klub malam yang menyediakan pramuria terbaik yang ada di negeri ini hingga bar-bar yang menjual minuman sangat murah. Suatu kerugian jika anda pergi ke Hamburg tidak menyinggahi daerah ini atau berkunjung ke mari tapi pulang sebelum tengah malam.
Tidak heran jika The Beatles sempat menyebut kota ini sebagai "Sin City". Sebelum menjadi band yang disanjung di mana-mana, The Beatles pernah bermain di sini selama kurang lebih 2,5 tahun lamanya. Menilik latar belakang di atas, jadi masuk akal juga jika Jack Daniel, salah satu merk minuman keras terkenal, juga sempat menjadi sponsor St. Pauli.Simbol tengkorak dan tulang yang bersilang terlihat di mana-mana, di hampir semua toko dan kios, juga sudut-sudut jalan. Simbol itu tak lagi jadi milik para kriminal, tapi mewakili "anak ideologis" wilayah ini yang kini sangat termasyhur: FC Sankt Pauli.
Prinsip "anarko libertarian" klub ini banyak menginspirasi orang lain. St. Pauli memiliki lebih dari ratusan atau bahkan ribuan fans di seluruh dunia. Di Inggris biasanya fans St. Pauli berkumpul di London Zeitgeist's Pub atau di Edinburgh's Murrayfield Bar setiap akhir pekannya. Mereka bertemu di sana untuk menonton pertandingan melalui televisi. Di Birmingham sekumpulan penggemar yang menamakan Birmingham Boys in Brown menggelar konser amal yang bernama Brownstock dan mengumpulkan uang sebesar 1.370 pounds ketika tim ini dirundung masalah finansial.
Dan bukanlah hal yang aneh beberapa band dan musisi sering mengenakan baju tim ini: A Day To Remember, The Gaslight Anthem sampai Sigur Ros. Salah satu hal yang unik jiga menonton pertandingan Sankt Pauli adalah ketika pertandingan akan dimulai, anda akan mendengar dentungan lagu dari AC/DC yang berjudul Hell's Bells dan lagu Song 2 yang dibawakan oleh Blur ketika tim tuan rumah mencetak gol.
Simbol tengkorak itu mewakili semangat St. Pauli. "Ini adalah simbol (tengkorak) kita sebagai orang miskin kelas pekerja yang menentang tim sepakbola seperti Bayern (kaya) dan kita memposisikan sebagai bajak laut yang berjuang untuk rakyat miskin melawan yang kaya," ucap seorang petugas keamanan Stadion Millerntor, kandang Sankt Pauli. Stadion Millerntor ini unik, di mana ada beberapa tempat duduk khusus yang dilengkapi pompa bir dan kereta berisikan hot dog yang bisa diakses dari dapur stadion menuju VIP.Kultur sepakbola di Hamburg tidak terlepas dari para pelaut Britania, di mana para Glaswegian atau orang-orang dari Glasgow, Skotlandia, yang telah lama bermukim di sini yang mengajarkan bagaimana mendukung tim sepakbola mereka.
Fans FC Sankt Pauli didominasi oleh para anak muda yang berlatar belakang punk, maka bukanlah suatu hal yang aneh jika mereka dan kesebelasan kesayangannya jauh dari hingar bingar Bundesliga yang didominasi oleh tim-tim raksasa seperti Bayern Muenchen, Dortmund dan rival sekota mereka, Hamburg SV.
Di era 80an, St.Pauli berkembang pesat, di mana para pendukung lokal mulai mendatangi Millerntor dan mengisinya dengan nilai-nilai baru. Sebelum era 1980-an, St. Pauli seperti berada di bawah bayang-bayang klub tetangga mereka yang lebih besar, Hamburg SV. Akan tetapi, sejak 1980-an itu, St. Pauli muncul menjadi kekuatan penting yang menandingi Hamburg SV mula-mula bukan lewat jalur prestasi, tapi melalui penyebaran nilai-nilai progresif yang saat itu belum ada presedennya di Jerman atau mungkin di Eropa. Watak progresif itu dipicu oleh para bajingan lokal, pramuria, kaum anarkis, para bohemian, mahasiswa dan pelajar, dan para punkers yang pelan tapi pasti mulai memenuhi Stadion Millerntor.
Akar-akar radikalisme suporter St. Pauli dimulai ketika salah satu kawasan yang banyak dihuni oleh para mahasiswa, punker, dan masyarakat kelas bawah lainnya di Hafenstrasse (Harbour Street) akan digusur.
Segera mereka melakukan perlawanan terhadap rencana itu. Terjadi bentrokan antara petugas keamanan dengan para penghuni Hafenstrasse. Dalam perlawanan itu, simbol tengkorak dan tulang bersilang sudah jadi simbol perlawanan. Gerakan perlawanan ini mencapai puncaknya saat penjaga gawang St. Pauli saat itu, Volker Ippig, memutuskan untuk pindah ke salah satu rumah di Hafenstrasse untuk menunjukan rasa kesetiakawanan dengan massa perlawanan.
Atas dasar itu pula St. Pauli mulai identik dengan simbol tengkorak dan tulang bersilang dan dunia tampaknya lebih mengenal itu sebagai logo klub padahal bukan. Simbol itu milik para fans St. Pauli, terutama "dipatenkan" oleh Fanladen, basis suporter St. Pauli yang terbesar. Mereka lantas membuat merchandise dengan simbol itu sebagai logo. Belakangan, merchandise itu terutama dikelola oleh sebuah perusahaan komersial bernama Upsolut yang makin ke mari makin mahir "mengeksploitasi" logo itu.
Booklet dan katalog produk-produk merchandise St. Pauli, lengkap dengan harga dan cara membelinya, beredar dari tangan ke tangan sampai ke negeri-negeri yang jauh. Bukan sekali dua kali saya melihat katalog produk merchandise St. Pauli ini dibawa oleh para fans sepakbola di Indonesia.
Persinggungan fans St. Pauli dengan komersialisasi sepakbola pun dimulai.
***
Sempat mencicipi Bundesliga pada musim 2001/2002, St. Pauli akhirnya terjerembab pada kebangkrutan. Di musim 2003-2004, St. Pauli sudah berada di kasta ketiga sepakbola Jerman. Krisis melanda St. Paulis secara serius, terutama setelah Presiden klub St. Pauli, Heniz Weisener yang notabene adalah gay, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan Hamburg.
Para fans dengan cepat menggalang dana dengan aksi mereka yang dinamakan 'Saufen fur St Pauli' atau 'Save St. Pauli', di mana para pemilik bar dan prostitusi menaikan harga 50% dan keuntungannya diberikan untuk membiayai klub mereka. Aksi ini menghasilkan kurang lebih 100.000 euro ditambah bantuan dari produsen apparel terkemuka yang enggan menyebutkan brand-nya di jersey St. Pauli ikut mencairkan dana sekitar 7 juta euro. Pada akhirnya St. Pauli dinyatakan bebas dari pailit oleh pengadilan Hamburg dan DFB.Dari situ kebangkitan St. Pauli dimulai kembali dan memuncak saat mereka berhasil kembali ke Bundesliga pada musim 2010/2011. Justru saat itulah perlawanan fans St. Pauli kembali muncul, kali ini melawan manajemen klub mereka sendiri, yang mulai memperkenalkan komersialisasi sepakbola untuk menghidupi St. Pauli.
Satu musim sebelum promosi ke Bundesliga, klub sempat melarang fans untuk mendukung St. Pauli yang akan away ke kandang Hansa Rostock untuk menghidari potensi kerusuhan. Tentu saja itu menyakitkan para fans. Mereka akhirnya memboikot pertandingan karena bagi mereka tidak sepantasnya fans dilarang menonton klub kesayangannya.
Saat di Bundesliga, perlawanan itu kian kencang. Saat klub memperkenalkan para penari perempuan di tribun untuk mengenalkan sponsor, para suporter juga menentangnya karena menganggap itu sebagai tindakan yang seksis. Mereka juga menolak pengenalan "mata uang stadion" -- koin untuk semua transaksi di stadion --, yang harus mereka tukar lebih dulu, sehingga memunculkan sistem ekonomi pra-bayar. Belum lagi soal meningkatnya harga tiket.
Perlawanan-perlawanan itu adalah ekspresi suporter yang tidak ingin kehilangan akar sepakbolanya yang telah berhasil menginspirasi banyak orang. Mereka tahu, bahwa jika ingin menambah trofi, mereka harus membiarkan klub mencari uang agar bisa membeli pemain yang bagus, membayar pemain dengan layak, menggaji staf yang berkualitas. Tapi akar suporter St. Pauli yang progresif menentang kemungkinan itu.
Tidak sedikit suporter yang memilih untuk tetap mempertahankan nilai-nilai St. Pauli yang sudah tertanam sejak era 1980-an. Tipikal suporter ini tak sudi menukar nilai-nilai itu dengan trofi dan glamorisme sepakbola modern. Bukan hal aneh jika banyak suporter St. Pauli hanya sudi menonton klubnya saja dan enggan menonton pertandingan sepakbola klub lain, betapa pun canggih dan menariknya pertandingan tersebut.
Against Mondern Football. Sankt Pauli gegen den modernen fußball!
Spoiler for gallery:




Spoiler for jangan buka:
TS mengharapkan
dan
agar semakin giat mencari obyek baru gan !


Spoiler for sumber:
detik.sport
wikipedia
goal.com
wikipedia
goal.com
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA
[/QUOTE]
Quote:
Quote:
Original Posted By parsale►Patut ditiru buat klub Indonesia yang sering kehabisan dana, 
Bukti bahwa supporter bagian dari sebuah klub.


Bukti bahwa supporter bagian dari sebuah klub.

Quote:
Original Posted By diablo21►supporter ST pauli memang keren gan, sampe tim futsalnya aja pas main supporternya banyak banget, uda kaya orang nonton bola lapangan gede
Quote:
Original Posted By poor.bobba►iye gan.. betul gan.. itu klub emang yg danain supporter mereka dan supporternya solid bgt gan disana.. ane ada cerita ttg tim st.pauli.. dulu pas ane lagi kuliah di Jerman, pas lagi main2 ke Hamburg, di lautnya tiba2 ada pendukung st.pauli dengan kapal laut teriak2an di tengah laut gan.. heboh banget, pake ada mercon gas sama bendera ada gambar tengkoraknya - pokoknya serba hitam gan.. terus pada mabok semua keknye gan.. muka nya merah2.. teriak2.. nyanyi yel-yel.. udeh kaya di stadion suasanannya gan.. haha mereka hari itu mau tanding lawan Hamburg SV ceritanya gan.. talo lawan Hamburg SV mereka itu lagi derby gans.. just share pengalaman gan 

Quote:
Quote:
Original Posted By VerazorBuzz►loyalitas tanpa batas, ane jadi suka sama tim ini gara gara suporternya 

Quote:
Original Posted By bc.ihsan►mantap nih supporter bisa danai klub nya sendiri, coba dikita yg ada bikin rusuh dan bikin rugi klubnya 

Quote:
Original Posted By beanlotz►gak usah jauh2 st. pauli gan 
di indonesia juga ada kok, meskipun tidak sehebat st.pauli
akhir tahun 90an dan awal2 tahun 2000an arema malang juga klub yg hanya didanai supporter loh gan
saat itu arema merupakan club swasta yg tidak didanai perusahaan besar (macam PKT, Semen padang, & petrokimia gresik) tp murni didanai dari tiket supporter, ya.. hanya supporter dan sponsor (pernah tanpa sponsor juga, lupa tahun berapa)
walaupun alakadarnya, dan sering bermasalah keuangannya
tp stadion selalu berjubel sampai shuttle ban
baru tahun 2003 arema diakuisisi oleh PT bentoel prima, dan sekarang bakrie brothers
sampe ada seorang jurnalis ESPN yg meliput tentang fenomena arema ini dulu
“Arema are more than just a football club. They are a way of life. They are the St. Pauli of Indonesia. A culture with in a culture. Satu Jiwa, one heart or one soul”
- Anthony Sutton -
kalo gak percaya silahkan googling sendiri saja gan
pejwan jika berkenan

di indonesia juga ada kok, meskipun tidak sehebat st.pauli

akhir tahun 90an dan awal2 tahun 2000an arema malang juga klub yg hanya didanai supporter loh gan

saat itu arema merupakan club swasta yg tidak didanai perusahaan besar (macam PKT, Semen padang, & petrokimia gresik) tp murni didanai dari tiket supporter, ya.. hanya supporter dan sponsor (pernah tanpa sponsor juga, lupa tahun berapa)
walaupun alakadarnya, dan sering bermasalah keuangannya
tp stadion selalu berjubel sampai shuttle ban

baru tahun 2003 arema diakuisisi oleh PT bentoel prima, dan sekarang bakrie brothers
sampe ada seorang jurnalis ESPN yg meliput tentang fenomena arema ini dulu

“Arema are more than just a football club. They are a way of life. They are the St. Pauli of Indonesia. A culture with in a culture. Satu Jiwa, one heart or one soul”
- Anthony Sutton -
kalo gak percaya silahkan googling sendiri saja gan

pejwan jika berkenan
Diubah oleh azooba 30-07-2013 20:12


anasabila memberi reputasi
1
20.4K
Kutip
117
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan