- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah China-Islam Indonesia 3


TS
Tetrakill
Sejarah China-Islam Indonesia 3
Sejarah Awal Perkembangan Islam di Cina

Makam Sa’ad bin Abi Waqqas
Para ahli sejarah sepakat bahwa Islam masuk ke Tiongkok (Cina) pada awal abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), tepatnya pada tahun 618 M, yakni pada masa pemerintahan Dinasti Tang (618-907 M). Pendapat ini menyatakan pula bahwa Islam masuk ke Cina dibawa oleh sahabat yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqas dengan rombongannya yang berjumlah 15 orang. Islam masuk ke Cina melalui dua jalur utama, jalur darat disebut dengan Jalur Sutera dan jalur laut melalui pelayaran yang disebut dengan Jalur Lada.

Sejarawan Kwantung mencatat kedatangan muslim pertama di Cina terjadi pada permulaan pemerintahan dinasti Tang. Dalam catatan mereka disebutkan banyaknya orang asing dari kerajaan Annam, Kamboja, Madinah dan beberapa negara lainnya datang ke Canton. Orang-orang asing ini menyembah langit dan tidak menyembah patung, berhala, maupun gambar-gambar di tempat peribadatan mereka. Kerajaan Madinah terletak di dekat India dan di kerajaan ini lahir agama orang-orang asing ini yang berbeda dengan asal-usul agama Budha. Mereka tidak makan daging babi dan tidak pula minum arak. Kini para pemeluk agama ini disebut Hui-Hui.

Masjid Pertama di China
Kedatangan Islam ke Cina tercatat dalam kitab sejarah Chiu T’hang Shu yang menyebutkan bahwa Cina pernah menerima kunjungan diplomatik dari orang-orang Ta Shih (Arab) yang diutus oleh Tan mi mo ni’ (Amirul Mukminin), yakni Khalifah Utsman bin Affan. Utsman menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton, masjid pertama di daratan Cina. Pada masa Dinasti Tang, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya, sehingga dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni' dan menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (Nabi Muhammad SAW).

Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song berkuasa, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.

Cina yang sebelumnya terkenal dengan nama RRC (Republik Rakyat China ) terletak di wilayah Asia Timur berbatasan dengan 14 negara tetangga Korea Utara, Mongolia, Rusia, Vietnam, Laos, Birma, India, Bhutan, Nepal, Pakistan dan negara-negara lainnya. Agama Islam telah tersebar di China selama lebih 1300 tahun.

Di China, terdapat 10 suku bangsa yang beragama Islam, termasuk etnik Huizu, Uygur, Kazakh, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain-lainnya. Penduduk Islam tinggal di merata tempat di seluruh China, terutamanya di bagian barat laut China, termasuk provinsi Gansu, Qinghai, Shanxi, Wilayah Autonomi Xinjiang dan Wilayah Autonomi Ningxia. Agama Islam sudah tidak asing bagi penduduk di negara ini. Ia telah menjadi salah satu agama yang penting di China.
Kedatangan Islam melalui China ke Nusantara
Seperti disebutkan di atas, Islam telah sampai ke negeri China sejak zaman Khalifah Uthman bin Affan.

Pada suatu ketika, terjadi kerusuhan di propinsi Yunan, dan karena itu banyak orang muslim di propinsi Yunan berimigrasi ke Asia Tenggara. Sebagian dari mereka lalu menetap di Champa, Kamboja dan ada juga yang menetap di Nusantara. Inilah yang menyebabkan lebih dari setengah arsitektur bangunan masjid lama di Kelantan (Malaysia) dan Demak (Indonesia) mempunyai arsitektur China.
Menurut perkiraan para sejarawan, kedatangan Islam ke Nusantara melalui China terjadi pada akhir abad ke-10.

Marco Polo
Pada awal penyebarannya, yaitu sebelum berdirinya kesultanan Malaka, penyebaran agama Islam hanya terbatas pada pelabuhan-pelabuhan di Sumatra. Bukti kehadiran Islam di kawasan pelabuhan-pelabuhan ini termasuk catatan pada tahun 1292 oleh Marco Polo mengenai negeri-negeri Pasai dan Perlak yang mempunyai pemerintahan Islam, dan batu nisan seorang raja Pasai yang meninggal dunia pada tahun 1297 yang mempunyai nama Islam Malek-al-Salleh.
Penduduk di sekitar pelabuhan-pelabuhan ini adalah penganut Islam yang paling awal di Asia Tenggara. Penyebaran Islam di wilayah ini cukup lancar, terutama karena jarak wilayah ini yang cukup jauh dari kerajaan Hindu Majapahit, sehingga pengaruhnya tidak sampai ke wilayah ini.
Hal-hal yang cukup menarik

Dari berbagai naskah kuno yang menggambarkan proses konversi ke Islam ada beberapa hal menarik yang patut menjadi catatan, seperti dari ritual konversi, seperti sunat, pengakuan iman, dan mengadopsi nama Arab.


Di sisi lain, proses konversi menjadi lebih menarik ketika peristiwa-peristiwa magis masih memainkan peran penting dalam kesaksian Jawa tentang Islamisasi, padahal peristiwa magis dalam ritual konversi ke Islam menurut kesaksian teks-teks Melayu sama sekali tidak ditemukan.
Hal ini menunjukkan proses konversi Jawa ke Islam lebih merupakan "menyerap" Islam (akulturisasi), dan bukannya berpindah.
Hal hal ini konsisten dengan pengaruh elemen sinkretisme agama yang secara signifikan lebih besar di Islam kontemporer Jawa dibandingkan terhadap Islam yang relatif lebih ortodoks di Sumatra dan Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia)
Berbicara mengenai sejarah China-Islam di Indonesia tentu saja tidak bisa tidak saya menyediakan ruang khusus untuk organisasi etnis Tionghoa Islam yang bernama Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).


Abdul Karim (Oei Tjeng Hien)

Abdul Karim Oei (kiri) saat menjadi anggota delegasi Indonesia pada Konferensi Orang Islam Asia Afrika bersama Sulaiman.
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan di Jakarta, pada tanggal 14 April 1961, antara lain oleh Abdul Karim Oei Tjeng Hien, Abdusomad Yap A Siong dan Kho Goan Tjin. PITI merupakan gabungan dari Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dipimpin oleh Alm Abdusomad Yap A Siong dan Persatuan Muslim Tionghoa (PMT) dipimpin oleh Kho Goan Tjin. PIT dan PTM yang sebelum kemerdekaan Indonesia mula-mula didirikan di Medan dan di Bengkulu, masing-masing masih bersifat lokal sehingga pada saat itu keberadaan PIT dan PTM belum begitu dirasakan oleh masyarakat baik muslim Tionghoa dan muslim Indonesia.
Karena itulah, untuk merealisasikan perkembangan ukhuwah Islamiyah di kalangan muslim Tionghoa, maka PIT yang berkedudukan di Medan dan PTM yang berkedudukan di Bengkulu merelakan diri pindah ke Jakarta dengan bergabung dalam satu wadah, yakni PITI.
Sejarah PITI

Silaturahmi PITI Jatim
PITI didirikan pada waktu itu sebagai tangapan realistis atas saran Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah K.H. Ibrahim kepada Abdul Karim Oei bahwa untuk menyampaikan agama Islam kepada etnis Tionghoa harus dilakukan oleh etnis Tionghoa yang beragama Islam.

Dalam perjalanan sejarah keorganisasiannya, ketika di era tahun 1960-1970-an khususnya setelah meletusnya Gerakan 30 September (G-30-S) di mana di saat itu Indonesia sedang menggalakkan gerakan pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, nation and character building, simbol-simbol/identitas yang bersifat disosiatif (menghambat pembauran) seperti istilah, bahasa dan budaya asing khususnya Tionghoa dilarang atau dibatasi oleh Pemerintah, PITI terkena dampaknya yaitu nama Tionghoa pada kepanjangan PITI dilarang. Berdasarkan pertimbangan kebutuhan bahwa gerakan dakwah kepada masyarakat keturunan Tionghoa tidak boleh berhenti, maka pada tanggal 15 Desember 1972, pengurus PITI, mengubah kepanjangan PITI menjadi Pembina Iman Tauhid Islam.
Pada bulan Mei 2000, dalam rapat pimpinan organisasi menetapkan kepanjangan PITI dikembalikan menjadi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia.
Program Kerja
Program PITI adalah menyampaikan tentang (dakwah) Islam khususnya kepada masyarakat keturunan Tionghoa dan pembinaan dalam bentuk bimbingan, kepada muslim Tionghoa dalam menjalankan syariah Islam baik di lingkungan keluarganya yang masih non muslim dan persiapan berbaur dengan umat Islam di lingkungan tempat tinggal dan pekerjaannya serta pembelaan/ perlindungan bagi mereka yang karena masuk agama Islam, untuk sementara mempunyai masalah dengan keluarga dan lingkungannya.
PITI sebagai organisasi dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat singgah, tempat silahturahmi untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.
---
So, setelah membaca uraian di atas, bisa kita lihat bahwa pada awal mulanya, orang Tionghoa dan pribumi hidup berdampingan. Diskriminasi terjadi akibat usaha penjajah untuk memecah belah Indonesia. Berbagai usaha perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah, namun luka yg telah mendarah daging selama berbagai generasi tidaklah semudah itu untuk dihapuskan.
Marilah kita sebagai generasi muda, belajar dari kesalahan pada leluhur kita, untuk bersikap kritis. Jangan mudah diadu domba oleh pihak2 yg tidak bertanggung jawab. Diskriminasi adalah sebuah hal yg menginjak2 martabat dan hak asasi manusia, dan perbedaan SARA adalah sebuah kekayaan budaya bangsa yg harus kita hargai. Satu nusa, satu bangsa. Bhinneka Tunggal Ika.
Maaf, bukan bermaksud menggurui gan.
Hanya berharap semoga dapat membuka mata saudara-saudara kita
please
baca dengan kepala dingin
BTW, kebetulan pasangan Gurbernur DKI Jakarta menunjukkan gambaran yang ideal. Salut untuk mereka berdua


Mohon pada para juragan juragan sekalian
jika agan suka thread ane, atau
kalo agan belum ISO
Kaskuser yang baik selalu meninggalkan jejak. Minimal comment
Menjadi Silent Reader berarti anda tidak menghargai hasil karya orang lain.
Silahkan mampir gan, ini beberapa thread ane
Atau buka thread ane yang lain gan
Thread
Edit :
BTW, thank you buat yang udah comment, positif maupun negatif. juga yang udah
, juga yang kasih
, maupun yang kasih 
Dari thread ini ane belajar banyak.
salah satunya adalah yang kasih
dengan komen kaya gini
"gw plg benci liad trit org yg bawa'' agama gw!!! jujur"
semoga ane salah, tapi balik lagi seperti postingan ane di #21 di bagian 1 tulisan ini, rupanya bangsa kita masih "terjajah".
Kalau ngeliat komennya kayanya yang dimaksud 'agama gw" itu agama Islam, dan tanda seru 3 biji itu mengesankan kebencian, sekaligus memberi stempel pada TS bahwa TS non muslim (atau mungkin sekaligus keturunan China ?)
kemungkinan juga trit ane ga dibaca sampe abis.
Sekarang ane jadi tau perasaan teman ane beberapa waktu yang lalu (insidennya pribadi gan, jadi ga bisa dipublish, sori)
BTW, balik lagi,
gan.
baca dengan kepala dingin
kalo nggak gitu, kapan bangsa kita mau maju ??
salam
Seri lengkap tulisan ini
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4

Makam Sa’ad bin Abi Waqqas
Para ahli sejarah sepakat bahwa Islam masuk ke Tiongkok (Cina) pada awal abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), tepatnya pada tahun 618 M, yakni pada masa pemerintahan Dinasti Tang (618-907 M). Pendapat ini menyatakan pula bahwa Islam masuk ke Cina dibawa oleh sahabat yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqas dengan rombongannya yang berjumlah 15 orang. Islam masuk ke Cina melalui dua jalur utama, jalur darat disebut dengan Jalur Sutera dan jalur laut melalui pelayaran yang disebut dengan Jalur Lada.

Sejarawan Kwantung mencatat kedatangan muslim pertama di Cina terjadi pada permulaan pemerintahan dinasti Tang. Dalam catatan mereka disebutkan banyaknya orang asing dari kerajaan Annam, Kamboja, Madinah dan beberapa negara lainnya datang ke Canton. Orang-orang asing ini menyembah langit dan tidak menyembah patung, berhala, maupun gambar-gambar di tempat peribadatan mereka. Kerajaan Madinah terletak di dekat India dan di kerajaan ini lahir agama orang-orang asing ini yang berbeda dengan asal-usul agama Budha. Mereka tidak makan daging babi dan tidak pula minum arak. Kini para pemeluk agama ini disebut Hui-Hui.

Masjid Pertama di China
Kedatangan Islam ke Cina tercatat dalam kitab sejarah Chiu T’hang Shu yang menyebutkan bahwa Cina pernah menerima kunjungan diplomatik dari orang-orang Ta Shih (Arab) yang diutus oleh Tan mi mo ni’ (Amirul Mukminin), yakni Khalifah Utsman bin Affan. Utsman menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton, masjid pertama di daratan Cina. Pada masa Dinasti Tang, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya, sehingga dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni' dan menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (Nabi Muhammad SAW).

Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song berkuasa, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.

Cina yang sebelumnya terkenal dengan nama RRC (Republik Rakyat China ) terletak di wilayah Asia Timur berbatasan dengan 14 negara tetangga Korea Utara, Mongolia, Rusia, Vietnam, Laos, Birma, India, Bhutan, Nepal, Pakistan dan negara-negara lainnya. Agama Islam telah tersebar di China selama lebih 1300 tahun.

Di China, terdapat 10 suku bangsa yang beragama Islam, termasuk etnik Huizu, Uygur, Kazakh, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain-lainnya. Penduduk Islam tinggal di merata tempat di seluruh China, terutamanya di bagian barat laut China, termasuk provinsi Gansu, Qinghai, Shanxi, Wilayah Autonomi Xinjiang dan Wilayah Autonomi Ningxia. Agama Islam sudah tidak asing bagi penduduk di negara ini. Ia telah menjadi salah satu agama yang penting di China.
Kedatangan Islam melalui China ke Nusantara
Seperti disebutkan di atas, Islam telah sampai ke negeri China sejak zaman Khalifah Uthman bin Affan.

Pada suatu ketika, terjadi kerusuhan di propinsi Yunan, dan karena itu banyak orang muslim di propinsi Yunan berimigrasi ke Asia Tenggara. Sebagian dari mereka lalu menetap di Champa, Kamboja dan ada juga yang menetap di Nusantara. Inilah yang menyebabkan lebih dari setengah arsitektur bangunan masjid lama di Kelantan (Malaysia) dan Demak (Indonesia) mempunyai arsitektur China.
Menurut perkiraan para sejarawan, kedatangan Islam ke Nusantara melalui China terjadi pada akhir abad ke-10.

Marco Polo
Pada awal penyebarannya, yaitu sebelum berdirinya kesultanan Malaka, penyebaran agama Islam hanya terbatas pada pelabuhan-pelabuhan di Sumatra. Bukti kehadiran Islam di kawasan pelabuhan-pelabuhan ini termasuk catatan pada tahun 1292 oleh Marco Polo mengenai negeri-negeri Pasai dan Perlak yang mempunyai pemerintahan Islam, dan batu nisan seorang raja Pasai yang meninggal dunia pada tahun 1297 yang mempunyai nama Islam Malek-al-Salleh.
Penduduk di sekitar pelabuhan-pelabuhan ini adalah penganut Islam yang paling awal di Asia Tenggara. Penyebaran Islam di wilayah ini cukup lancar, terutama karena jarak wilayah ini yang cukup jauh dari kerajaan Hindu Majapahit, sehingga pengaruhnya tidak sampai ke wilayah ini.
Hal-hal yang cukup menarik

Dari berbagai naskah kuno yang menggambarkan proses konversi ke Islam ada beberapa hal menarik yang patut menjadi catatan, seperti dari ritual konversi, seperti sunat, pengakuan iman, dan mengadopsi nama Arab.


Di sisi lain, proses konversi menjadi lebih menarik ketika peristiwa-peristiwa magis masih memainkan peran penting dalam kesaksian Jawa tentang Islamisasi, padahal peristiwa magis dalam ritual konversi ke Islam menurut kesaksian teks-teks Melayu sama sekali tidak ditemukan.
Hal ini menunjukkan proses konversi Jawa ke Islam lebih merupakan "menyerap" Islam (akulturisasi), dan bukannya berpindah.
Hal hal ini konsisten dengan pengaruh elemen sinkretisme agama yang secara signifikan lebih besar di Islam kontemporer Jawa dibandingkan terhadap Islam yang relatif lebih ortodoks di Sumatra dan Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia)
Berbicara mengenai sejarah China-Islam di Indonesia tentu saja tidak bisa tidak saya menyediakan ruang khusus untuk organisasi etnis Tionghoa Islam yang bernama Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).


Abdul Karim (Oei Tjeng Hien)

Abdul Karim Oei (kiri) saat menjadi anggota delegasi Indonesia pada Konferensi Orang Islam Asia Afrika bersama Sulaiman.
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan di Jakarta, pada tanggal 14 April 1961, antara lain oleh Abdul Karim Oei Tjeng Hien, Abdusomad Yap A Siong dan Kho Goan Tjin. PITI merupakan gabungan dari Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dipimpin oleh Alm Abdusomad Yap A Siong dan Persatuan Muslim Tionghoa (PMT) dipimpin oleh Kho Goan Tjin. PIT dan PTM yang sebelum kemerdekaan Indonesia mula-mula didirikan di Medan dan di Bengkulu, masing-masing masih bersifat lokal sehingga pada saat itu keberadaan PIT dan PTM belum begitu dirasakan oleh masyarakat baik muslim Tionghoa dan muslim Indonesia.
Karena itulah, untuk merealisasikan perkembangan ukhuwah Islamiyah di kalangan muslim Tionghoa, maka PIT yang berkedudukan di Medan dan PTM yang berkedudukan di Bengkulu merelakan diri pindah ke Jakarta dengan bergabung dalam satu wadah, yakni PITI.
Sejarah PITI

Silaturahmi PITI Jatim
PITI didirikan pada waktu itu sebagai tangapan realistis atas saran Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah K.H. Ibrahim kepada Abdul Karim Oei bahwa untuk menyampaikan agama Islam kepada etnis Tionghoa harus dilakukan oleh etnis Tionghoa yang beragama Islam.

Dalam perjalanan sejarah keorganisasiannya, ketika di era tahun 1960-1970-an khususnya setelah meletusnya Gerakan 30 September (G-30-S) di mana di saat itu Indonesia sedang menggalakkan gerakan pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, nation and character building, simbol-simbol/identitas yang bersifat disosiatif (menghambat pembauran) seperti istilah, bahasa dan budaya asing khususnya Tionghoa dilarang atau dibatasi oleh Pemerintah, PITI terkena dampaknya yaitu nama Tionghoa pada kepanjangan PITI dilarang. Berdasarkan pertimbangan kebutuhan bahwa gerakan dakwah kepada masyarakat keturunan Tionghoa tidak boleh berhenti, maka pada tanggal 15 Desember 1972, pengurus PITI, mengubah kepanjangan PITI menjadi Pembina Iman Tauhid Islam.
Pada bulan Mei 2000, dalam rapat pimpinan organisasi menetapkan kepanjangan PITI dikembalikan menjadi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia.
Program Kerja
Program PITI adalah menyampaikan tentang (dakwah) Islam khususnya kepada masyarakat keturunan Tionghoa dan pembinaan dalam bentuk bimbingan, kepada muslim Tionghoa dalam menjalankan syariah Islam baik di lingkungan keluarganya yang masih non muslim dan persiapan berbaur dengan umat Islam di lingkungan tempat tinggal dan pekerjaannya serta pembelaan/ perlindungan bagi mereka yang karena masuk agama Islam, untuk sementara mempunyai masalah dengan keluarga dan lingkungannya.
PITI sebagai organisasi dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat singgah, tempat silahturahmi untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.
---
So, setelah membaca uraian di atas, bisa kita lihat bahwa pada awal mulanya, orang Tionghoa dan pribumi hidup berdampingan. Diskriminasi terjadi akibat usaha penjajah untuk memecah belah Indonesia. Berbagai usaha perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah, namun luka yg telah mendarah daging selama berbagai generasi tidaklah semudah itu untuk dihapuskan.
Marilah kita sebagai generasi muda, belajar dari kesalahan pada leluhur kita, untuk bersikap kritis. Jangan mudah diadu domba oleh pihak2 yg tidak bertanggung jawab. Diskriminasi adalah sebuah hal yg menginjak2 martabat dan hak asasi manusia, dan perbedaan SARA adalah sebuah kekayaan budaya bangsa yg harus kita hargai. Satu nusa, satu bangsa. Bhinneka Tunggal Ika.
Maaf, bukan bermaksud menggurui gan.
Hanya berharap semoga dapat membuka mata saudara-saudara kita

baca dengan kepala dingin
BTW, kebetulan pasangan Gurbernur DKI Jakarta menunjukkan gambaran yang ideal. Salut untuk mereka berdua


Mohon pada para juragan juragan sekalian


Kaskuser yang baik selalu meninggalkan jejak. Minimal comment
Menjadi Silent Reader berarti anda tidak menghargai hasil karya orang lain.
Silahkan mampir gan, ini beberapa thread ane
Spoiler for Thread:
Atau buka thread ane yang lain gan
Thread
Edit :
BTW, thank you buat yang udah comment, positif maupun negatif. juga yang udah



Dari thread ini ane belajar banyak.
salah satunya adalah yang kasih

"gw plg benci liad trit org yg bawa'' agama gw!!! jujur"
semoga ane salah, tapi balik lagi seperti postingan ane di #21 di bagian 1 tulisan ini, rupanya bangsa kita masih "terjajah".
Kalau ngeliat komennya kayanya yang dimaksud 'agama gw" itu agama Islam, dan tanda seru 3 biji itu mengesankan kebencian, sekaligus memberi stempel pada TS bahwa TS non muslim (atau mungkin sekaligus keturunan China ?)
kemungkinan juga trit ane ga dibaca sampe abis.
Sekarang ane jadi tau perasaan teman ane beberapa waktu yang lalu (insidennya pribadi gan, jadi ga bisa dipublish, sori)
BTW, balik lagi,

baca dengan kepala dingin
kalo nggak gitu, kapan bangsa kita mau maju ??
salam
Seri lengkap tulisan ini
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Diubah oleh Tetrakill 05-10-2013 07:53
0
6.2K
48


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan