- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Fenomena Tentang “Miapah” dan Hal-hal “Ciyus” Lainnya


TS
vangober
Fenomena Tentang “Miapah” dan Hal-hal “Ciyus” Lainnya
Quote:
Budayakan memberikan komentar dan rate5 ya agan/wati
Spoiler for Intip Gan...:


Tentang “Miapah” dan Hal-hal “Ciyus” Lainnya
Quote:
Artikel ini adalah bagian dari peringatan Bulan Bahasa. Sebuah upaya untuk menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia, seperti sumpah para pemuda tahun 1928.
Sekalipun tidak ada maksud serius dan sungguh-sungguh di balik kata “ciyus”, “cungguh”, dan teman-temannya yang sedang populer saat ini, tak ada salahnya kita mencoba membahasnya dengan serius.
Bagi yang tidak mengetahui tren bahasa gaul terkini, saya akan meringkas dahulu. Belakangan ini, terutama di media sosial, sedang marak penggunaan bahasa tidak baku yang berusaha membuat setiap katanya terdengar imut dan lucu—setidaknya, maksudnya begitu.
Agak sulit untuk merumuskan aturan dari gejala bahasa ini, yang kerap dikategorikan ke dalam bahasa alay edisi terbaru. Tidak ada prinsip yang mutlak, sekalipun ada pola-pola yang terlacak, seperti: substitusi “s” menjadi “c” (“sungguh” menjadi “cungguh”); substitusi “r” menjadi “l” atau “y” (“rahasia” menjadi “lahacia”); dan reduksi huruf-huruf ( “terima kasih” menjadi “maacih”). Tetapi, kapan substitusi dan reduksi tersebut berlaku, sepenuhnya masalah insting pengguna.
Gejala bahasa ini sebetulnya agak berbeda dengan bahasa alay edisi sebelumnya yang cenderung merepotkan pembacanya, bahkan penggunanya sendiri.
Pola bahasa alay terdahulu, antara lain: permainan huruf besar-kecil pada satu kata (“cinta” menjadi “cInTa”); substitusi huruf menjadi angka (“sayang” menjadi “Ch4y4Nk”); dan penggunaan huruf-huruf yang jarang digunakan seperti “x”, “q”, “w”, dan “z” (“kamu mau apa” menjadi “Qm mW 4pH”), hanya memungkinkan untuk dilakukan pada tataran tulisan. Pada tataran lisan, ia kehilangan “pesona” dan praktiknya.
Ini berbeda dengan “ciyus” dan teman-temannya yang, walaupun banyak beredar di media jejaring sosial yang didominasi oleh tulisan, justru menjadi berarti ketika mereka diejawantahkan ke tataran lisan. Impresi imut dan lucu—ya, saya tahu, tidak semua menganggap ini lucu—bisa terwujud karena asosiasi kita terhadap anak kecil polos-tembam yang cadel dan belum fasih bicara.
Ada lagi satu perbedaan yang paling kentara dari kedua gejala bahasa tersebut. Jika yang terdahulu banyak digunakan untuk sungguh-sungguh mengatakan apa yang ia sampaikan, yang terbaru banyak digunakan untuk sungguh-sungguh bercanda.
Kata “ciyus”, misalnya, membuat kata “serius” kehilangan kredibilitasnya. Pada akhirnya, kata “ciyus” tidak akan dipakai untuk menggantikan kata “serius” dalam maksud sebenarnya.
Tentu saja setiap kata, seusil apapun asal-usulnya, mempunyai hak untuk hidup. Namun, perjuangan setiap kata untuk dapat hidup lama bukan perkara mudah. Seperti tuturan Samsudin Berlian, seorang pemerhati makna kata, dalam Rubik Bahasa Kompas (8/11/03), bahwa “dalam bahasa yang hidup, kata-kata lahir dan mati seiring dengan perkembangan dunia pemakaiannya.”
Jika betul begitu, barangkali kita tidak perlu melempar penemu kata “ciyus” dan teman-temannya dengan sendal jepit. Apabila kata-kata tersebut sudah membosankan dan telah kehilangan kelucuannya, toh mereka akan mati dengan sendirinya. Cungguh.
Catatan: Sebelum berkomentar menggunakan “miapah”, “ciyus”, “enelan”, “cungguh”, dan sejenisnya, pastikan Anda sudah benar-benar membaca tulisan ini.
Sekalipun tidak ada maksud serius dan sungguh-sungguh di balik kata “ciyus”, “cungguh”, dan teman-temannya yang sedang populer saat ini, tak ada salahnya kita mencoba membahasnya dengan serius.
Bagi yang tidak mengetahui tren bahasa gaul terkini, saya akan meringkas dahulu. Belakangan ini, terutama di media sosial, sedang marak penggunaan bahasa tidak baku yang berusaha membuat setiap katanya terdengar imut dan lucu—setidaknya, maksudnya begitu.
Agak sulit untuk merumuskan aturan dari gejala bahasa ini, yang kerap dikategorikan ke dalam bahasa alay edisi terbaru. Tidak ada prinsip yang mutlak, sekalipun ada pola-pola yang terlacak, seperti: substitusi “s” menjadi “c” (“sungguh” menjadi “cungguh”); substitusi “r” menjadi “l” atau “y” (“rahasia” menjadi “lahacia”); dan reduksi huruf-huruf ( “terima kasih” menjadi “maacih”). Tetapi, kapan substitusi dan reduksi tersebut berlaku, sepenuhnya masalah insting pengguna.
Gejala bahasa ini sebetulnya agak berbeda dengan bahasa alay edisi sebelumnya yang cenderung merepotkan pembacanya, bahkan penggunanya sendiri.
Pola bahasa alay terdahulu, antara lain: permainan huruf besar-kecil pada satu kata (“cinta” menjadi “cInTa”); substitusi huruf menjadi angka (“sayang” menjadi “Ch4y4Nk”); dan penggunaan huruf-huruf yang jarang digunakan seperti “x”, “q”, “w”, dan “z” (“kamu mau apa” menjadi “Qm mW 4pH”), hanya memungkinkan untuk dilakukan pada tataran tulisan. Pada tataran lisan, ia kehilangan “pesona” dan praktiknya.
Ini berbeda dengan “ciyus” dan teman-temannya yang, walaupun banyak beredar di media jejaring sosial yang didominasi oleh tulisan, justru menjadi berarti ketika mereka diejawantahkan ke tataran lisan. Impresi imut dan lucu—ya, saya tahu, tidak semua menganggap ini lucu—bisa terwujud karena asosiasi kita terhadap anak kecil polos-tembam yang cadel dan belum fasih bicara.
Ada lagi satu perbedaan yang paling kentara dari kedua gejala bahasa tersebut. Jika yang terdahulu banyak digunakan untuk sungguh-sungguh mengatakan apa yang ia sampaikan, yang terbaru banyak digunakan untuk sungguh-sungguh bercanda.
Kata “ciyus”, misalnya, membuat kata “serius” kehilangan kredibilitasnya. Pada akhirnya, kata “ciyus” tidak akan dipakai untuk menggantikan kata “serius” dalam maksud sebenarnya.
Tentu saja setiap kata, seusil apapun asal-usulnya, mempunyai hak untuk hidup. Namun, perjuangan setiap kata untuk dapat hidup lama bukan perkara mudah. Seperti tuturan Samsudin Berlian, seorang pemerhati makna kata, dalam Rubik Bahasa Kompas (8/11/03), bahwa “dalam bahasa yang hidup, kata-kata lahir dan mati seiring dengan perkembangan dunia pemakaiannya.”
Jika betul begitu, barangkali kita tidak perlu melempar penemu kata “ciyus” dan teman-temannya dengan sendal jepit. Apabila kata-kata tersebut sudah membosankan dan telah kehilangan kelucuannya, toh mereka akan mati dengan sendirinya. Cungguh.
Catatan: Sebelum berkomentar menggunakan “miapah”, “ciyus”, “enelan”, “cungguh”, dan sejenisnya, pastikan Anda sudah benar-benar membaca tulisan ini.
Sekian gan thread dari ane, semoga bermanfaat......
Spoiler for Sumber:
[URL="http://id.berita.yahoo.comS E N S O Rnewsroom-blog/tentang-miapah-dan-hal-hal-ciyus-lainnya.html"]Ciyus[/URL]
Spoiler for Update Komentar Unik:
Quote:
Original Posted By adul69►nanti akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu...
dan berganti dengan hal yang baru lagi....
begitulah siklusnya....
dan berganti dengan hal yang baru lagi....
begitulah siklusnya....

Quote:
Original Posted By emmanuelvictor►nanti jg lama2 bahasa ini ilang dengan sendirinya gan hahaha..
rada kesel jg sih kalo lg ngomong serius ditanggepinnya: ciyus??miapah??

rada kesel jg sih kalo lg ngomong serius ditanggepinnya: ciyus??miapah??

Quote:
Original Posted By transpormerz►biasany klo ada orang ngomong "ciyus? miapah?"
ane jawab: "Miatamu! Miulutmu"

ane jawab: "Miatamu! Miulutmu"



Quote:
Original Posted By Dreecko►tak kirain Ciyus=terus, dan Miapah=kenapa...
ternyata Ciyus=Serius, dan Miapah=demi apa..
TERBUKTI BAWHA SAYA BUKAN 4L4YERS
hahaha
ternyata Ciyus=Serius, dan Miapah=demi apa..

TERBUKTI BAWHA SAYA BUKAN 4L4YERS
hahaha

Quote:
Original Posted By damai007►wkwkwkwk... artikel nya bener2 mengupas tuntas tentang "Ciyus" - "Miapah"

bener banget tuh, nanti juga akan tergeser seiring jaman, dan kemudian akan berganti dgn istilah2 alay yg baru..

yaudah nikmatin aja lah bahasa alay di negara kita gan..



bener banget tuh, nanti juga akan tergeser seiring jaman, dan kemudian akan berganti dgn istilah2 alay yg baru..


yaudah nikmatin aja lah bahasa alay di negara kita gan..


Quote:
Original Posted By noegello►tyus gw harus Koprol2 jungkir balik seserodotan luluncatan joget2an puter2an trus kemana ke gunung trus harus blg WOW?.. neh apa2an sih orang2 jaman skrg nggak abis pikir .. Ciyuuu?? 

Quote:
Original Posted By ikkisenpai►
sungguh sungguh bahasa cengeng
ane : eh lu jangan gitu dong kasian yg lain
alay : amacacih ciyus miapah meong meong guk guk kaing kaing?
ane : jangan pake bahasa pet plisss ane kandangin juga lu!
alay langsung ngamuk ngamuk g terima, lah salah sendiri pake bahasa pet
true story gan

ane : eh lu jangan gitu dong kasian yg lain
alay : amacacih ciyus miapah meong meong guk guk kaing kaing?
ane : jangan pake bahasa pet plisss ane kandangin juga lu!

alay langsung ngamuk ngamuk g terima, lah salah sendiri pake bahasa pet

Quote:
Quote:
Spoiler for TS Minta...Kalo Berkenan:

Diubah oleh vangober 27-10-2012 20:28
0
4.3K
Kutip
106
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan