istem absensi elektronik sidik jari (finger print) yang diberlakukan di DPR menimbulkan pesimistis anggota dewan dan bahkan ada juga yang 'melecehkannya'. Sistem yang salah satunya untuk mendisiplinkan para anggota DPR khususnya pada sidang paripurna itu dianggap sebagai sistem bagi buruh pabrik.

" Saya masih tertawa dalam hati. Lucu karena ketika di pabrik, justru saya meminta karyawan untuk absensi menggunakan ini. Tapi sekarang, saya sendiri yang melakukan ini. Jadi terkesan lucu saja, " kata Sekretaris Fraksi Hanura Saleh Husein, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (2/10/2012).

Anggota Komisi V DPR itu mengaku pesimistis sistem absensi tersebut dapat meningkatkan kehadiran para anggota dewan. "Kita lihat nanti efektivitas penggunaan alat ini, apakah bermanfaat atau tidak. Tapi ini kita seperti di pabrik dan masuk kawasan industri di Cikarang, yang harus melakukan finger print," jelas Saleh.

Menurut dia, hal terpenting untuk kehadiran anggota DPR bukan pada mesin finger print-nya tapi paling utama adalah kesadaran para anggota. "Mudah-mudahan dengan ini efektivitas, dan saya berpikir positif dan bisa meningkatkan kehadiran anggota," tutur dia.

Saat dikonfirmasi mengenai harga Rp279 juta untuk pengadaan 14 unit finger print, dan 1 hands key, Saleh berpikir itu harga yang tergolong tinggi, namun sangat tergantung dari spesifikasi alat tersebut.

"Kalau elektronik itu macam-macam ya, saya tidak tahu apa spesifikasi alat yang ini. Mungkin ini hak dari kesekjenan untuk memilih menentukan mana yang bisa digunakan. Untuk harga, saya kira relatif dan IT itu macam-macam ada Rp5 juta dan juga yang miliaran tergantung mau gunakan yang mana," ujarnya.

[url=http://nasional.inilah..com/read/detail/1911205/absensi-sidik-jari-dpr-dianggap-buruh-pabrik][color=gray]SUMBER[/color][/url]
Komen TS:
1. Emang ada yg salah ama Teman2 Buruh??
2. Kyknya ada lahan baru nih buat slintat slintut anggaran.....

Komen agan yg ......

Ekstrem I




Ekstrem II





nih ada yang bisa ksih harga, gan...