Judul: A Head Ahead
Genre: Romance, Supernatural
Rating: Remaja
Foreword:
Cerita yang dibuat berdasarkan keinginan si penulis untuk membuat cerita romance. Semoga pembaca bisa terhibur.
Mohon kritik dan sarannya.
Index
[Will be updated]
Spoiler for Prologue:
Aku berlari sekuat tenaga, mencari kekasihku di tengah malam yang sunyi. Kuteriakkan namanya dengan seluruh jiwa dan ragaku. Tidak ada jawaban. Akhirnya, setelah berlari tanpa arah dalam waktu yang terasa sangat lama, aku menemukannya. Saat aku menemukan dirinya, segalanya sudah terlambat. Kepala si gadis tergeletak begitu saja di gang yang gelap. Tubuhnya hilang tanpa jejak. Dia telah menjadi korban si pemenggal. Saat aku melihat kepala kekasihku tanpa tubuhnya, kupikir aku akan menjadi gila. Aku melolong di tengah gelapnya malam. Kemudian, terjadi keajaiban yang tidak terduga.
---
Bangun.
Aku mengerang.
Bangunlah, sudah pagi.
Suara yang terdengar manis membuyarkan mimpiku. Perlahan, aku membuka mataku. Sambil meregangkan tubuh yang terasa kaku, aku menghadap ke asal arah suara yang terdengar merdu di telingaku.
Kekasihku tersenyum melihatku terbangun. Senyumnya bagaikan mentari yang menerangi kegelapan, menghapus kegundahanku akibat mimpi buruk. Dia terlihat cantik. Aku bersyukur hal pertama yang kulihat setelah terbangun adalah dirinya.
Selamat pagi, ucapku pelan.
Selamat pagi, jawabnya lembut.
Mata bulatnya memancarkan kepolosan. Rambut hitam mengkilat seperti bulu burung gagak yang dipotong pendek menimbulkan sedikit kesan tomboy. Gigi putih yang berderet rapi membuat senyumnya terlihat menawan.
Aku mengelus pipinya dengan lembut. Dia menutup matanya, terlihat menikmati sentuhanku. Perlahan, aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Jarak kami menjadi begitu dekat. Kemudian, tidak ada jarak di antara kami. Kecupan ringan. Saat aku menjauhkan wajahku. aku melihat wajah kekasihku terlihat memerah.
Ok, tenagaku pulih!
Kecupan tadi membuat tenaga memenuhi tubuhku. Aku turun dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah jendela dan menyingkap korden yang menghalangi sinar mentari pagi. Cuaca hari ini terlihat cerah tanpa ada jejak awan. Sungguh cuaca yang menyegarkan.
Ah, cuacanya cerah sekali, bukan begitu sayangku? tanyaku kepadanya.
Kau benar, jawabnya. Wajahnya menghadap ke arah lain, lalu dia melanjutkan, aku juga ingin menikmati mentari...
Baiklah.
Aku berjalan ke arahnya, lalu mengangkatnya dengan enteng. Hal yang mudah, karena kekasihku hanya berupa kepala tanpa tubuh.
Menggendong kepalanya dengan kedua tanganku, aku membawanya mendekat ke jendela. Cahaya surya menyirami kami dengan menyeluruh.
Mentari pagi memang menyegarkan, semoga hari ini juga menjadi hari yang menyenangkan ucapnya riang.
Ya, jawabku singkat.
Kami berdua menikmati mentari pagi seolah-olah kami tumbuhan yang membutuhkan cahaya agar bisa melakukan fotosintesis.