Terduduk di lantai berkarpet, dia hanya menangis. Tubuhnya basah karena cola yang tumpah. Sudah pasti orang yang tersiram cola itu akan marah. Apalagi jika handphone mahalnya juga ikut tersiram.

Saat itu aku hanya minta maaf padanya, tapi dia tak mau tahu. Dia bilang dia membenciku, dan kemudian pergi tanpa sempat menonton film yang dijanjikan. Lalu aku menyumpahi diri sendiri karena bersikap layaknya keledai yang tak punya harga diri. Padahal ini hari terakhir kita bertemu sebelum acara perpisahan sekolah. Tuhan mungkin sedang marah karena sesuatu, lalu memutuskan untuk menjahili orang agar dia menjadi ceria kembali. Tak kusangka orang itu adalah aku.

Padahal aku berusaha menjadikan acara nonton bareng satu kelas ini saat dimana aku bisa melakukan confessionkepadanya. Dan semua itu sukses hancur hanya karena aku tak sengaja menabraknya di belokan lorong ketika aku membawa dua botol cola untuknya.

Semuanya kacau. Kacau, kacau, kacau.

Itu semua memang sudah agak lama terjadinya, saat kelas 6 SD. Tapi rasa malunya selalu terngiang-ngiang di kepala. Mungkin itu salah satu bentuk cinta monyet, tapi apa peduliku saat itu? Sudah kadung cinta, mau mundur pun rasanya tanggung. Rasanya lucu saja melihat anak SD pacaran, dan orang dewasa akan berpikir kalau mereka cuma bermain-main.

Akupun mulai berpikir seperti itu. Tapi, rasa penasaranku tak pernah berubah. Rasa cintaku tak berubah. Malah semakin besar, semakin gila. Tapi bagaimanapun aku coba menghubunginya, dia tak pernah menjawab. Tidak pernah. Rupanya besarnya perasaanku padanya berbanding lurus dengan rasa bencinya padaku.

Ya, ketika aku menonton Hot Fuzz saat itu, studio bioskop rasanya lebih lapang tiga kali lipat dari yang biasanya. Dan itu membuatku sangat sedih. Ditambah dengan aku yang baru menyadari rasa itu setelah keluar dari studio, rasanya membuatku benar-benar hancur.

Seorang fisikawan menciptakan mesin waktu untuk merubah masa lalu. Dia berusaha memperbaiki kesalahannya dimasa lalu dimana orang yang dicintainya mulai membenci sang fisikawan sebelum dia sempat menyatakan perasaannya. Tapi...

Sedikit terinspirasi Steins;Gate, namun tema utamanya diangkat dari lagu ini:



Fic ini juga dibuat di timeline epilog fic saya yang lain yang diikutkan dalam game Waifu Holygrail War. Bisa dibilang epilognya adalah bagian pertengahan cerita ini. Feel free to read the epilogue, but it'll spoil the story, rite?

More casts coming soon

See post #3