setitik sinar di sudut meja, menerangi sepasang mata dan sepuluh jari, merangkai kata menulis kisah. bibir terkunci mata terbuka besar, menguras perasaan di peras dalam ember kepala yang akan di jemur menjadi kata kata. sepi itu pasti, namun seperti ini yang menjadi teman, beirbicara dengan malam...
ajari aku menerima menjaga rindu saat kau tiada saat dunia ku hilang saat aku merasa kecewa sepucuk surat mu tak kunjung datang di depan pintu, ku duduk menunggu hanya ada kunang kunang dan kenang mu
Mawar merah di jendela. Ku selipkan di tengah tengah buku Surat cinta berisi rindu Ku harap sampai pada mu Ku tahu Ku selipkan tangan di saku Sambil berdoa, ku lihat wajahmu Ingin mengencup Satu Penuh rindu haru Ku pegang kelingking kiri mu Kaki kita seirama maju Mata mu menusuk dada Selembar ci
peri turun di atas buku, membawa cerita tentang khayalan yang menjadi nyata. duduk di depanku membaca bait demi bait, tentang manis dan pahit. aku tersenyum memandang, seraya senyum berbinar perasaan ku simpan. ku teguk secangkir kopi, melewati malam yang kalut, malam yang kalah dengan rindu yang...
perpisahan memang sedih tapi karena perpisahan lahir tulisan tulisan' yang indah nan mewah yang jelita bagai permata
tak bisa berhenti waktu berlari membawa mu kau pergi membawa sesalku aku bisa apa selain berdoa dan menanti
saat itu sepi, rona merah kalah, panji hitam berkibar menutup seluruh kepala. berjuta kaki menuju satu pintu, berjuta kepala tunduk pada waktu, beberapa tak peduli, yang mereka tahu hanya kecewa. ada yang menangis di kolong jendela, ada yang tertawa lepas, menari nari di atas meja, beberapa lagi ...
antara kelopak dan alis ada rindu manis sesekali hampir menimpa kopi namun ku tahan, jangan pergi terasa berat merayap rayap jangan patah gelap arang masih hitam percaya saja, rinduku juga dalam seperti kelopak dan alis berjarak walau tipis begitu dekat, tapi tak satu seperti rinduku padamu ...
dendam itu diam suara hilang terpendam dalam gelap gulita padam tidur lelap menikmati malam tidak ada yang mau semua terbawa waktu mengikat kaki, melukai hati terang jiwa kini mati jika nanti bertemu memukulmu dengan kuat aku kuat hingga benar benar tahu dendam ini telah sesat dendam itu diam bi
pernahkah kau tulis surat cinta hanya salah kata kau remas remas lalu terbuang di tempat sampah sudut ruang kau tulis lagi lebih hati hati dibaca berulang ulang mencari yang kurang biar tidak kecewa nanti pernahkah kirim surat cinta bukan pada orangnya titipkan pada teman teman akrab, teman bercer
jangan jangan dia di sini karena dia di usir anaknya. perkara karena apa, menurutku karena judi. terakhir aku berkunjung dirumahnya yang tersisa hanya tempat tidur dan kasur. alat elektronik, meja lemari semua sudah tidak ada lagi, di dinding tertinggal foto keluarga waktu pernikahan anaknya yang...
...... sore ini begitu gelap, mendung enggan pergi. ku terkurung dalam api yang membara, membakar segala fikir, ku terjebak, ku ingin akhir. berbagai buku tebal ku buat sumpal kepala, aku berharap ini mujarab, namun luka batin ini kian sekarat. angin semilir semakin menyindir, seolah menhentak he...
Aku belajar menulis kata kata, tanpa titik dan koma, sore itu di teras rumah, di temani secangkir kopi dan sepirih rebusan ubi tanah. Kali ini asap tembakau sudah tidak di sisi, meski rindu memanggil, bibir menggigil tak stabil, tapi mulai kini aku pecah kongsi. Kemarin setelah di diagnosa aku terk
aku tak sebaik kata kata yng u ketik jika ku kira aku sama dengan yg kau baca jujur saja itu berbeda .... kenyataan memang tak terlalu baik di layar kaca aku tulis penuh hati hati jika sudah tertulis masih bisa di hapus ulangi lagi beda kalau kita hadap hadapan berbicara bertatap mata tentu aku ti
denyut kita sama menderu menyimpan seru saat bertukar mata waktu di depanku ku rengkuh jemarimu menjelma dalam sela sela yang dua menjadi satu luapkan waktu, menulis cerita seperti biasa sebelum redup sebelum bukan tenggelam kita habiskan sepi dan pilu semoga besok masih ada rindu yang turun bersa
sore tadi ... hujan deras sedari pukul tiga, seakan dia menjemput azan dari tuan menuju masjid pinggir jalan. hujan datang bersama kawannya yang tak punya warna, tak punya aroma, namun terasa seperti udara, angin orang menyebutnya. tak ada sedih jika hujan datang, hatiku seperti percikan air yang...
apa kabar sayang ... sore ini diatas kursi tua aku buka surat mu, dan aku baca dengan seksama seorang diri tanpa siapa siapa. di iringi mendung yang berganti reda, ku hapus pilu menjadi harapan, semoga kabar baik tertulis pada garis secarik. seperti biasa dalam huruf latin lau tulis penuh dengan ha