nanti kalau kita punya waktu dan punya rindu aku tunggu kamu di tempat dulu kita bertemu jika ... waktu nanti tidak bertemu aku akan baik baik saja kamu juga kan baik baik saja karena kita sudah menjadi satu
di sudut pematang hijau. gubug tua nan sejuk aku makan pisang rebus segelas wedang habis kuteguk ku lihat coklat matamu seperti cuaca bulan september seperti masa lalu yang tak berlalu
jika aku bisa memilih aku takkan memilih karena semua pilihan akan membawa pagi petang akan hadirkan sedih dan senang, biar ku habiskan waktu ku di rahim Mu
tidak ada surat yang tertulis minggu ini hanya doa doa, yang terlantun di ujung pagi setiap kali ku buka mata setiap kali kudengar angin di bibir jendela waktu itu, masih ku rindu
puisi ku dulu tentang kamu lagu ku juga sama siang dan malam juga seakan akan dunia hanya aku dan kamu buku buku berisi nama mu tentang hidung mu tentang senyummu tentang jemari yang lentik iya, kamu yang cantik puisi dan buku ku kusimpan di sebelah stasiun kereta di antara pohon cemara ku tanam,
waktu pulang takkan terulang terulang takkan pulang sedang aku seperti mengulang ulang saat aku mengulang aku tidak pulang halaman satu ku tulis waktu halaman dua kutulis ruang halaman tiga sudah ku buang aku hanya mengulang dua itu jika aku bertemu dengan mu akan aku lihat tanganku apakah warna
daun berdebu menyelimuti kamar hujan di luar deras terdengar rindu kertas lama menutup mata menata aksara menjadi lagu ku petik derai mu ku satukan dalam ruang kaca ku kupas rambut mu, ku ikat menjadi tali, sang waktu daun menyelip di antara telinga dan cerita aku masih menyahut sesekali kamu m
... hirup udara dalam dalam menari dalam ruang paru dan kalbu kita berdansa bergaun merah jambu saling bergandeng, berdua selam sepasang mata tertutup, sepasang lagi berkaca kaca terbawa suasana, terlupa dari dunia kita jatuh di waktu yang rapuh hingga waktu itu jatuh lalu kita terbangun,
aku lupa, di suatu pagi ada kamu di suatu siang ada cerita kita duduk berdua di sela sela ramainya waktu di suatu malam kamu pernah bernasehat kita bertukar tangan, aku bercerita mimpi kita sama sama tidak peduli yang ada pada malam itu kita sama sama tau kita sama sama tua di suatu waktu kita b
ujung waktu di sore yang mendung sayup kaca memandang termenung mengingat kekasih nya yang lupa mengangingat pada yang tiada sakit yang biru, kian tawar meski tangan tak lagi menggengam mimpi itu masih terasa masih terdengar sudah setengah jam kupandangi jam mengingat sendiriku, mengingat mu hingg
aku mencintaimu dengan segala kelemahanku tak seharusnya kau berharap lebih sedang hadirmu adalah ingingku tak seharusnya kamu aku bersedih kesempurnaan mu adalah hadiah menjagaku menemani ku saat semua pergi mencari dunia kamu masih duduk bermain di sisi ku
buku tua dan besi tua, .... deru kereta menajadi aksara, mengeja butir butir hujan yang mengayun di cela cela gerbong kereta. angin tertangkap di antara jendela tanpa derita. di lembar lembar tua ku temui hikayat lama dari tuan Buya, banyak orang mengenalnya sebagai ulama, dan aku kagum karya kary
dear a apa kabar mu, baik baik saja pastinya :) sudah lama aku tak mendengar suara mu, tawa mu yang garing, serti alis matamu yang subur pekat seperti keturunan shahrukhan. aku sedang di kereta, menuju kota mu, iyaa aku pulang ... tadinya mau aku buat sebagai kejutan hadiah ulang tahunku, tapi aku
akhir tahun .... belum lama ini umurku bertambah, di penghujung tahun yang akrab dengan derai gerimis sepanjang pagi hingga petang. setidaknya ... aku masih di beri rejeki menghirup udara yang bercampur dengan karbondioksida, setidaknya aku masih bisa melihat langit biru yang terasa abu abu, aku ma