Sekali lagi aku memeluknya, rasa nyaman yang tak pernah ku rasakan membuatku terlena. Dan aku terjaga saat hari sudah gelap, ia masih setia dengan posisi awal. " Aku ketiduran, maaf" " Aku tahu kamu rindu, dan kamu tahu aku rindu... Kak Ness," ucapnya. Ini pertama kali dia yan...
Si ganteng?? Alhamdullillah, selain banci di lampu merah..., ada juga yang mengakui gw ganteng :lehuga
Hari ini aku sangat ingin menggoda bocah ini, apalagi terlintas pikiran saat ini tengah musim praktik Sekolah kejuruan. "Nelpon lagi?? Memangnya gak ada tugas?"tanya Mamed. "Ka... Ngennm...... Mmmm kangen..." sebisa mungkin aku berusaha untuk genit. langsung saja ia menutup te...
"Selamat ya, nak!" ucap ibu Mamed. "Terima kasih, Bu...," ucapku senyum selebar mungkin setelah mendapatkan amplop untuk sekedar jajan. Tak lupa sedikit nasihat dari ibunya tentang cara bersikap, terlebih aku akan berada jauh dari rumah. "Yakin gak mau ikut?" Tanyaku...
"Sakit!" Ucapnya. "Siapa yang suruh ikut tawuran??!" tanyaku. "Takdir" jawabnya. Aku?, Langsung tampar wajahnya itu tepat di depan ibunya. Dan reaksi ibunya?,Beliau hanya pura-pura buta akan hal ini. Masih dengan dirinya yang adalah seorang anak ajaib, wajah babak be...
Ku ucap sebuah permohonan untuk hidup yang lebih baik dan ku akhiri dengan meniup lilin yang menerangi. Dengan senang hati ku terima kado yang Mamed berikan dan melupakan sang pemberi hadiah. "Ini apa?" Tanyaku menimbang kado yang Mamed berikan begitu ringan. Tentu saja aku punya ekspek...
Hampir satu minggu ia tak berangkat sekolah, aku mulai mengerti bagaimana rasanya. Ditambah benar-benar kasihan padanya. Hari ini ia masih sama, memilih untuk diam membisu. Ia hanya membiarkan aku diam membusuk tanpa obrolan. Lama-kelamaan aku mulai bosan dan terlelap. Saat aku terjaga?, Ia sudah h
Di hari ulang tahunnya aku akan membuat kejutan, tetapi berakhir dengan cukup mengecewakan. Ia tak ada di rumah dan ibunya tengah gelisah. Melihatku, ibunya langsung menarik tanganku masuk rumah untuk meminta tolong. Ternyata ia sama sekali tak membalas pesan yang kukirim karena sudah pergi dari r
"Temani aku" kugenggam erat tangannya, Aku tak ingin Mamed pergi dari sini. Aku hanya ingin dia ada di sini menemani. Mama menengahi agar Mamed bisa pulang. Ia sudah disini dari semalam, hari ini hingga sore hari. Tapi aku tak ingin ia meninggalkanku di sini dengan rasa sakit di sekujur
Kali ini keberuntungan menjauhiku, terbaring lemas di rumah sakit sangat aku benci. Mau tak mau aku harus menurut untuk mendapatkan perawatan rumah sakit. Demam berdarah menjadi penyakit mengerikan saat itu. Dan aku salah satu pasien dengan gejala demam berdarah. Khayalanku melayang jauh mengingat
"Spada!! Permisiiiiii ..." Teriakan yang begitu khas terdengar. Aku tak ingin membuka pintu untuk Mamed. Namun ... Ia masih saja berteriak macam orang gila tak mendapat jatah makan. Dengan sejuta dongkol aku keluar dan buka pintu untuknya. "Ngapain kesini??" tanyaku penuh deng
Kedekatanku dengan Rifat makin menjadi. Beberapa orang mengira kami berpacaran, tetapi tidak demikian. Hanya sebatas dekat, terlebih ia duduk tepat di belakangku. Dan Mamed?. Aku tak tahu kabarnya, beberapa kali aku mencoba mengirim pesan tetapi segera aku batalkan. Mungkin ia tak akan membalas pes
"Kenapa?" tanyaku. Ia menggelengkan kepalanya, tetapi raut wajahnya masih kaget. Beberapa kali ia kupaksa mengaku ada apa dengan dirinya, tapi ia masih diam membisu. Apa aku menyakiti hatinya?. "Jadi, kita resmi pacaran?" Aku kaget, Sejak kapan kita pacaran?Kurang ajar!. &quo...
Sebulan sudah aku menjadi siswa SMA kaporit! Eh, favorit maksudnya .... Dan sebulan ini Mamed sama sekali tak ke rumah. Selain aku tentu saja, keluarga juga bertanya padaku kemana bocah sialan itu. "HALLOOOOO!!!" teriakku ketika ia menjawab panggilan. Suara telepon hening sejenak, mungki
Kembali ke akhir pekan ... "Kenapa kenapa kenapa??" tanya Mamed bingung melihat kami bertiga. Diana sedang kumat sesak nafasnya. "Menurutmu?" "Kumat?" tanya Mamed, "Coba kuperiksa,". Tangannya meliuk-liuk disertai raut wajah yang menjijikan. Manusia cabul
Ujian akhir sekolah akan kuhadapi, tentu saja persiapan tiga tahun akan menjadi sia-sia jika aku terus khawatir. Ini saatnya bersantai dan rileks sejenak ditambah kegiatan mengusili bocah bangor bernama Mamed. Beberapa ujian praktek bisa dijalani dengan baik, tanpa adanya Mamed membantu mungkin u...
Satu kelas riuh memasang taruhan pada Mamed juga! Tak ada pertaruhan pada lawan. Akhh!!!. Lagipula perkelahian terhenti setelah keamanan sekolah menyiram air. Dan yang baru kutahu ialah hari ini ia harus berangkat lomba bersama beberapa siswa termasuk Rena. Tak usah ditanya, tentu saja aku benci de
"Kenapa??" tanya Mbak Vana membuka bungkusan berisi ikan bakar. "Gak lapar," jawabku duduk menikmati teh hangat yang baru saja nenek seduh. Mbak Vana lantas tertawa, "cemburu! Cieee!!!" "Apaan sih, mbak!" balasku kesal. "Cemburu, cintanya kencan denga
Aku memberi hadiah kepada bocah pengadu acara bolos kemarin. Masih bocah yang sama saat mengadu acara selundup menyelundup kapan lalu. Tinjuan kulancarkan begitu saja, ingin sekali kupukul hingga babak belur tapi Mamed menahanku. Panggilan BK kudengar dengan merdu, kali ini bersama orang tua. Aku s