PERANGKAP KEMATIAN - Part 6 - Setelah sepakat untuk bertemu dengan Arif diujung Desa. Semenjak sore jantung Adit sudah berdebar-debar, seolah sendang menantikan sesuatu. Namun ada bisikan-bisikan kecil dikepalanya untuk tidak melakukan apa yang sudah mereka rencanakan. “Bagaimana kalau na...
“Ndug... bangun sudah siang ini,... Simbokmu sudah menunggu dipasar lo” sekali lagi Pak Dirman mencoba untuk membangunkan anaknya, tapi tetap saja tidak ada sahutan. Ada perasaan khawatir yang muncul, Pak Dirman mencoba membuka pintu kamar Asih. Namun pintu itu terkunci, merasa ada y...
CALON TUMBAL - Part 5 - Adit benar-benar gemetar ketakutan melihat sosok wanita yang ada didepannya. Adit terus menatap sosok itu tanpa berkedip, seolah takut kalau tiba-tiba wanita itu menghilang, atau tertawa cekikikan seperti setan Ningrum. ...
Semalaman Adit tidak bisa tidur, masih saja dia memikirkan apa yang sedang terjadi. Ingin menceritakan semua yang dia ketahui kepada Arif tapi situsinya tidak menundukung sama sekali. Beruntungannya saat Adit pergi ke kamar mandi tiba-tiba saja Arif sudah duduk diamben dapur Nek Harjo. Di...
PEMAKAN ARI-ARI - Part 4 - Pagi-pagi sekali, Adit merasa ada yang menggoyang-goyangkan badannya. Karena kaget, spontan ia berteriak, berfikir saat ini dirinya tengah mendapatkan gangguan gaib. “Dit..! bangun kok malah teriak-teriak” ucap Nek Harjo, heran dengan reaksi Adit. Tersada...
“Eh Dit, sini...” pinta Pakdhe menggeser tubuhnya dan menuangkan secangkir kopi. Adit menengok kearah pintu dapur yang menghubungkan dengan ruang tengah, merasa tidak ada orang lain selain mereka, Adit buru-buru menceritakan apa yang dia mimpikan semalam. Namun tidak dengan kejadian s...
Pertemuan Singkat Part 3 “Tumbal Tali Perawan? Apa itu?” tanya Adit penasaran. Setiap pasang mata yang ada di meja melihat Adit dengan pandangan yang tidak bisa ia artikan. “Praktik ilmu hitam, orang yang ingin mendapatkan kesaktian atau kekayaan secara instan dengan menumbalkan wanita...
Prianto yang mendengar cerita Adit sejenak tertegun, kemudian dia bangkit dan segera meminta istrinya untuk menghungi Marwanto, kalau Adit saat ini sedang berada dirumah mereka. “Sekarang kamu tenang dulu, setelah ini biar Marwanto datang untuk menjemputmu” ...
Misteri Kematian -Part 2- Kegemparan benar-benar terjadi di Desa Renggono pagi itu. Mayat Ningrum masih tergantung di kasau dapur. Atas permintaan dari Pak Kades, tidak ada satu orang pun yang diperbolehkan menyentuh bahkan mendekati jenazah Ningrum, hingga pihak kepolisian data...
Ia baringkan tubuhnya, sesaat dia memejamkan mata kemudian mengangkat tangan kirinya. Craatttt... darah memercik deras. Seketika Dinda merasakan sakit yang luar biasa. Pelan tapi pasti, kesadarannya menghilang. Hingga saat napasnya mulai tersengal, ada sebuah cahaya muncul ...
***** “Ingat nduk, sayat pada bagian ini” kata Ahmad menunjuk bagian lengannya. “Apa Ayah tidak punya obat bius?” tanya Dinda ngeri, dia belum pernah menyayat apapun selama ini, kecuali ayam yang sudah mati untuk dijadikan makanan. ...
Kleeekkk... Dinda sudah membuka pintu kamar Ahmad, dia langsung masuk ke dalam kamar. Saat mencari keberadaan ayahnya, tak ia temukan sosoknya. Buru-buru Dinda berbalik, “Mungkin Ayah sedang di kamar Pak Hamdan” kata Dinda Benar saja, saa...
Dinda melongongo, terus memperhatikan mereka. Hingga pandangannya menangkap seseorang yang selama ini dia rindukan. “Adit?” tanya Dinda kaget. Adit bangkit, senyumnya merekah. “Sudah bangun kebo betina?” ucapnya sambil terkekeh senang. ...
Sesaat Mbok Marni terdiam, mengambil napas dalam-dalam. “Terus?” desak Pak Kusno. “Waktu aku keluar kamar, aku tahu ada yang tidak beres. Rumah sudah berantakan, barang berserakan di lantai. Selain itu, banyak darah berceceran di lantai. Akhirnya aku melihat s...
Pusara Pisah -PART 12- Pak Kusno tampak tidak bisa diam. Berkali-kali dia bolak balik dari amben ke jendela, lalu menyibak gorden dan melihat ke arah luar. Dilihatnya Mbok Marni sudah tertidur di amben. Sedang Ki Dayat sudah masuk ke dalam kamar. Berulang kali pula Pak Kusno me...
Ratmi mendongakkan kepalanya, “Wektumu gari bengi iki go mecahke pengilon kae” (Waktumu tinggal malam ini untuk memecahkan cermin itu) ujar Ratmi yang langsung menghilang, dibarengi dengan embusan angin yang cukup kencang. Dinda menghela napas dalam-dalam. Setelah memastikan kondisi ...
Dukkkk... gludaaakkk... Sebuah benda terjatuh tepat di sisi Dinda dan menggelinding pelan. Dinda mengerang hebat, air matanya menetes deras. Persis di depannya dia melihat kepala Hamdan tergeletak penuh darah dengan mata melotot. Dinda memejamkan mata, dia tidak kuat dengan pamandangan itu. Sua
Bertahan -PART 11- Sementara itu di Kediaman Sukmaadji... Setelah Dinda berdiri, dia merasakan ada yang sedang memperhatikannya. Ditengok ke sekitar, namun ia takmendapati siapa pun. Dinda kembali melangkah, mencoba menghiraukan perasaannya...