Anak tolol ini tawuran dengan harapan mendapat nasi padang.. lu kalo mau nasi padang jadi nasbung lah tolol
Mending marbot dikasih duit buat modal jualan aja depan masjid.. secara marbot tuh cuman adzan, sudah pasti lebih banyak gabutnya. Gabut itu bahaya
Dalam momen kejelasan itu, ketika energi dari tongkat pembalik waktu masih mengalir di dalam tubuhku, satu pertanyaan kembali menghantui pikiranku: Di mana Bapak dan Ibu? Hatiku berdebar, tak menentu. Semua pengorbanan ini, semua kebebasan dan penyesalan yang telah kutanggung, hanya untuk satu tu...
Akhirnya, saat aku mencapai tongkat itu, keputusanku tiba-tiba berubah. Dalam sekejap, aku merasa terjebak dalam tubuhku sendiri. Jika kebebasan itu adalah kutukan, maka untuk mencapai tujuan ini, mungkin aku harus membebaskan diriku dari semua yang membelenggu. Dalam kebibungan, rasa sakit dan k...
Saat aku berdiri di depan tongkat pembalik waktu, pikiranku melayang kembali ke ajaran Sartre: "Manusia dikutuk untuk bebas." Kebebasan itu bukanlah anugerah , tetapi kutukan --- tanggung jawab atas setiap pilihan, setiap tindakan, setiap konsekuensi yang mengikuti. Aku harus mengakui b...
Dalam pencarian tongkat pembalik waktu, aku terbang tanpa henti di lautan bintang dan nebula. Kapalku bergerak melalui ruang dan waktu yang terasa semakin asing, semakin tak masuk akal. Perjalanan ini mulai berubah, tak sekadar berburu artefak, tetapi juga pertemuan dengan pertanyaan-pertanyaan e...
Aku bergerak tanpa arah di kedalaman semesta, menyusuri galaksi demi galaksi dengan kapal sihir yang kutumpangi. Langit di luar jendela kapal berubah dari hitam pekat menjadi warna-warna aneh yang tak bisa kugambarkan dengan kata-kata. Ruang hampa ini begitu sunyi, namun pikiranku semakin bising....
Setelah menyadari bahwa Bapak dan Ibu telah diculik oleh alien, hidupku berubah drastis. Amarahku tentang motor Aerox kini tak lagi berarti, digantikan oleh tekad baja: aku harus menyelamatkan mereka, bagaimanapun caranya, meskipun harus menempuh jalan yang belum pernah terbayangkan oleh manusia. A
Aku masih ingat hari itu, saat aku tendang pintu rumah dengan penuh amarah. Aku pergi, meninggalkan semuanya, hanya karena satu hal: motor Aerox yang tak kunjung datang. Terdengar konyol, ya? Tapi, waktu itu bagiku, itu adalah puncak segalanya. Janji Bapak dan Ibu yang selalu "nanti" da...
Di rumah aku teriak, Minta Aerox, tapi cuma janji yang retak. Bapak sibuk, Ibu menangis, Aku merasa hidup ini makin tragis. Sudah lama menunggu, Tapi motorku tak kunjung ketemu. Katanya nanti, katanya sabar, Tapi kapan datangnya? Hatiku makin gusar. Aku tak tahan, tendang pintu keras,
Lepas dari jeruji, aku berdiri, Di kota metropolitan yang tak peduli. Langit hitam, jalan berdebu, Berlari mengejar mimpi yang entah ke mana melaju. Aku pernah salah, aku tahu, Namun dunia seakan tak mau memberi pintu baru. Di balik senyuman, tawa orang-orang, Aku mencari remah harapan,