harga lebih mahal karena nggak disubsidi itu asal pasti ada masih lebih bisa diterima masyarakat dari pada buang2 waktu antri atau cari. serahkan aja ke mekanisme pasar, nggak usah disubsidi, yang penting stok memadai.
bagaimana cara beli banyak2 kalau dibatasi oleh jumlah tabung yang dimiliki? beli tabung baru itu mahal... ketauan menterinya aja nggak tau pola distribusinya. cabut aja subsidinya, disalurkan dalam bentuk lain yang lebih tepat sasaran...
yang bertugas menghafal itu sekarang gadget aja... tugas manusia itu mengerti & menerapkan apa yang baik2 aja.
kalau prioritasnya memberi makan gratis, itu sama aja menjadikan anak2 seperti (maaf) hewan peliharaan. supaya mereka mau menurut pada yang beri makan. masa anak2 lebih tau bahwa pendidikan lebih penting? urusan beri makan itu tugas ortu, bukan tugas pemerintah.
pasti inspirasinya dari orang yang omong kalau koruptor mau kembalikan hasil korupsinya... nggak apa2...
pemahaman para pengambil kebijakan soal model distribusi barang yang ada di masyarakat itu minim karena mereka nggak pernah susah. padahal dari zaman minyak tanah aja, semua itu bergantung ke pengecer. semakin banyak pengecer, harga justru makin kompetitif & nggak bisa dikuasai oleh beberapa gel
di negara2 lain, nggak ada makan gratis, yang ada ortunya bayar lewat pajak penghasilan. di sini? yang menikmati malah mayoritas anak2 dari mereka yang nggak bayar pajak penghasilan.
nggak paham soal distribusi, sok2an mau mengatur. ini komoditas yang 'rawan', bisa buat rusuh kalau langka. dengan dibantu pengecer2 sebetulnya malah bagus, karena menghindari monopoli harga. percaya nggak percaya, diatur macam begini yang ada harga di pasaran malah makin 'gila...
diteriaki 'maling' itu sudah jadi vonis mati walau nggak terbukti. jadi harusnya kata 'maling' kalau disebutkan secara keras harus dianggap sama dg ancaman bom, hukumannya berat.
lebih bagus lagi kementerian & lembaga cukup 10-15 aja, nggak usah pakai wamen, nggak usah ada staf khusus. pasti lebih efisien.
penelitian membuktikan TFR turun bukan karena faktor ekonomi membaik, tapi karena laki2 makin nggak bisa jadi lelaki beneran.
dari pada buat repot rakyat, lebih baik cabut subsidinya aja. rakyat bisa menyesuaikan harga dari pada membuang2 waktu cari gas melon yang langka atau habis waktu buat antri.
ini beneran beragama, ada guna buat orang2 lain. kalau beragama egois, memang cocoknya segera pergi ke syurga, asal nggak ajak2 orang lain.
lebih bagus ada yg pink untuk yang 3kg, yang penting barang ada & mudah didapat. itu sudah. pakai yang 3kg aja kalau buat rumah tangga bisa tahan sampa 2 minggu. sekarang harga gas melon aja sudah sampai 25 ribu/tabung, kalau bayar 43 ribu sih masih ok lah...