orang sakau jadi narsum. mana ada komisaris membangun? dia pengawas. lalu yang beli & bermasalah di sini itu anak usaha, yg komisarisnya itu direksi holding. saya dulu di manajemen BUMN, mana pernah komisaris holding dapat laporan atau awasi bisnis anak usaha secara langsung? cuma terima lapora
modusnya sebetulnya masih klasik, hampir sama dengan waktu zaman petral. siapa yang menikmati? pucuk pimpinan tertinggi lah...
bahaya penyalahgunaan & ketergantungannya sih. jadi apa yang harus dilakukan? lokalisasi & pembatasan jumlah yang boleh dikonsumsi, ditambah cukai seperti rokok yang jadi pemasukan negara. dilarang total itu nggak guna, karena cuma menyuburkan pasar gelap & nggak ada untungnya buat siapapun.
mana bisa pemain saham dipaksa2? memang kalau rugi pihak bursa mau bantu? bereskan fundamentalnya, baru bergairah lagi bursanya.
biar phk aja dulu, baru pabriknya dibeli investor, buruh dipekerjakan kembali. kalau lihat kondisi perusahaan, nggak akan ada investor yang tertarik beli perusahaannya.
ini yang buat opini dicampur berita lagi mabok. kayak jualan es campur di new york laris, dihubungkan dengan kondisi ekonomi kita.
tanda2 ekonomi meroket... oke gas oke gas... kabinet 100 menteri 100 wamen 100 stafsus harus diwujudkan demi memberi tempat bagi seluruh orang 'bagus'.