yang percaya berita ini, fix bocil. nggak ada peran apapun dari godfather of nasbung, bapak perpecahan negeri ini yang cuci tangan pake trilogi film tipu2. itu semua terjadi karena kembalinya Rp ke nilai riil di waktu itu. sekarang nggak akan bisa karena memang nilai riil-nya segitu.
gajinya sih kecil, soalnya itu yang dipakai untuk patokan duit pensiun. tapi tunjangan2 & fasilitasnya yang buat THPnya miliaran.
pengamat abal2. nggak tau tata kelola korporasi. kalau yang kena kasus direksi holding, baru ahok ikut salah sebagai yang mengawasi. yang harusnya ditanya itu direksi holding yang jadi komisaris di anak usaha terkait.
bubarkan kemenBUMN kalau begitu & hapus juga holding2 BUMN. itu baru efisiensi. yang jadi direksinya juga harusnya orang2 yang memang berpengalaman & sukses di investment banking, bukan birokrat atau pengusaha biasa. lebih pas macam jonan atau teman2nya di bahana.
cocok jadi dosen atau peneliti. jadi pemimpin negara? jalurnya beda... paling pas urus negara itu dari latar belakang pengusaha sukses atau pengacara.
hitung2 menyumbang ke bekas penjajah... :D mau bela diri kayak apapun, tetap aja salah... bilang aja itu yang pegang lebih percaya si kerang.
sentimen negatifnya sudah besar sejak 'dia' terpilih jadi presiden. banyak investor statusnya 'hold' sejak awal tahun lalu & memutuskan pergi setelah dilantik karena kebijakan2nya nggak bagus secara jangka panjang. prediksi saya sih bakal lebih jelek lagi ke depannya, kecuali
secara bisnis, bangun pabrik baru yang skala keekonomiannya nggak masuk itu merugikan. nggak mungkin bangun pabrik hanya untuk pasar di sini aja. harga per unitnya jadi lebih tinggi, ada risiko juga mutunya beda. jadi bisa paksa ada investasi bidang lain juga sudah bagus kok. asal dicek dengan be...
mainan appraisal ini memang ngeri2 sedap. beda dengan barang baru yang sudah jelas harganya, kalau bekas kan semua serba kesepakatan. apalagi barang tua, nilai buku sudah 0, diambil juga biaya operasional & perawatannya lebih besar. korupsinya jadi banyak: keluar duit besar untuk barang yang nil
selera berasnya beda... mereka maunya beras yang rasanya pulen banget, ya mahal. kalau di kita kan biasa di-oplos, jadi harga berasnya bisa lebih terjangkau.
saya dulu di manajemen anak usaha BUMN. nggak pernah 1x pun buat laporan ke dewan komisaris holding, apalagi ketemu secara formal. kenal sama komisaris holding? kenal, cuma ketemu kalau acara2 seremoni macam peresmian atau acara2 sosial. semua laporan ke dewan komisaris anak usaha yang juga direksi
viral >> presiden. di kejaksaan juga masih ada orang2 baik. dengan bantuan viral, mau kata presiden juga nggak bisa tahan.