Part -- 9 Ratih dan Tiwi berpegangan erat, mereka menyusuri jalan yang dipenuhi semak belukar. Suasana disekeliling mereka sangat gelap. Tiba tiba Ratih melihat seorang wanita berkebaya sedang menyenandungkan tembang Lengser Wengi. "Ratih...itu bi Surti bukan sih." "Kayaknya ia Wi,...
Part - 8 Herman terbangun ketika ada tetesan air jatuh diwajahnya. Dipandangnya langit langit Villa, dia tak melihat ada genangan air disana, semua terlihat biasa saja. Hingga tiba tiba netranya menangkap bayang hitam berdiri tepat didepannya dengan senyum menyeringai...gigi giginya yang runcing ...
Part - 7 Malam mulai datang menyelimuti. Halimun mulai turun perlahan. Aura mistis mulai tercium di sekeliling Villa Putih. Wangi dupa dan melati tiba tiba memenuhi seisi ruangan, suhu udara yang mendekati 11 derajat tidak menjadikam suasana menjadi dingin, tetapi terasa panas dan pengap. Ruangan...
Part - 6 Ratih dan Tiwi terbangun oleh suara hentakan yang cukup keras di pintu. Mereka berdua melompat berbarengan dari tempat tidur. "Suara apa tuh Tih?" "Aku gak tau Wi?." Ratih dan Tiwi memperhatikan kamar yang mereka pakai. Ruangan itu tidak seperti kemarin2, terang dan b...
Part - 5 Herman memacu mobilnya perlahan, iya tak dapat menembus derasnya hujan dengan kecepatan tinggi, derasnya hujan membuat netranya tak dapat melihat dalam jarak jauh, ditambah halimun yang mulai merambat turun. Perlahan mobilnya dihentikan, ketika jembatan yang menghubungkan jalan utama dan...
Part - 4 Malam semakin larut, waktu mendekati jam 11.45 menit, halimun dingin yang turun bersama rinai hujan semakin membuat suasana terasa begitu mencekam. Suara lolongan anjing dikejauhan terdengar semakin keras. Ratih belum bisa memejamkan matanya, kelopak matanya masih belum bisa diajak kompr...
Part -- 3 Ratih berjalan keluar Villa, udara sore ini terasa dingin, halimun yang turun semakin lama semakin tebal. Ratih menarik nafasnya dalam2 dan perlahan dia hembuskan. Sesaat ia menebarkan pandangan kesekelilling, sepi. Villa putih ini memang agak jauh dari pemukiman warga, letaknya begitu ...
Part - 2 Jam menunjukan pukul 04.00 dinihari, ketika Ratih membuka matanya. Tubuh Tiwi terlihat masih melingkar disampingnya, selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya. Ya, suhu udara pagi memang sangat dingin, mungkin karena hujan yang turun sepanjang malam. Ratih bangkit dari ranjangnya dan berja...
Part - 15 Iman diam, air mata terlihat membasahi kelopak matanya, seperti derasnya hujan yang turun disore itu. Ia tak pernah ingin menyakiti hati Mentari, tapi iapun tak ingin menyakiti perasaan hati Rindu. " Hatimu begitu baik istriku, kau mengalah demi aku dan Rindu. Kau tetap tersenyum m...
Part - 14 "Iman...tidak baik makan sambil melamun!. Ayo lekas dimakan nanti gak enak kalau sudah dingin." "Baik ..mih." Iman meminta ijin pamit lebih dahulu dari meja makan, sementara Rindu, mamih dan ketiga anak mereka masih meneruskan makan. Anak anak terlihat tidak begitu b...
Part - 13 Jenazah Mentari tiba dirumah menjelang adzan juhur. Kerabat dan tetangga datang bergantian, mereka sangat kehilangan dengan kepergian Mentari. Ibunda Mentari, terlihat khusuk membaca ayat ayat dari surah Yasin, sesekali ia menyusut air matanya dan mengusap lembut kepala Mentari. Sebelum...
Part - 12 Mentari merintih kesakitan. Iman membesarkan hatinya, dengan mengelus-elus perut Mentari. Terdengar Iman membaca ayat demi ayat surat Al Fatihah, ia memohon keringanan ujian yang sedang dialami istrinya. Mentari terus mengerang sambil mulutnya tak henti mengucap istighfar. Air mata terl...
Part - 11 Mentari membuka matanya, dilihatnya orang2 yang ia sayangi, duduk mengelilinginya. Ada mamih juga disana. Ya, mamih Mentari hadir setelah mendengar kabar tentang sakitnya Mentari. Meski ia tidak merestui pernikahan kedua putrinya, tapi kasih sayang telah melunturkan kemarahan yang berta...