- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sadap Indonesia, Amerika Dinilai Tak Bersahabat


TS
nuralka
Sadap Indonesia, Amerika Dinilai Tak Bersahabat
[UPDATE] Indonesia, Yahoo!, Google juga disadap Amerikat


Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Djoko Suyanto mengatakan bahwa pemerintah, melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, telah berkomunikasi langsung dengan Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Pemerintah menyampaikan protes keras berkaitan dengan berita keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Amerika di Jakarta. "Kami sampaikan, jika berita dimaksud benar, hal tersebut merupakan tindakan yang tidak bersahabat dan bertentangan dengan hubungan baik Indonesia-Amerika Serikat," kata Djoko melalui pesan pendek kepada Tempo, Rabu, 30 Oktober 2013.
Menurut Djoko, pemerintah meminta Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Amerika segera memberikan penjelasan resmi ihwal kabar keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan itu. "Kuasa Usaha Ad Interim Amerika Serikat menyampaikan akan segera mencari tahu dan segera menyampaikan informasi lengkap mengenai hal tersebut," ujarnya.
Ihwal sejauh mana pemerintah mengetahui kebenaran keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Amerika, Djoko tak ingin banyak berkomentar. "Lha, yang bikin isu siapa? Kan mereka. Tanya mereka saja dari mana mereka mendapat info (adanya alat sadap) itu," kata mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia ini.
Sebelumnya, berita di Sydney Morning Herald edisi Selasa, 29 Oktober 2013, memuat keterangan whistleblower Edward Snowden yang menyatakan Amerika menyadap telepon dan memonitor jaringan komunikasi dari fasilitas pengawasan elektronik di Kedutaan Besar Amerika dan konsulat di seluruh Asia Timur dan Tenggara.
Ada sebuah peta rahasia yang berisi 90 daftar fasilitas pengintaian di seluruh dunia, termasuk fasilitas intelijen komunikasi di kedutaan besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh dan Yangoon. Pada 13 Agustus 2010, peta itu tidak menunjukkan fasilitas tersebut berada di Australia, Selandia Baru, Inggris, Jepang, dan Singapura--negara yang dikenal sebagai sekutu terdekat AS.
Australia sepenuhnya menyadari luasnya spionase elektronik Amerika melawan tetangga dan mitra dagangnya. Selain itu, Negara Kanguru ini memiliki akses ke banyak data yang dikumpulkan oleh program itu.
Pemerintah menyampaikan protes keras berkaitan dengan berita keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Amerika di Jakarta. "Kami sampaikan, jika berita dimaksud benar, hal tersebut merupakan tindakan yang tidak bersahabat dan bertentangan dengan hubungan baik Indonesia-Amerika Serikat," kata Djoko melalui pesan pendek kepada Tempo, Rabu, 30 Oktober 2013.
Menurut Djoko, pemerintah meminta Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Amerika segera memberikan penjelasan resmi ihwal kabar keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan itu. "Kuasa Usaha Ad Interim Amerika Serikat menyampaikan akan segera mencari tahu dan segera menyampaikan informasi lengkap mengenai hal tersebut," ujarnya.
Ihwal sejauh mana pemerintah mengetahui kebenaran keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Amerika, Djoko tak ingin banyak berkomentar. "Lha, yang bikin isu siapa? Kan mereka. Tanya mereka saja dari mana mereka mendapat info (adanya alat sadap) itu," kata mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia ini.
Sebelumnya, berita di Sydney Morning Herald edisi Selasa, 29 Oktober 2013, memuat keterangan whistleblower Edward Snowden yang menyatakan Amerika menyadap telepon dan memonitor jaringan komunikasi dari fasilitas pengawasan elektronik di Kedutaan Besar Amerika dan konsulat di seluruh Asia Timur dan Tenggara.
Ada sebuah peta rahasia yang berisi 90 daftar fasilitas pengintaian di seluruh dunia, termasuk fasilitas intelijen komunikasi di kedutaan besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh dan Yangoon. Pada 13 Agustus 2010, peta itu tidak menunjukkan fasilitas tersebut berada di Australia, Selandia Baru, Inggris, Jepang, dan Singapura--negara yang dikenal sebagai sekutu terdekat AS.
Australia sepenuhnya menyadari luasnya spionase elektronik Amerika melawan tetangga dan mitra dagangnya. Selain itu, Negara Kanguru ini memiliki akses ke banyak data yang dikumpulkan oleh program itu.
Kemhan Tak Tahu Amerika Menyadap Indonesia
Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan menyatakan tak mengetahui ihwal keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
"Kami tidak punya fasilitas untuk mengetahui (alat sadap) itu. Jadi kami tidak tahu," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Sisriadi Iskandar, saat dihubungi Tempo, Rabu, 30 Oktober 2013.
Menurut Sisriadi, keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan berkaitan dengan cyber security. Ia mengatakan, masalah cyber security merupakan ranah Kementerian Komunikasi dan Informatika. "Perlu dikonfirmasi ke Kementerian Komunikasi dan Informatika. Itu perpanjangan tangan mereka," ujar dia.
Sisriadi tak ingin berandai-andai ihwal tindakan yang bakal diambil Kementerian Pertahanan terhadap Kedutaan Amerika jika benar Negeri Abang Sam menempatkan fasilitas penyadapan di Jakarta. Tapi yang pasti, ia menambahkan, ranah Kementerian Pertahanan terdiri atas tiga hal: keutuhan, keselamatan dan kedaulatan bangsa. "Kalau mengusik tiga hal ini, tentu akan diambil tindakan," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia sudah meminta Amerika untuk memberikan penjelasan ihwal kabar keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Amerika di Jakarta. Kabar keberadaan fasilitas penyadapan ini dimuat di surat kabar harian Sydney Morning Herald yang terbit 29 Oktober 2013.
"Kami telah berbicara dengan kepala perwakilan Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta untuk menuntut penjelasan resmi pemerintah Amerika atas pemberitaan dimaksud," kata Marty, melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 30 Oktober 2013.
Menurut Marty, jika pemberitaan ihwal fasilitas penyadapan itu benar, maka tindakan itu bukan hanya merupakan pelanggaran keamanan, tetapi juga pelanggaran serius atas norma dan etika diplomatik. "Ini tentunya tidak selaras dengan semangat hubungan persahabatan antarnegara," ujarnya.
"Kami tidak punya fasilitas untuk mengetahui (alat sadap) itu. Jadi kami tidak tahu," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Sisriadi Iskandar, saat dihubungi Tempo, Rabu, 30 Oktober 2013.
Menurut Sisriadi, keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan berkaitan dengan cyber security. Ia mengatakan, masalah cyber security merupakan ranah Kementerian Komunikasi dan Informatika. "Perlu dikonfirmasi ke Kementerian Komunikasi dan Informatika. Itu perpanjangan tangan mereka," ujar dia.
Sisriadi tak ingin berandai-andai ihwal tindakan yang bakal diambil Kementerian Pertahanan terhadap Kedutaan Amerika jika benar Negeri Abang Sam menempatkan fasilitas penyadapan di Jakarta. Tapi yang pasti, ia menambahkan, ranah Kementerian Pertahanan terdiri atas tiga hal: keutuhan, keselamatan dan kedaulatan bangsa. "Kalau mengusik tiga hal ini, tentu akan diambil tindakan," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia sudah meminta Amerika untuk memberikan penjelasan ihwal kabar keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Amerika di Jakarta. Kabar keberadaan fasilitas penyadapan ini dimuat di surat kabar harian Sydney Morning Herald yang terbit 29 Oktober 2013.
"Kami telah berbicara dengan kepala perwakilan Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta untuk menuntut penjelasan resmi pemerintah Amerika atas pemberitaan dimaksud," kata Marty, melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 30 Oktober 2013.
Menurut Marty, jika pemberitaan ihwal fasilitas penyadapan itu benar, maka tindakan itu bukan hanya merupakan pelanggaran keamanan, tetapi juga pelanggaran serius atas norma dan etika diplomatik. "Ini tentunya tidak selaras dengan semangat hubungan persahabatan antarnegara," ujarnya.
Spoiler for Berita Lain:
Pemerintah Berhak Marah Soal Informasi Alat Sadap di Kedubes AS
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia berhak kecewa dan marah terkait informasi adanya alat sadap di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Apalagi, penyadapan itu dilakukan kepada para pejabat negara Republik Indonesia.
"Tidak selayaknya keduber negara asing, apalagi AS, yang bersahabat baik dengan RI melakukan hal-hal yang tidak terpuji itu," kata Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Tohari melalui pesan singkat, Kamis (31/10/2013).
Hajriyanto menyarankan agar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa meminta klarifikasi kepada duta besar AS atas informasi tersebut. Hubungan RI-AS, ujar politisi Golkar itu, mestinya dibangun di atas paradigma hubungan yang saling menghormati dan menghargai antar kedua negara.
Diketahui, Informasi mengenai aksi AS memata-matai Asia Tenggara termasuk Indonesia dilansir media Australia, Sydney Morning Herald (SMH) mengutip data yang dibocorkan Edward Snowden.
Disebutkan aksi penyadapan dilakukan gabungan dua badan rahasia AS - CIA dan NSA - yang dikenal dengan nama "Special Collection Service".
Amerika Serikat diketahui menyadap dan memantau komunikasi elektronik di Asia Tenggara melalui fasilitas mata-mata yang tersebar di kedutaan besarnya di beberapa negara di kawasan itu, termasuk kedutaan AS di Jalan Medan Merdeka Jakarta Pusat, seperti dilaporkan media Australia, Sydney Morning Herald (SMH) mengutip data yang dibocorkan Edward Snowden.
"Tidak selayaknya keduber negara asing, apalagi AS, yang bersahabat baik dengan RI melakukan hal-hal yang tidak terpuji itu," kata Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Tohari melalui pesan singkat, Kamis (31/10/2013).
Hajriyanto menyarankan agar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa meminta klarifikasi kepada duta besar AS atas informasi tersebut. Hubungan RI-AS, ujar politisi Golkar itu, mestinya dibangun di atas paradigma hubungan yang saling menghormati dan menghargai antar kedua negara.
Diketahui, Informasi mengenai aksi AS memata-matai Asia Tenggara termasuk Indonesia dilansir media Australia, Sydney Morning Herald (SMH) mengutip data yang dibocorkan Edward Snowden.
Disebutkan aksi penyadapan dilakukan gabungan dua badan rahasia AS - CIA dan NSA - yang dikenal dengan nama "Special Collection Service".
Amerika Serikat diketahui menyadap dan memantau komunikasi elektronik di Asia Tenggara melalui fasilitas mata-mata yang tersebar di kedutaan besarnya di beberapa negara di kawasan itu, termasuk kedutaan AS di Jalan Medan Merdeka Jakarta Pusat, seperti dilaporkan media Australia, Sydney Morning Herald (SMH) mengutip data yang dibocorkan Edward Snowden.
Intelijen Amerika Serikat Sudah Terlibat Sejak Indonesia Merdeka
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar adanya alat sadap di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mencuat ke publik. Hal itu pun mendapatkan reaksi dari kalangan DPR RI.
Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari mengaku tidak kaget dengan isu tersebut. Sebab, AS diketahui telah menyadap negara-negara sekutunya seperti Jerman, Perancis dan Eropa yang tidak memiliki ketergantungan besar kepada negara adidaya itu.
"Yang tidak ada ketergantungan AS berani melakukannya kenapa tidak ke negara satelit seperti Indonesia yang ketergantungan kita tinggi melalui segala bantuan-bantuan yang diberikan," kata Eva ketika dihubungi, Rabu (30/10/2013).
Eva mengutip studi Cornel University dimana keterlibatan Amerika sejak RI merdeka sudah besar. Studi tersebut memperlihatkan data-data yang disimpan oleh intelijen termasuk pelengseran Presiden RI Soekarno.
"Jadi sekarang hanya kelanjutan saja, dari keterlibatan sejak dulu. Jangan lupa, ada kerjasama dengan pejabat-pejabat kita lho," imbuhnya.
Ia mencontohkan dalam buku yang ditulis Kwik Kian Gie terkait proses pengambilan keputusan untuk penjualan BCA dan BLBI. Para birokrat tingkat tinggi di Kemenkeu dan BI, ujar Eva, selalu berhubungan dengan Washington DC.
"Artinya, beda dengan di Eropa yang merasa dicurangi, di sini kasat mata. Tegasnya, kita membiarkan dan malah bekerjasama dengan intelijen asing. Jadi ada problem mental kolaborator di kita," tutur Anggota Komisi III itu.
Ia menduga penyadapan tidak saja dilakukan oleh Amerika Serikat tetapi negara lainnya. "Ada info kok, mereka biasa beli informasi A1 dari aparat kita kok. Gampang disuap katanya," tukasnya.
Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari mengaku tidak kaget dengan isu tersebut. Sebab, AS diketahui telah menyadap negara-negara sekutunya seperti Jerman, Perancis dan Eropa yang tidak memiliki ketergantungan besar kepada negara adidaya itu.
"Yang tidak ada ketergantungan AS berani melakukannya kenapa tidak ke negara satelit seperti Indonesia yang ketergantungan kita tinggi melalui segala bantuan-bantuan yang diberikan," kata Eva ketika dihubungi, Rabu (30/10/2013).
Eva mengutip studi Cornel University dimana keterlibatan Amerika sejak RI merdeka sudah besar. Studi tersebut memperlihatkan data-data yang disimpan oleh intelijen termasuk pelengseran Presiden RI Soekarno.
"Jadi sekarang hanya kelanjutan saja, dari keterlibatan sejak dulu. Jangan lupa, ada kerjasama dengan pejabat-pejabat kita lho," imbuhnya.
Ia mencontohkan dalam buku yang ditulis Kwik Kian Gie terkait proses pengambilan keputusan untuk penjualan BCA dan BLBI. Para birokrat tingkat tinggi di Kemenkeu dan BI, ujar Eva, selalu berhubungan dengan Washington DC.
"Artinya, beda dengan di Eropa yang merasa dicurangi, di sini kasat mata. Tegasnya, kita membiarkan dan malah bekerjasama dengan intelijen asing. Jadi ada problem mental kolaborator di kita," tutur Anggota Komisi III itu.
Ia menduga penyadapan tidak saja dilakukan oleh Amerika Serikat tetapi negara lainnya. "Ada info kok, mereka biasa beli informasi A1 dari aparat kita kok. Gampang disuap katanya," tukasnya.
Google & Yahoo Disadap Keamanan Amerika
Quote:
Dinas Keamanan Nasional Amerika Serikat tak hanya menyadap telepon petinggi dan rakyat negara lain, tapi juga menyadap sejumlah tautan komunikasi utama dari pusat data Yahoo dan Google di seluruh dunia.
Menurut harian Washington Post, Rabu (30/10), mengutip dokumen dari mantan kontraktor NSA Edward Snowden dan sejumlah wawancara dengan pejabat, program tersebut memungkinkan NSA untuk mengumpulkan darat dari ratusan hingga jutaan akun pengguna, termasuk warga AS.
Laporan itu menyebut program penyadapan tersebut sebagai MUSCULAR, yang dioperasikan bersama Dinas Keamanan Inggris (GHCQ). Program tersebut memungkinkan kedua dinas keamanan mengambil lalu lintas data dari kabel serat optik yang digunakan oleh dua raksasa internet AS itu.
Laporan Washington Post itu juga menyebut MUSCULAR berbeda dengan PRISM, yang membutuhkan perintah pengadilan untuk pelaksanaannya.
Berdasarkan dokumen tertanggal 9 Januari 2013 yang dikutip harian itu, sebanyak 181 juta catatan berhasil dikumpulkan dalam kurun waktu 30 hari. Data tersebut meliputi metadata surat elektronik seperti teks, suara dan video.
Dokumen yang dilansir mengindikasikan bahwa pengumpulan data NSA itu berlangsung di luar Amerika Serikat dan operator telekomunikasi yang tidak disebutkan namanya berperan dalam memberikan akses kepada mereka.
Gambar dalam dokumen tersebut menunjukkan bahwa pencegatan data dilakukan di saat lalu lintas data antara pengguna internet publik dan server “cloud” milik Google.
Dengan beroperasi di luar wilayah AS maka NSA memiliki wewenang yang lebih luas, karena pengoperasian di AS membutuhkan perintah pengadilan, tulis Washington Post.
Kepala NSA, Jenderal Keith Alexander, yang ditanyai soal dugaan penyadapan tersebut mengatakan bahwa dia tidak tahu menahu soal laporan tersebut tetapi menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak akurat.
“Aktivitas seperti itu, dalam sepengetahuan saya, tidak pernah terjadi,” katanya dalam sebuah konferensi yang disponsori oleh Bloomberg TV.
“Faktanya pada Juni ada tuduhan tentang NSA yang menyadap server Yahoo atau Google, hal itu merupakan tuduhan yang tidak benar,” kata Alexander.
Dia menambahkan NSA bisa mendapatkan akses terhadap sejumlah data tertentu berdasarkan perintah pengadilan dan hal itu tidak mencakup wewenang untuk menerobos database tertentu.
Petinggi Bidang Hukum Google, David Drummond, mengatakan raksasa internet itu tidak terlibat dalam aktivitas penyadapan yang dituduhkan.
“Kami telah lama sadar tentang kemungkinan tersebut, sehingga kami terus memperluas enkripsi data dalam berbagai layanan Google, terutama tautan dalam slide,” kata Drummond dalam pernyataan.
Yahoo juga membantah hal itu dengan mengatakan dalam pernyataan bahwa mereka memiliki akses yang ketat untuk melindungi keamanan pusat data mereka dan mereka tidak pernah memberikan akses kepada NSA atau badan pemerintah lainnya.
Laporan tersebut muncul di tengah prahara protes terkait pengintaian NSA terhadap jaringan telepon dan komunikasi internet di dalam dan luar AS.
Menurut harian Washington Post, Rabu (30/10), mengutip dokumen dari mantan kontraktor NSA Edward Snowden dan sejumlah wawancara dengan pejabat, program tersebut memungkinkan NSA untuk mengumpulkan darat dari ratusan hingga jutaan akun pengguna, termasuk warga AS.
Laporan itu menyebut program penyadapan tersebut sebagai MUSCULAR, yang dioperasikan bersama Dinas Keamanan Inggris (GHCQ). Program tersebut memungkinkan kedua dinas keamanan mengambil lalu lintas data dari kabel serat optik yang digunakan oleh dua raksasa internet AS itu.
Laporan Washington Post itu juga menyebut MUSCULAR berbeda dengan PRISM, yang membutuhkan perintah pengadilan untuk pelaksanaannya.
Berdasarkan dokumen tertanggal 9 Januari 2013 yang dikutip harian itu, sebanyak 181 juta catatan berhasil dikumpulkan dalam kurun waktu 30 hari. Data tersebut meliputi metadata surat elektronik seperti teks, suara dan video.
Dokumen yang dilansir mengindikasikan bahwa pengumpulan data NSA itu berlangsung di luar Amerika Serikat dan operator telekomunikasi yang tidak disebutkan namanya berperan dalam memberikan akses kepada mereka.
Gambar dalam dokumen tersebut menunjukkan bahwa pencegatan data dilakukan di saat lalu lintas data antara pengguna internet publik dan server “cloud” milik Google.
Dengan beroperasi di luar wilayah AS maka NSA memiliki wewenang yang lebih luas, karena pengoperasian di AS membutuhkan perintah pengadilan, tulis Washington Post.
Kepala NSA, Jenderal Keith Alexander, yang ditanyai soal dugaan penyadapan tersebut mengatakan bahwa dia tidak tahu menahu soal laporan tersebut tetapi menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak akurat.
“Aktivitas seperti itu, dalam sepengetahuan saya, tidak pernah terjadi,” katanya dalam sebuah konferensi yang disponsori oleh Bloomberg TV.
“Faktanya pada Juni ada tuduhan tentang NSA yang menyadap server Yahoo atau Google, hal itu merupakan tuduhan yang tidak benar,” kata Alexander.
Dia menambahkan NSA bisa mendapatkan akses terhadap sejumlah data tertentu berdasarkan perintah pengadilan dan hal itu tidak mencakup wewenang untuk menerobos database tertentu.
Petinggi Bidang Hukum Google, David Drummond, mengatakan raksasa internet itu tidak terlibat dalam aktivitas penyadapan yang dituduhkan.
“Kami telah lama sadar tentang kemungkinan tersebut, sehingga kami terus memperluas enkripsi data dalam berbagai layanan Google, terutama tautan dalam slide,” kata Drummond dalam pernyataan.
Yahoo juga membantah hal itu dengan mengatakan dalam pernyataan bahwa mereka memiliki akses yang ketat untuk melindungi keamanan pusat data mereka dan mereka tidak pernah memberikan akses kepada NSA atau badan pemerintah lainnya.
Laporan tersebut muncul di tengah prahara protes terkait pengintaian NSA terhadap jaringan telepon dan komunikasi internet di dalam dan luar AS.


Quote:
Spoiler for Thread Lain:
Quote:
Wei Xinpeng, Nelayan Pemburu Mayat di Sungai Kuning
[PIC] Andrew Darwis yg kanan / kiri gan ?
Berjilbab, Hindari Kerundung Gelap demi Kesehatan Rambut
Cristiano Ronaldo Beri SBY Hadiah Istimewa
Mana yang Lebih Ampuh Usir Pedas: Air Hangat atau Air Dingin?
Mike Phelan : Wayne Rooney Butuh Tantangan
Akhirnya Kareena Kapoor Resmi Ganti Nama
Bus Maut Cisarua Terakhir Uji KIR pada 2005
SNSD Minta Disediakan Nasi Padang dan Pempek
Ben Affleck Perankan Batman di Sekuel "Man of Steel"
Inilah Bocoran Spesifikasi Apple iPhone 5C
Indonesia adalah pengimpor mobil-mobil mewah seperti Ferrari, Porsche dan Lamborghini
Kata Makian Warnai Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Pindahkan Ibukota dari Jakarta, SBY Bentuk Tim Kecil
Bahasa Indonesia Dicaplok Brunei
Agan Tahu Berapa Jumlah Mal di Jakarta ?
[UPDATE] Kritik Kampus, Mahasiswa Semarang Dipaksa Mundur
Ducati Kian Tertinggal dari Honda & Yamaha
Resmi naik per 11 Oktober, ini tarif baru 13 ruas tol
Ini Jam Penghitung Mundur Sisa Hidup Seseorang
Ini Alasan Microsoft Matikan Windows XP
[PIC] Andrew Darwis yg kanan / kiri gan ?
Berjilbab, Hindari Kerundung Gelap demi Kesehatan Rambut
Cristiano Ronaldo Beri SBY Hadiah Istimewa
Mana yang Lebih Ampuh Usir Pedas: Air Hangat atau Air Dingin?
Mike Phelan : Wayne Rooney Butuh Tantangan
Akhirnya Kareena Kapoor Resmi Ganti Nama
Bus Maut Cisarua Terakhir Uji KIR pada 2005
SNSD Minta Disediakan Nasi Padang dan Pempek
Ben Affleck Perankan Batman di Sekuel "Man of Steel"
Inilah Bocoran Spesifikasi Apple iPhone 5C
Indonesia adalah pengimpor mobil-mobil mewah seperti Ferrari, Porsche dan Lamborghini
Kata Makian Warnai Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Pindahkan Ibukota dari Jakarta, SBY Bentuk Tim Kecil
Bahasa Indonesia Dicaplok Brunei
Agan Tahu Berapa Jumlah Mal di Jakarta ?
[UPDATE] Kritik Kampus, Mahasiswa Semarang Dipaksa Mundur
Ducati Kian Tertinggal dari Honda & Yamaha
Resmi naik per 11 Oktober, ini tarif baru 13 ruas tol
Ini Jam Penghitung Mundur Sisa Hidup Seseorang
Ini Alasan Microsoft Matikan Windows XP
- Tinggalkan Komeng dan Jejak gan
- Boleh juga
atau
gan
- Haram untuk memberi
dan
begitu aja
- Hargai usaha TS untuk membuat thread ini


Diubah oleh nuralka 31-10-2013 19:05
0
3.8K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan