:Yb:hi: botolchivas PCR berkala itu kalau end point trialnya adalah mencegah infeksi. Kalau end pointnya bukan itu ya gak perlu. Efikasi itu bukan itu, efikasi itu persentase penurunan risiko setelah divaksin ketimbang tidak divaksin (dapet plasebo). Angkanya juga tergantung kategori yang ditetap
:Yb:hi: botolchivas Uji klinis itu sebetulnya macem2 end point / tujuannya. Kalau yang paling ideal sebetulnya mencegah infeksi. Namun tentu untuk kasus ini butuh biaya sangat besar untuk cek PCR SEMUA relawan secara BERKALA. Ada juga yang bertujuan untuk mengurangi yang sakit, nah ini bisa dilih
:Yb:hi: Kalau mau ngeles "kena" yang dimaksud terinfeksi (termasuk OTG) ya masih keliru juga si mantan menteri untuk sinovac kita gak punya data efikasi mencakup OTG. Yang ke-record itu yang positif DAN gejalanya sangat ringan. Artinya ya si mantan menteri gak bisa bilang podo wae antar
:Yb:hi: botolchivas Udah ane kasih penjelasan di atas: "..... maksudnya yg kena dari gejala sangat ringan sampai parah" wajar saja karena uji klinis gak mengawal semua pesertanya untuk rutin swab PCR ngecekin kondisi terinfeksi atau engga. Hampir semua vaksin untuk uji klinis fase 3 sep
:Yb:hi: botolchivas Peluangnya jelas beda. Mosok efikasi 50% peluangnya sama. Kalo peluangnya sama ya efikasi 0%. Kena di sini, berdasarkan kriteria sinovac yg efikasi 50an persen lebih dikit, itu maksudnya yg kena dari gejala sangat ringan sampai parah. :linux2:
:Yb:hi: Ane justru heran kok yg katanya ahli beneran bisa berstatemen vaksin yg efektivitasnya 54% sama aja dengan tidak divaksin. :ngakaks Kalo vaksin yg efektivitasnya di bawah 50% berarti malah lebih buruk divaksin ketimbang ga divaksin dong. :ngakaks
:Yb:hi: Kurang lebih setuju sinovac efikasinya bisa dibilang lebih rendah dibanding yg lain cem pfizer, moderna, dll. Cuman ya masih tetep berguna untuk mengurangi tingkat keparahan covidnya. Harapannya mengurangi beban fasilitas medis. :linux2:
:Yb:hi: botolchivas Keliru, sebetulnya yg pas adalah: divaksin kemungkinan kena covidnya 50% lebih rendah daripada tidak divaksin. Dengan efikasi 50% jika dikatakan divaksin 50% kemungkinannya kena covid maka tidak divaksin 100% kena covid. Kalo riilnya mungkin ga sampai ekstrim seperti itu. Ang
:Yb:hi: Sebetulnya risiko jangka panjangnya lebih diketahui yang bikinan sinovac, sinopharm, mereka pakai teknologi yang sudah umum buat memproduksi vaksin. Hanya saja efikasinya lebih rendah dibanding pakai metode lain yang bener2 bisa dibilang baru untuk vaksin. Nah teknologi baru ini efek jangk
:Yb:hi: Kalo ndak salah ini si dokter nantangin 100 dokter supaya divaksin sinovac kemudian dites antibody-nya :ngakaks kagak perlu kali, udah dilakuin, keknya dulu biofarma ngomongin 97% kemudian ditegaskan oleh sinovac itu bukan angka efikasi vaksin dia.
:Yb:hi: Aneh itu si ibu mantan menkes gak mungkin gak tau "vaksin" dendritik itu sebetulnya ploduk mamalika.