Chapter 38 (The End) POV DEWI --------------------------------------- Ya Allah! Kuhempaskan ponsel itu. Sekujur tubuh merinding setelah melihat isinya. Nomor siapa itu? "Kenapa, Sayang?" Mas Jono sepertinya ikut kaget. "Kok, wajahmu pucet gitu." Nomor tak dikenal. Aku menu
Chapter 37 POV BU SAYEM ---------------------------- "Apa dulu Mama waktu masih kayak aku haidnya enggak dateng lagi. Soalnya, aku emggak haid lagi, Ma. Aku seneng karena perutku enggak sakit," terangnya. Dia meringis bahagia. Refleks gelas bening besar lolos dari tanganku dan meluncur
Chapter 36 POV BU SAYEM ---------------------------------------- Ponselku bergetar, pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Terbaca sedikit pada notifikasi bar. Dasar lelaki mesum! Aku kesal dengan lelaki ini, baru bertemu sekali sudah berani mengirimiku foto seperti ini. Apa dia pikir, dia itu gan
Chapter 35 POV DEWI -------------------------------- Masa iya ada yang tega berbuat seperti ini, siapa? Ya Allah, lindungilah keluargaku. "Mas! Mas Jono!" teriakku panik memanggil Mas Jono. Agak lama menunggu, suamiku belum juga muncul. Aku berlari ke dalam, dia pulas. Kugoncang badan
Chapter 34 POV DEWI ------------------------------------- Sudah pukul sebelas siang, Mas Jono juga belum pulang. Tumben sekali, biasanya jam 9 paling lambat. Apa kelilingnya jauh? Aku menunggu kepulangannya sambil duduk di teras. Yumna baru saja tertidur. Mendadak aku teringat penolakan Bu Sayem
Chapter 33 POV BU SAYEM ---------------------------- pintaku dalam hati. Sepatah kata pun tak bisa keluar dari mulutku. Wajah hancurnya persis dengan yang di dalam mimpiku. Lidahnya menjulur panjang hingga menyentuh dada. Sosok itu terus mendekatiku. Kupejamkan saja mata ini, berharap dia pergi
Chapter 32 POV BU SAYEM ---------------------------- "Ariin!" Kugoncang badannya kuat. Baiknya aku memang harus ke Bidan Yuni. Tak bisa kalau harus membawa Arin ke sana. Repot sekali pastinya. Dengan mengendarai sepeda motor, aku melesat ke rumah Bidan Yuni yang sebenarnya tidak jauh.
Chapter 31 POV BU SAYEM -------------------------------------- "Ayo! Semangatlah menyuburkan anak-anakku. Mereka akan tumbuh besar dan terus mendampingimu sampe kamu menjadi orang paling kaya dan di segani di kampung ini. Air yang diberi tuanku akan membuat mereka tumbuh besar dan mengayakan
Chapter 30 POV BU SAYEM ----------------------- Aku meraba sisi di sekitar dudukku. Sesuatu yang dingin, tajam, dan melengkung tersentuh oleh jariku. Apa ini? Baunya juga tak enak. Aku mual. Ada yang menetes ke tanganku. Dingin dan lengket. Tiba-tiba ruangan kembali terang. Tak ada apapun. Bulu
Chapter 29 POV BU SAYEM ------------------------------ Hari pun terus berlalu. Aden dan Amir masih berada di rumah. Aku belum kembali berjualan. Hatiku mulai bisa menerima kepergian Mas Boyo. Pelan-pelan aku juga sudah mengatakan bahwa yang Arin lakukan di video itu adalah kesalahan dan dosa besa
Chapter 28 POV ARIN ---------------------------- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Z...
Chapter 27 POV ARIN -------------------------- Beberapa hari berlalu sejak meninggalnya bapakku. Mas Aden dan Mas Amir marah besar padaku. Pintu kamar yang rusak sebagai buktinya. "Arin!" pekik Mas Aden sembari mengampak daun pintu kamar. Gambar Mickey Mouse kesayanganku terbelah. Ak
Chapter 26 POV BU SAYEM --------------------------------- Aku masih belum sanggup kalau harus hidup tanpa Mas Boyo. Apalagi dalam keadaan masalah yang begitu besar menumpuk di pundakku. Ya, masalah Arin. Kuhubungi Aden. "Aden!" sebutku histeris. Aku menangis tersedu-sedu. "Ma, ke
Chapter 25 #POV DEWI ------------------------------ Aku mengirimkan pesan itu di grup. Aku kaget membaca respon dari mereka. Bu Rusi. Bu Sana. Bu Arum. Sungguh Bu Arum ternyata bisa menulis sekasar itu. Mengumpamakan Bu Sayem dengan seekor anjing gila. Sungguh aku tak menduga bahwa jari
Chapter 24 POV DEWI ------------------------ "Assalamu'alaikum!" Aku segera membuka pintu sambil melirik jam dinding. Pukul 5 sore lebih. Mas Jono pulang dengan wajah kebingungan. "Wa'alaikumsalam, Mas." Kuraih tangannya dan kucium punggung tangan Mas Jono. Aku bergegas ke
Chapter 23 POV Bu Sayem ------------------------ "Apa Mas Boy mau berjanji enggak akan ninggalin aku setelah aku bercerita?" tanyaku penuh harap. Aku takut kehilangan Mas Boyo. Suamiku itu mengangguk pelan. Raut wajahnya menggambarkan kebingungan. Entahlah! Aku masih saja tak sanggup m
Chapter 22 POV BU SAYEM ------------------------------ Aku menggeleng kuat dan mendorong tubuh Arin jauh. Seketika api dari tubuh Arin menyulut emosiku. Ditambah lagi cercaan dari luar. "Usir anak sialan itu dari kampung ini!" teriakan seorang perempuan dari arah luar, diiringi dengan
Chapter 21 POV Bu Sayem --------------------------------- Perasaanku malah tak enak. Aku segera menutup wajahku dengan kerudung. Apa yang mereka tonton dan kenapa menyebut nama anakku? "Duh, kalo ini jadi anakku, udah kuusir. Masa anak SD bisa begini. Harus diusir dari kampung! Kalo dibiari
Chapter 20 POV DEWI ---------------------------------- Pagi ini hari pertama Mas Jono berdagang sayuran. Aneka ikan dan segala macam bumbu dapur, sudah penuh di gerobak dorongnya. Aku bahagia, tetapi sedikit gelisah juga. Aku yakin rezeki sudah diatur Allah, tetapi yang namanya manusia, selalu sa
Chapter 19 POV BU SAYEM ------------------------------- Seorang perempuan mengendarai motor dengan pakaian dinas berwarna cokelat memasuki pelataran rumahku. Gurunya Arin. Mendadak perasaanku tidak enak. Aku mengulas senyum getir saat guru Arin memasuki teras warungku. "Assalamu'alaikum, Bu