Chapter 31 POV ROEL "Roel, bangun. Kok kamu tidur disini? Kenapa nggak tidur di kamar?" tanya Mama mertua. Aku langsung bangun sambil mengucek mata. "Gimana nggak mau tidur disini? Anak Mama liat Roel bawaannya kaya mau dimakan," jawabku masih sambil mengucek mata. Mana badan j
Chapter 30 SPESIAL BANGKRUT Pagi menyapa, tiba-tiba saja ponsel Bang Roel memiliki banyak panggilan tidak terjawab. Ternyata dari Yudha. Ada pesan kalau Mama mertuaku masuk rumah sakit. Gegas kami pun langsung bersiap untuk kembali ke Jakarta. Bang Roel segera memesan tiket untuk hari ini juga. Se
Chapter 29 POV RANI "Maaf, semuanya, saya dan istri saya permisi dulu. Salam untuk Lingga dan yang lain," ucap Bang Roel. "Oh, iya, saya titipkan kartu nama saya, supaya Lingga bisa menghubungi saya," ujar Bang Roel seraya menyerahkan sebuah kartu nama pada orang tua sahabat l
Chapter 28 POV RANI "Assalamualaikum," ucapku saat aku dan Bang Roel sudah sampai di rumah. Terlihat mertua dan Iparku itu sedang bersantai di ruang keluarga sambil menikmati jamuan. Segera aku pun tersenyum dan menghampiri mereka untuk bersalaman. "Apa kabar, Ma?" sapaku samb
Chapter 27 POV RANI "Sayang, berhenti menangis. Sekarang kita sudah sampai," ucap Bang Roel. Aku mengangguk dan segera turun dari mobil. Bang Roel menggandeng tanganku untuk masuk ke rumah. Nampak Mas Anton masih bermain catur di sana. Ada juga Juwita yang ikut bergabung. Mungkin dia j
Chapter 26 POV RANI Malam ini tiba waktunya untuk pergi ke acara ulang tahun Citra. Selain itu mereka juga mengadakan acara reuni. Aku tidak mau mempermalukan Bang Roel, jadi aku berhias secantik mungkin dan juga berpakaian rapi. Sepaket perhiasan yang super cantik kukenakan. Siang tadi aku juga
Chapter 25 POV Rani "Bang, tidak menyangka rumah tangga kita sekarang sudah berjalan hampir tiga bulan lamanya," lirihku masih dalam posisi bermanja sambil menonton film bersama Bang Roel. Semenjak menikah, kami jarang sekali pergi ke toko. Mas Anton pada akhirnya yang menjadi karyawan t
Chapter 24 POV VINA "Mbak, kamu nggak ada masalah 'kan?" tanyaku yang melihat mata Mbak Santi terlihat berkaca-kaca. Matanya terlihat nanar saat melihat mantan suaminya tengah bersama perempuan lain. "Sakit banget sebenarnya Mbak melihat pemandangan ini," lirihnya. Baru bebera
Chapter 23 POV VINA "Duduklah dulu Uni," ujar Bang Roel. "Vina layani, Uni Rika. Dia selalu borong," titah Bang Roel. "Kemarin juga Uni habis belanja di sini. Sama adek ini juga yang ngelayani. Tapi kok mahal, Roel? Naik bahannya? Susah Uni jual kalau dari Roel mahal-
Chapter 22 POV Vina… Dua bulan berlalu, usaha untuk mempengaruhi orang tua Bang Roel untuk tidak menikahkan putranya dengan Rani faktanya sia-sia. Mereka sama sekali tidak terpengaruh. Bahkan menasihati Rani, selama masa idah perempuan yang baru saja cerai tidak boleh keluar rumah sampai batas wa
Chapter 21 POV Vina "Maaf apa keluhannya hanya itu saja?" tanya Dokter. "Iya, Dok. Kadang perut ini mual. Tapi ada rasa lapar," jawabku sedikit khawatir. "Ada apa dengan saya, Dokter?" Bersyukur Mas Anton menunggu di luar karena tidak tahan masuk ruangan dokter. Ba
Chapter 20 POV Anton Sudah hampir pukul sembilan pagi toko belum buka juga. "Tumben Bang Roel belum datang," ucap Mbak Santi aku diam saja sambil menyeruput kopi. "Gimana ya cara mengacaukan hubungan antara Rani dan Bang Roel? Nggak rela banget aku kayaknya," kata Mbak Sant
Chapter 19 POV Anton "Santi, tadi aku tanya kamu kenal dimana sama suami Rani?" tanya Bang Roel yang tengah sibuk mengendarai mobilnya. "Dan kamu Anton, tadi kamu belum lanjutkan ucapanmu. Kalian ini sangat pandai membuat orang penasaran," ucap Bang Roel. "Em, anu … Ba
Chapter 18 Hari ini aku sedikit terkejut melihat Rani sangat cantik datang bersama bosku. Kelihatan sekali Bang Roel menyukai Rani. Seperti mimpi ketika Rani memberikan aku senyum termanisnya. Mungkinkah masih ada sedikit harap untukku? Bang Roel mampu membuatku cemburu, aneh memang ketika melihat
Chapter 17 POV Rani Hari ini, tiba waktunya aku akan pergi ke acara pernikahan bersama Bang Roel. Uda tampan hitam manis dari kota minang itu, memang mampu mencuri hati dan perhatianku. Siapapun perempuan normal yang melihat wajahnya, pasti akan terkesima. Termasuk aku, dan aku … merasa menjadi...
Chapter 16 POV GALANG "Mas! Lihat ini istrimu. Marah-marah gak jelas begitu. Main tuduh Ibu yang suruh kalian cerai. Emang dasar perempuan sinting!" semprot Kiran sesampainya aku di rumah. "Ini! Lihat status-statusnya, seakan memojokkan Ibu," imbuhnya. "Desti masuk ke
Chapter 15 POV GALANG. "Sudahlah, Galang. Kamu jalani saja rumah tangga kamu dengan, Santi. Bukankah ini sudah menjadi pilihanmu? Dulu saat Winda tidak mau dicerai dan rela diduakan, kenapa justru kamu lebih memilih menuruti ucapan, Santi? Kamu yang salah. Tidak usah kamu berkeluh kesah pada
Chapter 14 POV VINA Semua yang aku katakan pada Mas Anton hanyalah kebohongan. Kebohongan untuk meredamkan amarahnya saja. Aku takut kalau sampai bercerai dari Mas Anton, sebab aku sendiri belum mendapatkan pengganti. Nanti kalau tidak ada lagi laki-laki yang mau sama aku bagaimana? Ya, meskipun i
Chapter 13 POV ANTON Bolehkah aku sebagai lelaki menangis? Bolehkah aku berucap, kalau aku menyesal menikahi perempuan yang hanya bagus rupanya? Ketika aku mengkhianati istriku demi perempuan ini. Apa yang kudapat? Semakin hari ternyata sifat aslinya mulai terlihat. Vina! Perempuan yang terlihat m