TS
bonusqris
Ekonomi Asia Terbelah: Thailand 1.6% PDB vs India/Filipina 5% Lebih?
Selamat malam Agan-Sista di KASKUS!
Likuiditas dari The Fed (Bank Sentral AS) sudah membanjiri pasar Asia, tapi hasilnya tidak merata. Ekonomi di kawasan ini terbagi dua kutub: yang melesat kencang dan yang terancam ambruk.
Ini Peta Perang Ekonomi Asia 2026: Siapa yang Menghasilkan Pertumbuhan Kuat dan Siapa yang Tertinggal!
1. EKONOMI ASIA DENGAN PERTUMBUHAN KUAT (TAILWINDS)
Negara-negara ini kokoh dan didorong oleh permintaan domestik, bukan cuma ekspor:
[ul][li]India: Juara Dunia (6,2% – 6,5% PDB).India tetap jadi ekonomi besar dengan pertumbuhan tercepat, didorong oleh konsumsi domestik yang sangat kuat.[/li][li]Filipina: Paling Resilien (5,7% PDB).Tahan banting karena ditopang oleh sektor jasa (BPO) dan remitansi stabil dari pekerja migran. Uang kiriman ini menjaga daya beli rumah tangga.[/li][li]Korea Selatan: Bangkit (1,8% PDB).Naik signifikan, didorong oleh pemulihan permintaan domestik dan investasi gila-gilaan di sektor semikonduktor/teknologi.[/li][/ul]2. EKONOMI YANG MELAMBAT / TERANCAM (HEADWINDS)
Negara-negara ini melambat drastis karena masalah struktural internal dan kelemahan ekspor:
[ul][li]Thailand: Paling Anjlok (1,6% PDB).Diprediksi mencatat pertumbuhan terendah di ASEAN. Penyebab utamanya? Utang rumah tangga yang sangat tinggi yang membuat stimulus pemerintah jadi tidak mempan lagi.[/li][li]Tiongkok (RRC): Melambat ke 4,2%.Permintaan domestik lesu, dan masalah kelebihan pasokan di banyak industri menekan pertumbuhan.[/li][li]Malaysia: Moderasi (4,2% PDB).Pertumbuhan melambat karena harga ekspor energi (LNG) yang turun dan kerentanan terhadap siklus teknologi E&E (Electrical & Electronics) global.[/li][/ul]3. STATUS INDONESIA: STABIL, TAPI ADA WARNING KONTRAKSI
Indonesia stabil di 5,0% PDB, didukung loyalitas konsumsi rumah tangga. Tapi ada sinyal serius yang harus diwaspadai:
[ul][li]FDI Kontraksi -8,9% (Q3 2025): Investasi Asing Langsung (FDI) non-komoditas kita mengalami penurunan tajam dua kuartal berturut-turut. Ini menunjukkan sentimen geopolitik menekan investasi di sektor yang lebih terdiversifikasi.[/li][li]Dilema Hilirisasi: Walau nikel berhasil menarik modal besar ke sektor pertambangan, Indonesia masih berisiko hanya jadi "pusat pemrosesan" komoditas, tanpa menguasai teknologi hilir yang bernilai tambah tertinggi (katoda/baterai).[/li][/ul]KESIMPULAN: Asia punya peluang besar dari uang murah The Fed. Tapi, investor kini harus pilih-pilih. Hindari negara dengan utang domestik tinggi (seperti Thailand) dan fokus pada negara yang kuat konsumsi (India, Filipina, Indonesia).
INFO SPESIAL UNTUK KASKUSER:
Buat Agan-Sista yang sering transaksi dan mau cashback maksimal dari pembayaran digital, kunjungi dan explore layanan dibonusqris. Praktis dan menguntungkan!
Dan kalau lagi butuh hiburan yang seru setelah pusing mikirin PDB dan FDI, pastikan experience yang Agan pilih itu yang bener-benerya!
Bagaimana pendapat Agan-Sista? Apakah Thailand bisa comeback dari ancaman utang rumah tangga ini? Mari kita bahas di bawah!
Likuiditas dari The Fed (Bank Sentral AS) sudah membanjiri pasar Asia, tapi hasilnya tidak merata. Ekonomi di kawasan ini terbagi dua kutub: yang melesat kencang dan yang terancam ambruk.
Ini Peta Perang Ekonomi Asia 2026: Siapa yang Menghasilkan Pertumbuhan Kuat dan Siapa yang Tertinggal!
1. EKONOMI ASIA DENGAN PERTUMBUHAN KUAT (TAILWINDS)
Negara-negara ini kokoh dan didorong oleh permintaan domestik, bukan cuma ekspor:
[ul][li]India: Juara Dunia (6,2% – 6,5% PDB).India tetap jadi ekonomi besar dengan pertumbuhan tercepat, didorong oleh konsumsi domestik yang sangat kuat.[/li][li]Filipina: Paling Resilien (5,7% PDB).Tahan banting karena ditopang oleh sektor jasa (BPO) dan remitansi stabil dari pekerja migran. Uang kiriman ini menjaga daya beli rumah tangga.[/li][li]Korea Selatan: Bangkit (1,8% PDB).Naik signifikan, didorong oleh pemulihan permintaan domestik dan investasi gila-gilaan di sektor semikonduktor/teknologi.[/li][/ul]2. EKONOMI YANG MELAMBAT / TERANCAM (HEADWINDS)
Negara-negara ini melambat drastis karena masalah struktural internal dan kelemahan ekspor:
[ul][li]Thailand: Paling Anjlok (1,6% PDB).Diprediksi mencatat pertumbuhan terendah di ASEAN. Penyebab utamanya? Utang rumah tangga yang sangat tinggi yang membuat stimulus pemerintah jadi tidak mempan lagi.[/li][li]Tiongkok (RRC): Melambat ke 4,2%.Permintaan domestik lesu, dan masalah kelebihan pasokan di banyak industri menekan pertumbuhan.[/li][li]Malaysia: Moderasi (4,2% PDB).Pertumbuhan melambat karena harga ekspor energi (LNG) yang turun dan kerentanan terhadap siklus teknologi E&E (Electrical & Electronics) global.[/li][/ul]3. STATUS INDONESIA: STABIL, TAPI ADA WARNING KONTRAKSI
Indonesia stabil di 5,0% PDB, didukung loyalitas konsumsi rumah tangga. Tapi ada sinyal serius yang harus diwaspadai:
[ul][li]FDI Kontraksi -8,9% (Q3 2025): Investasi Asing Langsung (FDI) non-komoditas kita mengalami penurunan tajam dua kuartal berturut-turut. Ini menunjukkan sentimen geopolitik menekan investasi di sektor yang lebih terdiversifikasi.[/li][li]Dilema Hilirisasi: Walau nikel berhasil menarik modal besar ke sektor pertambangan, Indonesia masih berisiko hanya jadi "pusat pemrosesan" komoditas, tanpa menguasai teknologi hilir yang bernilai tambah tertinggi (katoda/baterai).[/li][/ul]KESIMPULAN: Asia punya peluang besar dari uang murah The Fed. Tapi, investor kini harus pilih-pilih. Hindari negara dengan utang domestik tinggi (seperti Thailand) dan fokus pada negara yang kuat konsumsi (India, Filipina, Indonesia).
INFO SPESIAL UNTUK KASKUSER:
Buat Agan-Sista yang sering transaksi dan mau cashback maksimal dari pembayaran digital, kunjungi dan explore layanan dibonusqris. Praktis dan menguntungkan!
Dan kalau lagi butuh hiburan yang seru setelah pusing mikirin PDB dan FDI, pastikan experience yang Agan pilih itu yang bener-benerya!
Bagaimana pendapat Agan-Sista? Apakah Thailand bisa comeback dari ancaman utang rumah tangga ini? Mari kita bahas di bawah!
0
5
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan