- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Berawal dari SMS | Asmara Fatal Janda Muda dan Abang Penjual Nasi Goreng
TS
si.matamalaikat
Berawal dari SMS | Asmara Fatal Janda Muda dan Abang Penjual Nasi Goreng
Quote:
Sebelum lanjut membaca, TS mau sampaikan jika kasus kali ini adalah kasus zaman baheula, jadi tidak ada foto korban atau pelaku. Akan diganti ilustrasi lain sebagai gambaran, udah gitu aja. Selamat membaca

Quote:
Jakarta Barat, April 2007.
Cerita ini berawal ketika seorang pria bernama Zaki (25 tahun) yang tak sengaja menemukan struk belanja. Di struk itu ada tulisan nomor HP. Teman Zaki yang bernama Toni, kemudian mencoba menghubungi nomor itu, siapa tahu pemiliknya cewe cantik. Toni mengirim SMS kepada nomor itu memakai HP Zaki.
Dan benar saja, SMS itu dibalas oleh seorang cewe bernama Atikah Septyani (22 tahun). Toni dan Atikah lalu berkenalan. Ternyata mereka berdua klop. Setiap malam mereka SMS-an, saling curhat dan saling goda. Sampai akhirnya Toni pulang kampung.
Atikah yang tidak tahu Toni pulang kampung, masih terus mengirim SMS ke nomor Zaki. Pada awalnya Zaki cuek. Namun, suatu hari dia mulai iseng membalas SMS itu, dan berpura-pura sebagai Toni.
"Aku mahasiswa Trisakti, dan bekerja sebagai sales di bank."
Begitu kata Zaki kepada Atikah menjelaskan latar belakangnya melalui SMS. Pria ini kecanduan SMS-an dengan Atikah. Dia merasa asyik dan senang saat ber-SMS dengan wanita itu.
Setelah 3 bulan berkomunikasi melalui SMS, keduanya ngebet ingin bertemu. Pada Juli 2007, mereka bertemu di Pulogadung, Jakarta Timur. Zaki pun girang karena bisa bertemu Atikah.
"Sebenarnya saya janda cerai Mas, punya anak satu."
Meski awalnya terkejut dengan pengakuan Atikah, Zaki tidak marah. Menurut pria ini, setiap orang punya rahasia masing-masing. Mereka pun kemudian mulai serius pacaran setelah bertemu di Pulogadung.
Quote:
Hubungan kedua sejoli ini tampaknya mengarah serius. Karena setelah tiga bulan jadian, Atikah mengajak Zaki ke kontrakannya di Jalan Cemara Gang 4, Koja, Jakarta Utara; untuk dikenalkan dengan orang tuanya. Namun, Zaki justru gelisah. Atikah menyadari hal itu.
"Kenapa gelisah Mas ?" tanya Atikah, "orang tuaku baik kok."
"Bukan begitu, selama ini aku bohong. Aku bukan Toni, aku Zaki. Toni itu temanku, sudah pulang kampung." jawab Zaky mengakui kebohongannya.
Awalnya Atikah pun bingung, tapi segera dia buang jauh-jauh kebingungan itu. Si janda muda tidak mempermasalahkannya, toh dia sudah klop dengan Zaki.
"Ya udah, gak apa-apa Mas. Saya terima Mas apa adanya. Yang penting Mas mau nasihati saya dan bertukar pikiran." jawab Atikah waktu itu.
Sepulang kerja, Zaki berdandan rapi dan berdasi menuju rumah Atikah. Pak Muchtar selaku ayah Atikah pun senang berkenalan dengan Zaki, mahasiswa Trisakti yang bekerja di bank.
Keluarga Atikah adalah keluarga sederhana, wanita itu bekerja sebagai buruh pabrik garmen. Jadi, ketika Atikah berpacaran dengan pria seperti Zaki, hal itu merupakan hoki.
Hubungan Zaki dan Atikah semakin intim, mereka dua kali berhubungan seks di kontrakan Atikah di Koja pada September 2007 dan di bulan Oktober, mereka bergumul di losmen yang berada di Tanah Abang.
Quote:
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, menjelang akhir tahun 2007, hubungan Atikah dan Zaki semakin intim dan sudah berjalan sekitar 6 bulan. Orang tua Atikah pun sudah merestui hubungan keduanya.
Karena sudah klop dan pernah bergulat di kasur, Atikah pun minta dinikahi. Zaki pun pusing 7 keliling. Karena dia sejatinya cuma penjual nasi goreng. Dan beginilah kisah masa lalu Zaki.
Nama lengkapnya Zaki Afrizal Nurfaizin, lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada 1982. Dia anak kedua dari tiga bersaudara. Zaky merupakan anak laki-laki satu-satunya. Keluarganya harmonis dan cukup dikenal di desanya.
Ayahnya seorang guru ngaji yang dihormati dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Setelah tamat SD, Zaki ikut kejar Paket B (setara SMP). Dia kemudian masuk ke Madrasah Aliyah, tapi tidak selesai.
Sebagai anak laki-laki satu-satunya, Zaki diharapkan mandiri, karena itu dia merantau ke Jakarta dan tinggal bersama kerabatnya untuk mencari pekerjaaan. Tiga bulan pertama di Jakarta, Zaki bekerja sebagai tukang kebun di Klender, Jakarta Timur.
Zaki tidak betah dengan pekerjaannya, lalu pulang kampung. Di desa dia kerja serabutan, bekerja di peternakan ayam sampai berdagang. Tapi, tidak satu pun pekerjaan itu memberi penghasilan memuaskan. Hidup Zaki tetap susah.
Quote:
Pada 2002, Zaki kembali ke Jakarta. Dia ngontrak di Jl. Kota Bambu Utara 2, Palmerah, Jakarta Barat. Pria ini lalu magang di penjual nasi goreng. Setelah merasa mahir, dia langsung inisiatif jualan sendiri.
Zaki lalu menyewa gerobak untuk berjualan, sebagai penyewa, jika ada kerusakan, Zaki harus menanggung biayanya. Padahal jualan nasi gorengnya tak terlalu ramai. Sehari cuma laku 3 sampai 4 piring. Sepiring cuma Rp 5 ribu.
Selayaknya perantau yang mencari rezeki di Jakarta, Zaki pun sering alami pengalaman buruk selama berjualan nasi goreng. Mulai dari digoda dan diganggu bencong (waria). Dia juga pernah diganggu preman, gerobaknya didorong sampai terbalik.
Bahkan, saat naik angkot, dia kecopetan sampai dua kali. Karena pengalaman buruk itu, Zaki selalu waspada dan pergi ke mana-mana membawa pisau yang disimpan dalam tas.
Setelah 3 tahun merantau di ibu kota, Zaky pulang ke Tegal. Pada 2005, lewat perjodohan, dia dinikahkan dengan gadis dari Pekalongan bernama Tri. Tapi, Zaki sebenarnya naksir adik Tri. Tapi, ayah dari Tri minta sang kakak dulu yang menikah.
Zaki pun tidak bisa menolak, dia akhirnya menerima. Dari pernikahan dengan Tri, Zaki dikaruniai seorang anak. Pria ini merantau kembali ke Jakarta, sementara anak dan istri tetap tinggal di desa.
Quote:
Dan begitulah alasan kenapa Zaki pusing 7 keliling saat Atikah minta dinikahi. Waktu itu Zaki yang sudah terpojok, akhirnya mengaku kepada Atikah.
"Sebenarnya aku sudah menikah dan punya anak. Aku bukan mahasiswa Trisakti, juga bukan pegawai bank. Aku cuma penjual nasi goreng, sepiring harganya Rp 5 ribu."
Mendengar pengakuan Zaki, Atikah si janda muda pun marah dan kecewa. Sejak saat itu, hubungan sejoli ini renggang, dan jarang berkomunikasi.
Pada Januari 2008, Atikah panik, karena dirinya hamil. Atikah yakin jika anak yang dikandungnya adalah anak Zaki, karena mereka berdua terakhir kali bergumul pada Oktober 2007.
Atikah lalu menghubungi Zaki untuk minta pertanggung jawaban, tapi nomor HP pria itu tak bisa dihubungi. Atikah pun nekat mendatangi rumah mertua Zaki di kampung.
"Saya pacar Zaki di Jakarta, sedang hamil 4 bulan."
Mendengar hal itu, mertua Zaky marah, beberapa hari kemudian mereka menghubungi pria itu untuk tanggung jawab. Zaki yang panik, lalu mendatangi kontrakan Atikah. Ternyata wanita itu tidak di rumah, yang ada hanya orang tuanya.
Zaki lalu cerita jika Atikah hamil dan minta dinikahi, dia juga mengaku telah beristri dan punya anak satu. Waktu itu, Zaki tidak yakin, jika anak yang dikandung Atikah adalah anaknya.
Quote:
Orang tua Atikah marah dan mencaci maki Zaki yang telah membohongi anak mereka. Pria itu lalu pergi ke pabrik tempat Atikah bekerja di Cakung, untuk menanyakan apakah bayi yang dikandung Atikah adalah anaknya ? Dia minta Atikah untuk melakukan tes DNA.
Atikah marah mendengar permintaan Zaki, dia lalu kabur ke Sukabumi dengan alasan pekerjaan selama 5 hari. Berhari-hari Zaki tambah pusing. Mertuanya, orang tua Atikah, dan Atikah sendiri minta dirinya bertanggung jawab. Berselang beberapa hari, pria ini menerima SMS dari teman Atikah sebagai berikut:
"Kalau kamu memang jantan, kamu harus berani. Dan kalau benar suka sama Atikah, kamu datang ke tempat kerjanya."
Zaki membalas SMS itu, kemudian Atikah menelepon. Awalnya pembicaraan baik, tapi keduanya bertengkar. Atikah mencaci maki dan mengancam Zaki.
"Selagi aku masih hidup, aku akan terus mencarimu dan menghancurukan seluruh keluargamu !"
Quote:
Mereka berdua pun sepakat melakukan peyelesaian masalah, pada 17 Januari 2008 mereka bertemu di halte di depan Plaza Koja (Ramayana Permai Koja). Namun, keduanya kembali cekcok. Kali ini Atikah minta bantuan istri Zaki, yang sengaja dihubungi melalui HP. Dia juga memaki-maki istri Zaki itu melalui panggilan telepon.
Zaki kemudian terpojok. Dia menenangkan Atikah, dan minta segera dilakukan penyelesaian masalah. Dengan sepeda motor Atikah, dia mengajak wanita itu ke penginapan Bulan Mas, Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara.
Jam 8 malam pada 17 Januari 2008, mereka berdua check in di kamar 17 AB. Di dalam kamar, Atikah kembali mendesak minta dinikahi.
"Mas perut saya makin besar, saya ingin nikah tanpa janin dan minta uang Rp 3 juta untuk menggugurkan bayi ini."
Amarah mereka mendadak sirna, keduanya bahkan sempat berhubungan badan dan mengungkapkan rasa sayang. Namun, semua itu cuma jebakan. Diam-diam saat mereka bergumul, Atikah menelepon nomor istri Zaki, agar dia mendengar suara saat mereka berhubungan badan.
Zaki yang kemudian mengetahui hal itu pun marah, dia memukul rahang Atikah. Keduanya lalu cekcok. Zaki dan Atikah bahkan saling menampar dan mencekik.
"Matiin aja saya sekalian kalau Mas berani !"
Merasa ditantang, Zaki lalu mengambil pisau dari dalam tas yang selalu dibawanya ke mana-mana. Dia acungkan pisau itu ke Atikah. Wanita itu terus mencaci maki dan mencoba mengelak, tapi tangannya tergores.
Zaki mendekati Atikah, Zaki yang lebih kuat berhasil menikam wanita itu di dada kiri sampai tewas. Pisau itu bahkan sampai bengkok dan nyaris patah, tapi Zaki meluruskannya kembali. Kepala Atikah kemudian dipotong pakai pisau itu. Badannya disembunyikan di bawah ranjang, kepalanya dimasukan ke dalam tas.
Zaki segera bersihkan kamar dari bercak darah, dia ganti sprei, handuk dan bantal yang penuh darah dan menggantinya dengan yang bersih dari kamar sebelah. Dia lalu ambil HP Nokia 3220 milik Atikah dan uang Rp 120 ribu.
Zaki kabur memakai sepeda motor Atikah dan membuang tas berisi kepala wanita itu di kali Kresek, Koja. Dia lalu pulang ke kontrakannya di Palmerah, Jakarta Barat.
Quote:
Pak Muchtar gelisah, dua hari anaknya tak pulang. Dia pun bertanya-tanya, ke mana Atikah pergi ? Tiba-tiba ada SMS masuk dari nomor Atikah, yang bilang dirinya sedang sakit di Sukabumi karena ada urusan pekerjaan.
Pak Muchtar awalnya lega. Tapi, saat ditelepon Atikah tidak menjawab, di SMS juga tak dibalas. Pria ini lalu mendatangi pabrik garmen tempat anaknya bekerja di kawasan Cakung. Tapi, pihak pabrik bilang tidak menugaskan Atikah ke Sukabumi.
Pak Muchtar terima SMS lagi dari nomor Atikah, dia bilang dirampok, dirudapaksa dan dibuang di Cibubur. Pak Muchtar makin cemas dan panik. Pada 19 Januari 2008, dia kemudian melaporkan kasus hilangnya Atikah ke polisi.
Sementara itu di penginapan Bulan Mas, seorang petugas kebersihan bersiap membersihkan kamar. Petugas mengetuk pintu kamar 17 AB, tapi tidak ada jawaban. Pintu kemudian dibuka karena tidak dikunci.
Saat masuk ke kamar tidak ada orang dan kondisinya rapi. Saat hendak membersihkan kamar dan melongok ke bawah ranjang, petugas kaget karena melihat jasad wanita tanpa kepala. Polisi segera dihubungi.
Menurut petugas penginapan, penghuni kamar adalah pasangan pria dan wanita. Si pria kurus, tinggi, putih. Dan si wanita berkulit sawo matang, agak gemuk dan sepertinya sedang hamil.
Namun, si pria sudah beberapa hari pergi. Saat ditanya, dia bilang akan ke sana lagi di hari berikutnya. Sayangnya, petugas penginapan tidak mencatat identitas mereka berdua.
Quote:
Pada 20 Januari 2008, petugas kebersihan kota menemukan kepala wanita di tumpukan sampah di pintu air kali Kresek yang berada di Jalan Raya Cilincing, Koja, Jakarta Utara. Polisi menduga, potongan kepala adalah bagian dari badan jasad wanita yang ditemukan di penginapan Bulan Mas. Jarak pintu air kali Kresek dan penginapan cuma 2,5 km.
Potongan kepala dibawa ke RSCM untuk diautopsi. Menurut hasil forensik dari pemeriksaan badan dan potongan kepala, keduanya identik dan merupakan satu bagian. Autopsi juga menunjukan jika wanita itu mengandung jabang bayi berusia 4 bulan.
Di saat yang bersamaan polisi mengecek laporan orang hilang, tepat pada 19 Januari 2008, Pak Muchtar melapor anaknya yang bernama Atikah sudah dua hari tak pulang-pulang. Polisi menghubungi pria itu, dan minta membawa foto dan dokumen yang berisi sidik jari Atikah, untuk dicocokkan dengan sidik jari jasad.
Hasilnya cocok, jasad wanita tanpa kepala itu adalah Atikah. Dan saat polisi menunjukan foto Atikah ke petugas penginapan, dia membenarkan jika wanita dalam foto menginap di kamar 17 AB.
Polisi lalu menanyai Pak Muchtar, dan minta diceritakan tentang Atikah. Pak Muchtar bilang, anaknya hamil 4 bulan, yang menghamili adalah Zaki pacarnya. Pak Muchtar juga memberikan ciri-ciri Zaki, yakni tinggi, kurus dan berkulit putih. Serupa dengan ciri-ciri yang dikatakan petugas penginapan.
Quote:
Polisi lalu melacak sinyal ponsel Atikah, mereka yakin jika Zaki mengirim kabar palsu kepada Pak Muchtar memakai nomor wanita itu, yang mengatakan Atikah sedang tugas di Sukabumi, kemudian dirampok dan dirudapaksa, lalu dibuang di Cibubur.
Pelacakan itu membawa polisi ke rumah kontrakan di Jl. Kota Bambu Utara 2, Palmerah, Jakarta Barat. Di sana Zaki diringkus. Kontrakan itu penuh dengan penjual nasi goreng. Diantara mereka, Zaki dikenal paling alim dan rajin beribadah. Teman-teman seprofesi jelas kaget, ketika tahu Zaki melakukan aksi keji.
Di sana, polisi juga menemukan KTP, helm, ponsel dan sepeda motor milik Atikah. Juga ada sepatu Zaki yang terkena bercak darah. Zaki yang tak berkutik pun mengakui aksi kejinya. Dalam pernyataan kepada media, Pak Muchtar berkata begini:
"Saya minta pelakunya dihukum seberat-beratnya, hukuman mati. Dia mengaku sebagai pacar anak saya sejak tujuh bulan lalu. Dua kali, orang bernama Zaki itu datang ke rumah saya di Jalan Cemara Gang 4 Blok I, Koja, Jakarta Utara. Dia mengaku sebagai mahasiswa Trisakti. Kalau ke rumah selalu berpakaian perlente, pakai dasi. Ternyata cuma penjual nasi goreng."
Quote:
Pada 21 Februari 2008, proses rekonstruksi dilakukan. Zaki memperagakan 18 adegan. Pria itu tampak cengar-cengir dan tersenyum saat rekonstruksi, seolah tak ada penyesalan. Untuk Atikah, waktu itu diperankan seorang polwan. Tapi, aksi berhubungan badan antara Zaki dan Atikah di-skip alias tidak diperagakan.
Waktu itu warga berduyun-duyun nonton proses rekonstruksi. Akibatnya adegan pembuangan kepala Atikah naik sepeda motor tidak dilakukan, karena warga berjubel di lokasi kejadian, di penginapan Bulan Mas.
Sebagai gantinya, Zaki disuruh memperagakan pembuangan kepala Atikah dengan berjalan kaki ke kali Kresek. Jaraknya cuma 50 meter dari losmen Bulan Mas, kali itu tepat di belakang penginapan.
Zaki kemudian didakwa Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup, dia juga didakwa melakukan pencurian dengan kekerasan karena mengambil barang milik Atikah.
Dakwaan pembunuhan berencana diperkuat dengan fakta bahwa, Zaki membawa pisau dan tas saat pergi bersama korban. Pelaku memesan kamar 17 AB di lantai 3 yang ada di pojok dan keadaannya saat itu sepi. Padahal, petugas hotel telah merekomendasikan kamar di lantai 2.
Pada 8 September 2008, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menjatuhkan vonis hukuman seumur hidup kepada Zaki Afrizal Nurfaizin, penjual nasi goreng itu harus habiskan sisa hidupnya di penjara.
Sekian dan terima kasih, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kasus ini.
Referensi: 1| 2 | 3 | 4
aldo12 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.6K
29
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan










