Bobibos dan KDM Menunggu Kabar Baik dari Lembur Pakuan
OlehIvan Setyadhi
Senin, 17 November 2025 - 19:13 WIB
Share

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, mendengar penjelasan dari pembina Bobibos yang juga anggota Komisi XI DPR RI Mulyadi, soal bahan bakar nabati asal Jonggol, Kabupaten Bogor ini (Foto:radarjabar)
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengesahkan kerjasama dengan penemu Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos (Bobibos), Muhammad Ikhlas Thamrin, melalui penandatanganan nota kesepahaman di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Sabtu (15/11/2025).
Bobibos berasal dari produk Bahan Bakar Nabati (BBN) jadi terobosan dan inovasi baru untuk menciptakan BBM yang raman lingkungan. Karena, memanfaatkan limbah pertanian yaitu jerami sebagai bahan baku utama.
Sebelum resmi melakukan kerjasama dengan BBM Bobibos, Dedi Mulyadi turut melakukan uji coba BBM Bobibos untuk mesin traktor yang digunakan di wilayah Lembur Pakuan pada Selasa (11/11/2025).
Selama dua pekan ke depan, lahan pertanian di Lembur Pakuan akan memasuki masa panen. Momen ini dinilai menjadi momen yang tepat untuk mengolah jerami menjadi BBM Bobibos.
“Dan yang paling utama adalah membuktikan kepada publik. Toh kita kan uji coba bukan untuk diperjualbelikan ke publik. Kita uji coba untuk digunakan di internal saya. Di motor yang saya punya, di mobil yang saya punya, di traktor yang saya punya,” ujar KDM dalam pertemuan dengan pihak Bobibos.
Dedi meyakini pemanfaatan bahan bakar nabati bukan hanya berkontribusi pada kelestarian lingkungan, tetapi juga dapat menekan kebutuhan subsidi pemerintah untuk BBM.
Jika uji coba di tingkat Lembur Pakuan menunjukkan hasil yang baik, ia menargetkan penggunaan bahan bakar tersebut menyebar ke seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Jawa Barat.
"Minimal seluruh jajaran pemerintah Provinsi Jawa Barat ke depan menggunakan bahan bakar nabati sehingga APBD-nya efisien. APBD-nya efisien, subsidi negaranya terkurangi karena subsidi BBM sama tinggi," tuturnya.
Apa Itu Bobibos
Perlu diketahui, Bobibos merupakan inovasi dari PT Inti Sinergi Formula yang diperkenalkan pada Minggu (2/11) di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Inovasi Bobibos ini, menarik perhatian publik karena dikatakan bisa menghasilkan nilai oktan yang mendekati RON 98 serta memanfaatkan limbah pertanian yaitu jerami sebagai bahan baku utama.
Hasil riset insentif yang dilakukan oleh M. Ikhlas Thamrin bersama tim selama lima tahun menunjukkan Bobibos menghasilkan emisi mendekati nol dari seratus kali percobaan.
BBM jenis baru yang dikembangkan di Bogor ini terdiri dari dua jenis, yaitu jenis bensin dan solar. BBM Bobibos berwarna merah khusus untuk mesin diesel, sementara cairan warna putih untuk mesin bensin. BBM Bobibos menjadi salah satu solusi energi alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Inovasi bahan bakar nabati Bobibos ini tengah menarik perhatian publik usai diluncurkan sebagai alternatif di tengah tingginya biaya energi fosil.
Produk hasil racikan Muhammad Ikhlas Thamrin di bawah PT Inti Sinergi Formula ini merupakan buah penelitian selama lebih dari sepuluh tahun untuk menghadirkan kompetitor dari BBM konvensional.
Bobibos, akronim dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos, disajikan dalam dua varian yakni bensin dan solar, dengan bahan baku berasal dari tanaman yang tumbuh subur di banyak daerah Indonesia.
Keunggulan Bobibos
Bobibos diklaim punya Research Octane Number (RON) yang mendekati 98, serupa dengan kategori BBM oktan tinggi di pasaran, dan berpotensi menawarkan karakter pembakaran seperti BBM kelas menengah hingga atas.
Sumber energi Bobibos berasal dari tanaman yang menurut pengembang mudah dibudidayakan, berbeda dari BBM berbasis fosil yang ketersediaannya terbatas dan sangat terpengaruh dinamika harga global.
Emisi gas buang Bobibos disebut lebih rendah karena bahan bakunya bersifat nabati dan proses pembakaran dinilai lebih bersih, meski klaim ini masih menunggu pembuktian lanjutan.
Pengembang menyebut produk ini mampu membuat kendaraan menempuh jarak lebih jauh dibandingkan solar konvensional, walaupun tetap memerlukan verifikasi independen.
Bahan baku lokal dinilai memberi peluang biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan BBM fosil yang harganya mengikuti nilai tukar dan kondisi geopolitik.
Selama satu dekade, penelitian Bobibos dijalankan secara mandiri tanpa dukungan teknologi luar negeri, sebagai bagian dari dorongan menuju kemandirian energi berbasis inovasi lokal, meskipun produk tersebut masih harus melalui tahapan uji formal.
Makanya dikenal, AS sudah sampai bulan, Indonesia masih ribut tentang hilal...harusnya tanpa ragu-ragu negara gelontorkan puluhan triliun buat pengembangan BBM ramah tamah lingkungan pengganti BBM fosil
Apalagi bahannya gampang euy, jerami bukan satu-satunya, bisa dengan bahan lain....bisa dicoba gunakan daun-daunan
Ini selain gk bakal habis stoknya, klo ambil daun dihutan pun nggak merusak lingkungan kyk nebang pohon